Anda di halaman 1dari 14

Syan Rosyid Adiwinata,S.E,M.

Han
• Institusi politik yang inklusif didefinisikan sebagai sebuah
institusi yang tidak hanya menguntungkan segelintir elit yang
berkuasa namun sebuah institusi yang dimana masyarakat
dapat berpartisipasi aktif dalam proses politik. Dengan kata
lain, institusi politik yang dapat menciptakan kemakmuran
adalah institusi politik yang bersifat plural. Tidak hanya akses
politik yang mudah, institusi politik yang inklusif ditandai
dengan adanya batasan terhadap elite penguasa melalui
mekanisme checks and balances, serta adanya rule of law
yang melindungi segenap warga negara.
• Institusi politik yang inklusif, menurut Acemoglu dan Robinson
akan menciptakan institusi ekonomi yang inklusif pula. Institusi
ekonomi yang inklusif ini ditandai dengan adanya jaminan
akan hak milik dan patent, kemudahan berusaha dan akses
terhadap pasar yang terbuka serta adanya dukungan negara
untuk memberikan akses yang mudah terhadap pendidikan dan
kesempatan yang sama bagi semua warga negara untuk
berpartisipasi dalam kehidupan ekonomi.
• Rule Of Law
• Hak Hak Kepemilikan
• Sistem Paten
• Stabilitas Makro Ekonomi
• Usaha Kreatif
• Insentif mendorong inovasi
• Demokrasi untuk semua pihak
• Transparansi
• Akuntabilitas
• Integritas antar lembaga
• Setelah kita mengetahui mengenai Institusi Inklusif dan
Ekstraktif. Bagaimana dengan Indonesia saat ini. Apakah
Lembaga lembaganya menerapkan institusi Inklusif atau
ektraktif?
• Silahkan Diskusikan dengan anggota 5-6 orang
• Buatlah pernyataan dari hasil diskusi kalian dan share ke
teman sekelas kalian
• Diskusikan dengan data yang valid
• Waktu diskusi 30 menit
• Waktu membuat pernyataan
10 Menit tiap kelompok
• Jaman Kerajaan Hindu - Budha
( Adanya Sistem Kasta dimana Para Brahmana selalu mendapat
keuntungan dari sistem ekonomi dan politik yang berlaku pada
saat itu cth Raja pasti berasal dari kasta ksatria dan para
Penasehat berasal dari kasta brahmana )
• Jaman Kerajaan Islam
( Walaupun tidak ada sistem kasta dalam islam, tetapi seorang
Raja pastilah berasal dari keturunan raja sebelumnya, dan
pada saat itu raja memegang semua institusi ekonomi dan
Politik )
• Jaman Kolonial
Kemiskinan rakyat semakin parah ketika raja-raja nusantara
(terutama di Jawa) menyerahkan daerah kekuasaan mereka secara
langsung kepada Belanda. Awalnya, dalam hubungan dagang, Belanda
selalu mengiming-imingi para raja dengan hutang, ketika raja-raja
tersebut tidak mampu membayar hutang, mereka kemudian
menyerahkan wilayah kekuasaan mereka kepada Belanda. Bukan
hanya wilayahnya saja, tetapi juga rakyat yang hidup di wilayah
tersebut menjadi milik Belanda. Sebagai contoh, perjanjian dagang
antara Belanda dengan raja Mataram selalu menempatkan raja
Mataram sebagai pihak yang kalah dan dirugikan, akibatnya melalui
perjanjian Giyanti, kerajaan Mataram kemudian dipecah menjadi dua
bagian, yaitu Kesultanan Yogyakarta dan Kasunan Surakarta. Tidak
berhenti sampai di situ, hutang-hutang raja yang tidak mampu mereka
bayar kemudian diganti dengan penyerahan seluruh pesisir utara pulau
jawa ke tangan Belanda.
• Pada tahun 1830, pemerintah kolonial Belanda menerapkan
cultuurstelsel (sistem tanam paksa). Melalui sistem ini,
pemerintah kolonial memaksa rakyat untuk hanya menanam
