Anda di halaman 1dari 12

“ Hemoragik Intrakranial “

Kelompok 8
Anggota :
1. Faisal Indriagiri ( 1800001012)
2. Fitri Komalasari ( 1800001013)
3. Nur Rahmawati ( 1800001022)
4. Sinta Safitri ( 1800001032)
Pengertian
Perdarahan intrakranial didefinisikan sebagai akumulasi darah patologis yang terjadi di otak dan
diklasifikasi berdasarkan lokasi perdarahan yaitu perdarahan epidural, subdural, subaraknoid,
intraventrikular dan intraserebral (intraparenkim).

Perdarahan intrakranial pada neonatus (PIN) tidak jarang dijumpai. PIN mempunyai arti penting karena
dapat menyebabkan kematian atau cacat jasmani dan mental.

1. PIN ialah perdarahan dalam rongga kranium dan isinya pada bayi sejak lahir sampai umur 4 minggu.
Sebabnya PIN banyak. Sering PIN tak dikenal/dipikirkan karena gejala gejalanya tidak khas. PIN
meliputi perdarahan epidural, subdural, subaraknoid, intraserebral/parenkim dan intraventrikuler

2. Penatalaksanaan dan penanggulangan PIN masih kurang memuaskan. Untuk menurunkan angka
kejadian PIN, usaha yang lebih penting ialah profilaksis seperti perawatan prenatal, pertolongan
persalinan dan perawatan postnatal yang sebaik-baiknya. Pada umumnya prognosis PIN tidak terlalu
menggembirakan.
Etiologi
1. Trauma kelahiran
a. Partus biasa
1) pemutaran/penarikan kepala yang berlebihan.
2) disproporsi antara kepala anak dan jalan lahir sehingga terjadi mulase
b. Partus buatan (ekstraksi vakum, cunam).
c. Partus presipitatus.
2. Bukan trauma kelahiran:
 Umumnya ditemukan pada bayi kurang bulan (BKB). Faktor dasar ialah prematuritas dan
yang lain merupakan faktor pencetus PIN seperti hipoksia dan iskemia otak yang dapat timbul
pada syok, infeksi intrauterin, asfiksia, kejang- kejang, kelainan jantung bawaan, hipotermi,
juga hiperosmolaritas/hipernatremia.
 Ada pula PIN yang disebabkan oleh penyakit perdarahan/gangguan pembekuan darah.
Patofisiologi
 Pada trauma kelahiran, perdarahan terjadi oleh kerusakan/robekan pembuluh darah intrakranial secara langsung. Pada
perdarahan yang bukan karena trauma kelahiran, faktor dasar ialah prematuritas. Pada bayi-bayi tersebut, pembuluh
darah otak masih embrional dengan dinding tipis, jaringan penunjang sangat kurang dan pada beberapa tempat
tertentu jalannya berkelok-kelok, kadang-kadang membentuk huruf U sehingga mudah sekali terjadi kerusakan bila
ada faktor pencetus (hipoksia/iskemia). Keadaan ini terutama terjadi pada perdarahan intraventrikuler/periventrikuler.

 Perdarahan epidural/ ekstradural terjadi oleh robekan arteri atau vena meningika media antara tulang tengkorak dan
duramater. Keadaan ini jarang ditemukan pada neonatus.

 Perdarahan subdural lebih sering pada bayi yang lahir cukup umur daripada bayi yang prematur sebab pada bayi
prematur vena-vena superfisial belum berkembang baik dan mulase tulang tengkorak sangat jarang terjadi. Perdarahan
dapat berlangsung perlahan-lahan dan membentuk hematoma subdural.

 Pada perdarahan subaraknoid, perdarahan terjadi di rongga subaraknoid yang biasanya ditemukan pada persalinan
sulit. Adanya perdarahan subaraknoid dapat dibuktikan dengan fungsi likuor.
Lanjutan…
 Pada perdarahan intraserebral/intraserebeler, perdarahan terjadi dalam parenkim otak,
jarang pada neonatus karena hanya terdapat pada trauma kepala yang sangat hebat
(kecelakaan). Perdarahan intraventrikuler dalam kepustakaan ada yang gabungkan bersama
perdarahan intraserebral yang disebut perdarahan periventrikuler.

 Pada perdarahan intraventrikuler, yang berperanan penting ialah hipoksia yang


menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah otak dan kongesti vena.
Gambaran Klinik
1. Fontanel tegang dan menonjol oleh kenaikan tekanan intrakranial, misalnya pada perdarahan subaraknoid.

2. Iritasi korteks serebri berupa kejang-kejang, irritable, twitching, opistotonus. Gejala-gejala ini baru timbul
beberapa jam setelah lahir dan menunjukkan adanya perdarahan subdural , kadang-kadang juga perdarahan
subaraknoid oleh robekan tentorium yang luas.

3. Mata terbuka dan hanya memandang ke satu arah tanpa reaksi. Pupil melebar, refleks cahaya lambat sampai
negatif. Kadang-kadang ada perdarahan retina, nistagmus dan eksoftalmus.

4. Apnea: berat dan lamanya apnea bergantung pada derajat perdarahan dan kerusakan susunan saraf pusat.
Apnea dapat berupa serangan diselingi pernapasan normal/takipnea dan sianosis intermiten.

