Anda di halaman 1dari 28

KEBIJAKAN DAN PANDUAN

TERKINI TES DAN PERAWATAN HIV


Dr. Endang Budi Hastuti
Kasubdit HIV AIDS dan PIMS
Kemenkes RI

Disampaikan pada :
Pertemuan Ilmiah Nasional dan Konferensi Kerja PDPAI 2018
Makassar, 30 November 2018
Dasar Kebijakan
Pengendalian HIV AIDS dan IMS
2015 - 2019 2020 - 2024

3-0 1 1 3-0 5 90-90-90

District Based
NAWACITA 2 2 NAWACITA 6 Intervention

RPJMN 3 3 RPJMN 7 SPM-NSPK

Permenkes Permenkes Permenkes


21/2013 4 4 (pengganti
21/2013) 8 52/2017 ttg 3
Eliminasi
Tujuan Penanggulangan HIV AIDS

3 ZERO 2030
Zero Zero Zero
new HIV AIDS related
discrimination
infection death

90% 90% 90%


ODHA ODHA yang ODHA on
mengetahui tahu status ART
status
mendapat mengalami
HIVnya supresi VL
ARV
4

Kaskade Pengobatan ARV Target 90-90-90 Juni 2018

700,000 640.443
600,000
90%
500,000 81%
73%
400,000
301,959
300,000

200,000
180,843
47
% 96,298
100,000
3,809
31,9% 4,131
0 0,6%
Estimasi Tahu Status Pernah ART Masih ART Dites VL Supresi VL

• 90% odha mengetahui status HIV nya


target • 90% odha yang tahu status HIV nya mendapatkan ARV
• 90% odha yang dapat ARV mengalami penekanan jumlah virus (viral load supression)
Strategi Utama
Intervensi berbasis Kab/Kota
1 (district based intervention)

Meningkatkan cakupan layanan


2 HIV-AIDS dan IMS melalui LKB

Memperkuat sistem kesehatan


3 nasional dalam LKB HIV AIDS dan IMS

Lingkungan yang mendukung


4 (enabling environment)
Strategi-1 Intervensi berbasis Kab/Kota

276 K/K dengan tingkat


layanan dasar (B)
•19 % Populasi kunci
adalah intervensi
•26% Odha spesifik di kab/kota
yang ditetapkan
142 K/K dengan tingkat berdasar tingkat
layanan medium (M) risiko & beban
•24% Populasi kunci
•23% Odha
penyakit HIV AIDS,
untuk menghambat
laju epidemi HIV AIDS
96 K/K dengan tingkat
dan mengakhirinya
layanan komprehensif (C)
• 31% Populasi kunci
• 23% Odha

Strategi ini merupakan pendekatan utama untuk melaksanakan semua


kegiatan pada strategi berikutnya
Roadmap Pengendalian HIV AIDS
2030
Getting to zero : 3-0

2022
Triple Elimination
Program in infant:
HIV-Hepatitis B &
Syphilis
2027
TARGET 90-90-90 2018
FAST TRACK : 90-
2020 90-90
-
-
90% popkun tahu status HIV
100% bayi dari bumil HIV +
2012
diperiksa EID
LKB & SUFA
2016
Pedoman Skrining HIV &,
Sifilis, pada bumil
UPAYA PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET
PROGRAM HIV AIDS: S-T-O-P

Suluh: Pertahankan:
Temukan: Obati: 90% ODHA
90% yang ART tidak
09% ODHA 90% ODHA
masyarakat terdeteksi
paham HIV tahu statusnya mendapat ART
virusnya

UPAYA PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET 3 ZERO:


• ZERO NEW HIV INFECTION
• ZERO AIDS RELATED DEATH
• ZERO DISCRIMINATION
Situasi sebelum 2012

- Penemuan
• Sentralisasi
- kasus HIV
layanan HIV -
AIDS rendah
ARV
- Cakupan
• Sistem Rujukan
ODHA on
tidak efektif
ART rendah
Desentralisasi Pengembangan Test and Treat All
2012

2013

2018
layanan HIV-ARV Strategic Use of Treatment as
 LKB ARV (SUFA) Prevention
Penguatan Langkah awal Perubahan
layanann di pengobatan dini paradigma  HIV
tingkat kab/kota  pada populasi sudah ada
kontrol epidemi terbatas dan obatnya
Persiapan payung sumber daya
hukum terbatas
pengembangan
program
PENINGKATAN LAYANAN HIV
4,500 4,311
SUFA
4,000 merupakan titik
3,500 +335% balik dari
pengembagan
3,000 layanan HIV di
2,500 tingkat Kab/Kota
2,000
1,500
1,000
990 +116%
613
500 284
0
2013 Sep 2017
Testing sites Treatment sites
Surat Edaran Dirjen No:1564/2018
13