tanaman-tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan laku
di pasaran eropa, seperti: cengkeh, tebu, kopi, dan nila.
Sementara tanaman-tanaman yang selama ini menajdi sumber
penghidupan rakyat seperti padi dan tebu terpaksa harus
dikurangi. Rakyat juga diharuskan untuk menyerahkan hasil
tanaman mereka kepada penguasa kolonial. Akibatnya, kondisi
rakyat benar-benar sangat memprihatinkan.
• Selain di bidang politik dan ekonomi, kebijakan ekstraktif juga
diterapkan dalam bidang pendidikan. Melalui politik balas
budi, pemerintah kolonial memang membangun sekolah untuk
pribumi, namun yang boleh mengakses pendidikan hanyalah
kalangan bangsawan dan penguasa pribumi, semntara rakyat
jelata tidak memiliki akses yang sama. Pendirian sekolah ini pun
sebenarnya hanya untuk kepentingan ekonomi pemerintah
kolonial, yaitu mereka membutuhkan tenaga-tenaga terampil
untuk dijadikan juru tulis di perkebunan-perkebunan tebu, kopi,
perusahaan kereta api, dll. Kebijakan ini semakin memperjelas
sistem ekstraktif yang dianut oleh penguasa.
• Jaman Kemerdekaan
Dekrit Presiden adalah cara soekarno dalam mengkultuskan
dirinya sebagai ratu adil yang dipercayai rakyat padahal itu
semua hanyalah sebagai cara untuk memastikan kekuasaan
secara politik dan ekonomi di Indonesia. Jaman Orde Baru
Untuk menciptakan stabilitas politik, Soeharto melakukan
Tindakan Represif terhadap siapapun yang berbeda
pandangan Dengannya. Kroni kroni yang dekat dengan
Soeharto otomatis mendapat akses tak terbatas terhadap
politik dan ekonomi dan KKN Merajalela.
• Institusi Politik saat ini di Indonesia sudah menuju ke arah yang
lebih baik dari sebelumnya. Walaupun saat ini kembali muncul
gelombang demonstrasi karena adanya indikasi terjadi
kecurangan dalam pemilu. Tetapi hingga saat sebelum pemilu
2019 dapat dikatakan institusi politik inklusif berjalan lebih
baik dari sebelumnya walaupun belum sepenuhnya sempurna.
Setidaknya Hak Politik setiap individu sudah dijamin dan dapat
diperjuangkan tanpa terkecuali. Tetapi masih banyak
ditemukan kasus kasus korupsi di para kepala daerah dan juga
dibeberapa kementerian yang tentu saja masih bersifat
ekstraktif
• Di bidang Ekonomi saat ini walaupun masih banyak para
kapitalis pemegang hegemoni pasar,tetapi akses kedalam
sumber sumber ekonomi sudah mulai dapat dilakukan oleh
siapa saja. Semua sudah boleh ikut melakukan transaksi
ekonomi dan bersaing dengan siapa saja. Walaupun masih
terdapat praktik nepotisme dalam tender disuatu lembaga
pemerintah atau swasta tapi setidaknya saat ini Indonesia
sudah mulai berusaha berpindah dari institusi ekonomi
ekstraktif ke dalam institusi ekonomi Inklusif
• Indonesia mempunyai pekerjaan rumah yang sangat banyak
jika ingin benar benar pindah dari Institusi Ekstraktif ke dalam
Institusi Inklusif. Ada beberapa sektor yang lekat dengan
ekstraktif saat ini di Indonesia, dan salah satu yang terpenting
adalah sektor penegakan Hukum. Hukum adalah salah satu
instrumen penting negara dalam ketertiban dan memberikan
rasa nyaman dan aman dimasyarakat. Jika para pemangku
kepentingannya masih terpengaruh oleh kepentingan penguasa
maka sampai kapanpun tidak akan pernah terjadi reformasi
total menuju Institusi yang inklusif. Karena keadilan hanya untuk
penguasa dan lingkungan sekitarnya saja dan bukan untuk
rakyat jelata.

Anda mungkin juga menyukai