5. Cephalic cry (menangis merintih).


Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan likuor terutama untuk perdarahan subaraknoid dan intraventrikuler/periventrikuler. Tujuan fungsi
lumbal pada ICB untuk diagnostik, sebagai pengobatan (mengurangi tekanan intrakranial) dan untuk mencegah
komplikasi hidrosefalus (fungsi lumbal berulang-ulang).

2. Pada pemeriksaan darah dapat ditemukan:

a. tanda-tanda anemi posthemoragik

b. analisa gas darah (02 dan CO2 apakah terjadi gangguan keseimbangan pertukaran gas)

3. Gangguan pembekuan darah terutama pada ICB yang non-traumatik. Mc Donald dkk mendapat kadar rendah
fibrinogen, trombosit, antitrombin III faktor VIII. Faktor-faktor ini menjadi normal bila keadaan bayi membaik.

4. Foto kepala tidak dapat menunjukkan adanya perdarahan, hanya fraktur yang sukar dibedakan dengan sutura,
lipatan-lipatan kulit kepala dan mulase.

5. Dengan computerized tomography (CT Scan) semua jenis ICB dapat diketahui. Cara ini tidak secara rutin
karena biayanya sangat mahal.
Diagnosis
1. Infeksi pada bayi baru lahir/neonatus yang dapat memberikan gejala - gejala kesukaran bernapas
(apnea, takipnea, siano- sis), lemah (letargi), kejang - kejang, muntah dan lain-lain.

2. Tetanus neonatorum dengan kejang - kejang, dibedakan dengan PIN karena partus tetanus neonatorum
umumnya oleh dukun. TN hampir selalu terjadi pada akhir minggu pertama, bayi mula-mula minum baik
dan tiba-tiba sukar minum karena trismus dan gejala lain.

3. Penyakit metabolisme (hipoglikemi) yang dapat memberikan kejang letargi. Ibunya penderita DM dan
perlu pemeriksaan kadar glukosa darah bayi.

4. Kecanduan obat dari ibu, antara lain bayi kejang - kejang akibat ketergantungan vitamin B6

5. karena ibunya sebelumnya mendapat pengobatan vitamin B6 dosis tinggi. Dibedakan dengan PIN
berdasarkan anamnesis dan pengobatan ex juvantibus pada bayi.
Penatalaksanaan
1. Bayi dirawat dalam inkubator yang memudahkan observasi kontinu dan pemberian O2.

2. Perlu diobservasi secara cermat: suhu tubuh, derajat kesadaran, besarnya dan reaksi pupil, aktivitas
motorik, frekuensi pernapasan, frekuensi jantung (bradikardi/takikardi), denyut nadi dan diuresis.

3. Menjaga jalan napas tetap bebas, apalagi kalau penderita dalam koma diberikan O2.
4. Bayi letak dalam posisi miring untuk mencegah aspirasi serta penyumbatan larings oleh lidah dan kepala
agak ditinggikan untuk mengurangi tekanan vena serebral.

5. Pemberian vitamin K serta transfusi darah dapat dipertimbangkan.

6. Infus untuk pemberian elektrolit dan nutrisi yang adekuat berupa larutan glukosa (5-10%) dan NaCl
0,9% dengan perbandingan 4:1 atau glukosa 5--10% dan Nabik 1,5% dengan perbandingan 4:1.
Prognosis

Karena kemajuan obstetri, PIN oleh trauma kelahiran sudah sangat berkurang. Mortalitas PIN non traumatik
50--70% 7. Prognosis PIN bergantung pada lokasi dan luasnya perdarahan, umur kehamilan, cepatnya
didiagnosis dan pertolongan. Pada perdarahan epidural terjadi penekanan pada jaringan otak ke arah sisi yang
berlawanan, dapat terjadi herniasi unkus dan kerusakan batang otak. Keadaan ini dapat fatal bila tidak men-
dapat pertolongan segera.
Perdarahan yang meliputi batang otak pada bagian formasi retikuler, memberikan sindrom hiperaktivitet.
Pada perdarahan subdural akibat trauma, menurut Rabe dkk, hanya 40% dapat sembuh sempurna setelah
dilakukan fungsi subdural berulang-ulang atau tindakan bedah 16. Perdarahan subdural dengan hilangnya
kesadaran yang lama, nadi cepat, pernapasan tidak teratur dan demam tinggi, mempunyai prognosis jelek.
Pada perdarahan intraventrikuler, mortalitas bergantung pada derajat perdarahan.
Pencegahan

Untuk mengurangi terjadinya PIN, yang paling penting ialah pencegahan, yang
meliputi pemeriksaan ibu-ibu hamil secara teratur, memberikan pertolongan dan
perawatan yang sebaik-baiknya, baik waktu persalinan maupun sesudah anak lahir.
Perhatian khusus harus diberikan kepada bayi-bayi prematur (BKB) yaitu mencegah
episode asfiksia sebelum dan sesudah persalinan.

Pemberian koagulans sebagai usaha untuk mencegah timbulnya PIN sampai saat ini
belum ada persesuaian paham, tetapi pemberian vitamin K secara rutin pada BKB dapat
dianjurkan.
SEKIAN…

Anda mungkin juga menyukai