Surat Edaran Dirjen No:1564/2018 (1)

Pemeriksaan HIV
 fokus pada ibu hamil, bayi dari ibu HIV+, anak dengan
gejala IO, pasien IMS, pasien TBC, pasien Hepatitis,
populasi kunci, pasangan orang dengan HIV AIDS.
 di Provinsi Papua dan Papua Barat dilakukan pada semua
pasien yang datang ke layanan kesehatan.
 sesuai dengan ketentuan Permenkes Nomor 74 Tahun
2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Konseling dan Tes
HIV  dalam proses review
14

Surat Edaran Dirjen No:1564/2018 (2)

Pengobatan Anti Retroviral (ARV) :

segera diberikan pada setiap orang yang telah didiagnosis terinfeksi


HIV, dengan ketentuan:

 Diberikan dengan memberikan informasi tentang manfaat obat ARV dan


manfaat bagi ODHA jika memulai pengobatan ARV dengan segera.

 Dapat diberikan pada hari yang sama saat diagosis HIV ditegakkan pada
ODHA yang siap dan jika tidak ada kontraindikasi klinis (yaitu tidak ada
gejala TBC, gejala infeksi oportunistik lain dan CD4<100 pada kasus
kriptokokus meningitis)

 Rejimen obat ARV serta alur pencatatan, pelaporan dan permintaan obat
mengacu pada Permenkes no. 87 tahun 2014 tentang Pedoman
Pengobatan Anti Retroviral  dalam proses review
15

Surat Edaran Dirjen No:1564/2018 (3)

 Pemantauan keberhasilan terapi ARV dengan pemeriksaan VL pada bulan ke


6 dan 12 sejak mulai ARV, dan selanjutnya tiap 12 bulan.
 Untuk daerah yang tidak ada akses pemeriksaan VL, pemantauan keberhasilan
terapi dapat menggunakan pemeriksaan jumlah CD4.

 Pemeriksaan jumlah CD4 digunakan untuk pemantauan pemberian


kotrimoksazol sebagai profilaksis.

 Seluruh ODHA diskrining TBC secara rutin setiap kali datang ke layanan
kesehatan.
 Jika terdapat gejala TBC  rujuk utk akses penegakan diagnosis TBC. Jika tidak
ditemukan gejala TBC  Pengobatan Pencegahan INH tanpa melihat riwayat
pemberian ARV
16

Surat Edaran Dirjen No:1564/2018 (4)

• Memperluas akses pelayanan tes dan pengobatan HIV


 di setiap kabupaten/kota dengan melibatkan seluruh Puskesmas dan RSUD/RS
Pemerintah/Swasta.

• Setiap fasilitas pelayanan kesehatan (FKRTL maupun FKTP,


pemerintah maupun swasta) wajib melaporkan pelayanan tes dan
pengobatan HIV yang dilakukan kepada pengampu wilayahnya dan
dinas kesehatan kabupaten kota dan provinsi setempat untuk
dikompilasi dan dianalisis sebagai bagian dari Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah.
PEDOMAN TES HIV 2018
LATAR BELAKANG ASPEK YANG DISEMPURNAKAN
• Penegasan bahwa penemuan kasus HIV di fasyankes
• Terjadi pergeseran paradigma metoda wajib menggunakan TIPK untuk pasien baik sehat
maupun bergejala
pendekatan kasus dari VCT - PITC
• Implementasi PITC sejak tahun 2009 • Menempatkan posisi penyakit HIV sama dengan yang
lain yaitu
masih menimbulkan gap yaitu • Terintegrasi dengan sistem layanan kesehatan di tiap
• Pelaksanaan PITC masih belum merata tingkat fasyankes yang ada
dilakukan oleh seluruh fasyankes • Penerjemahan dan implemententasi arti 5 c yang
proposional
• Masih ada perbedaan pelaksanaan konsep • Wajib memastikan mendapatkan akses perawatan dan
PITC pengobatan ARV
• Penemuan kasus HIV dibandingkan
dengan jumlah estimasi baru mencapai • Triase untuk memperpanjang akses penemuan kasus
setidaknya untuk bumil, penderita TB
32%
• Laju transmisi HIV yang masih tinggi • Perubahan periode jendela dari 3-6 bulan menjadi 4-6
minggu karena pengggunakan RDT generasi 3 dan 4
• WHO telah menerbitkan pedoman HIV
• Penyederhanaan alur tes HIV mengikuti penggunaan
Testing Service yang baru penggunaan RDT generasi ke 3 dan atau 4

• Kelompok yang perlu dilakukan re-testing HIV jika


hasil tes HIV negatif

• Hasil inkonklusif 2 kali dianggap negatif


A1
ALUR DIAGNOSIS HIV
PADA ANAK USIA ≥ 18 BLN,
REMAJA, DAN DEWASA A1 (NR)
A1 (R)
laporkan sebagai Non Reaktif

Tes A2

A1(R) A2(NR) atau A1(NR) A2(R)


Laporkan Inkonklusif
A1 (R) A2 (R) A1 (R) A2( NR)
(tes ulang 14 hari kemudian)

Ulang Tes A1 dan A2

A1(NR) A2 (NR)
A1(R) A2(R) Laporkan Non Reaktif
Tes A3

Keterangan :
A1(R) A2(R) A3(R) A1(R) A2 (R) A3 (NR) R = Reaktif
Laporkan NR = Non Reaktif
Laporkan Inkonklusif
Reaktif
(tes ulang 14 hari kemudian)
Interpretasi Hasil
Interpretasi hasil pemeriksaan Anti HIV :
1. Hasil Positif
 Bila hasil A1 Reaktif, A2 Reaktif dan A3 Reaktif
2. Hasil Inkonklusif
 Bila pada proses pengulangan ternyata A1 Reaktif dan A2
Non Reaktif
ATAU A1 Non Reaktif dan A2 Reaktif
 Bila hasil A1 Reaktif, A2 Reaktif dan A3 Non Reaktif
3. Hasil Negatif
 Bila hasil A1 Non Reaktif
 Bila hasil A1 Reaktif tetapi pada pengulangan hasil A1 Non
Reaktif dan A2 Non Reaktif
 Hasil inkonklusif pada pemeriksaan kedua setelah minimal
tes HIV 14 hari yang lalu dengan hasil inkonklusif juga.
Notifikasi pada Pasangan,
Mengapa Penting?
21

Kaskade Pengobatan ARV Target 90-90-90 Juni 2018

700,000 640.443
600,000
90%
500,000 81%
73%
400,000
301,959
300,000

200,000
180,843
47
% 96,298
100,000
3,809
15% 4,131
0 0,6%
Estimasi Tahu Status Pernah ART Masih ART Dites VL Supresi VL

• 90% odha mengetahui status HIV nya


target • 90% odha yang tahu status HIV nya mendapatkan ARV
• 90% odha yang dapat ARV mengalami penekanan jumlah virus (viral load supression)
ESTIMASI ODHA DI INDONESIA, 2017 (628,492)

35%

65%

Bukan Populasi Kunci Populasi Kunci


• Positivity Rate Pasangan ODHA
Dalal, Shona, Johnson C, et. Al. Improving HIV test uptake and case finding with assisted
partner notification services. AIDS 2017, 31:1867–1876

Hasil Uji kontrol teracak (RCT) :

Positivity rate pasangan ODHA 20-


72%
Notifikasi Pasangan / pencarian
kontak
• Sebagai satu strategi untuk meningkatkan penemuan kasus
HIV
• Notifikasi pasangan atau pencarian kontak atau disclosure
adalah suatu proses yang dilakukan secara sukarela
dimana petugas kesehatan menggali mengenai pasangan
seks atau teman berbagi jarum suntik ODHA, dan atas
persetujuannya, meminta pasangan atau teman berbagi
jarum suntiknya tes HIV
Prinsip dalam Notifikasi Pasangan
Prinsip dalam notifikasi pasangan adalah sebagai berikut:
• Sukarela dan tidak menghakimi
• Berpusat pada klien
• Konfidensial
• Terintegrasi dengan layanan tes, perawatan dan
pengobatan
Pedoman Tatalaksana dan Terapi HIV
NEW!
• Inisiasi Dini ART
• Kriteria, Diagnosis dan Paket pelayanan HIV Lanjut
• Pemantauan keberhasilan terapi ARV
• (Pemeriksaan VL pada bulang ke 6 dan 12 sejak mulai ARV, dan
selanjutnya tiap 12 bulan)
• Monitoring resistensi pengobatan ARV
• HIV DR Primer – sekunder
• Profilaksis Pasca Pajanan tidak lagi berdasarkan sumber
pajanan
• Pencegahan dengan INH
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai