Anda di halaman 1dari 13

PUEBI

Oleh
WAHYUTIA YULIANNURUNNISA, M.Pd.
• Menurut KBBI, ejaan adalah kaidah cara menggambarkan
bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam tulisan
(huruf- huruf) serta penggunaan tanda baca (KBBI, 2008:353).
• Slogan “Mari kita gunakan bahasa Indonesia yang baik
dan benar”
(1) Bahasa Indonesia yang baik: bahasa Indonesia yang
penggunaannya sesuai dengan situasi komunikasi.
(2) Bahasa Indonesia yang benar: bahasa Indonesia yang
penggunaannya sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
Kaidah bahasa Indonesia itu meliputi tata bunyi, tata
bentuk kata, tata kalimat, dan tata tulis. Tata tulis itulah
yang disebut ejaan.
Sejarah Ejaan

• Sejak bahasa Indonesia masih bernama bahasa


Melayu sudah ada ejaan yang berlaku. Sesuai dengan
nama penulisnya, ejaan yang berlaku pada zaman
Belanda itu bernama Ejaan van Ophuijsen. Ejaan
yang mulai berlaku sejak tahun 1901 itu terdapat dalam
Kitab Logat Melajoe.
• Setelah Indonesia merdeka, disusunlah ejaan baru
yang merupakan perbaikan Ejaan van Ophuijsen.
Ejaan itu diberi nama Ejaan Republik atau
Ejaan Soewandi.
• Pemilihan nama Ejaan Republik dikaitkan dengan
peristiwa sejarah kemerdekaan negara kita dan
pemilihan nama Ejaan Soewandi dikaitkan dengan
nama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan waktu itu,
yaitu Mr. Soewandi. Ejaan Soewandi mulai berlaku tahun
1947.
• Setelah lebih dari dua dasawarsa Ejaan Soewandi
berlaku, diberlakukan Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan. Orang sering menyingkatnya menjadi
EYD. Ejaan itu diresmikan pemberlakuannya oleh
Presiden Soeharto berdasarkan Surat Keputusan Presiden
Nomor 57 Tahun 1972.
Perbedaan Ejaan Van Ophuijsen, Republik, & EYD

Ophuijsen Republik EYD dan PUEBI


tj tj c
dj dj j
j j y
nj nj ny
ch ch kh
sj sj sy
oe u u
Perbedaan Ejaan Van Ophuijsen, Republik, & EYD
• Ophuijsen Republik EYD
• djoedjoer djudjur jujur
• setoedjoe setudju setuju
• tjoetjoe tjutju cucu
• setjertjah setjertjah secercah
• chawatir chawatir khawatir
• choesoes chusus khusus
• njanji njanji nyanyi
• menjoeroeh menjuruh menyuruh
• sjarat sjarat syarat
• moesjawarah musjawarah musyawarah
• sajang sajang sayang
Perbedaan Ejaan Van Ophuijsen, Republik, & EYD
• bajang bajang bayang
• bapa’ bapak bapak
• tida’ tidak tidak
• ma’mur makmur makmur
• ra’yat rakyat rakyat
• ‘ilmu ilmu ilmu
• ‘akal akal akal
• Jum’at Jumat Jumat
• do’a doa doa
• ma’af maaf maaf
• ta’at taat taat
• poera2 pura2 pura-pura
Perbedaan EYD dan PUEBI

• Perbedaan pertama terletak pada diakritik pelafalan


vokal [e]. Pada PUEBI telah diatur diakritik
vokal e mempunyai tiga contoh pelafalan yang berbeda.
Namun, pada ejaan sebelumnya, yaitu di EYD hanya
dicontohkan dua pelafalan [e]. Diakritik pertama yang
disajikan pada EYD adalah [é] (taling tertutup) pada kata
enak, petak, dan sore. Diakritik kedua, pelafalan vokal
[ê] (pepet) pada kata emas, kena, dan tipe. Diakritik
pelafalan vokal [e] yang tidak disampaikan di EYD adalah
diakritik ketiga, yaitu pelafalan vokal [è] (taling
terbuka) pada kata militer, ember, dan pendek.
• Perbedaan kedua antara PUEBI dengan EYD adalah terdapat
tambahan diftong [ei]. Jika sebelumnya di EYD telah disampaikan
terdapat tiga diftong, PUEBI telah menyempunkan informasi
terkait diftong di bahasa Indonesia sebanyak empat,
yaitu ai, au, oi, dan ei. Tambahan diftong [ei] ini muncul karena
adanya kata yang telah diserap seperti kata survei, eigendom, dan
geiser. Survei dalam KBBI bermakna ‘teknik riset dengan member
batas yang jelas atas data; penyelidikan; peninjuan’, sedangkan
eigendom dalam KBBI termasuk kata di bidang hukum yang
bermakna ‘hak mutlak atas suatu barang; kepunyaam; milik’.
Selanjutnya, geiser dalam KBBI bermakna ‘mata air panas yang
mengeluarkan uap air atau gas yang disemburkan ke udara’.
• Perbedaan ketiga adalah adanya aturan penulisan huruf
kapital. Pada aturan sebelumnya penulisan huruf
kapital harus digunakan pada huruf awal sebuah nama
orang, nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan. Selanjutnya pada aturan terbaru di PUEBI
ditambahkan satu ketentuan, yaitu selain nama-nama
tersebut, kapital juga digunakan untuk huruf awal
julukan. Contoh julukan yang dimaksud seperti
Jenderal Kancil, Dewa Pedang, dan sebagainya.
• Aturan penulisan subbab Pemakaian Huruf yang tidak
terdapat pada EYD adalah aturan penulisan huruf tebal.
Dalam PUEBI dijelaskan bahwa huruf tebal dipakai untuk
menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring.
Selain itu, huruf tebal juga digunakan untuk menegaskan
bagian-bagian karangan, seperti judul buku, bab, dan
subbab.
• Pada EYD yang diresmikan pada tahun 1972, tanda baca titik
koma (;) tidak dijabarkan selengkap di PUEBI. Pada aturan
sebelumnya, titik koma (;) hanya digunakan untuk memisahkan
bagaian-bagian kalimat yang sejenis dan setara. Selain itu, juga
terdapat aturan, yaitu sebagai pengganti tanda hubung untuk
memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat majemuk. Selain
dua aturan tersebut, aturan lain juga disampaikan di PUEBI.
Aturan lain tersebut adalah tanda titik koma (;) digunakan pada
akhir princian yang berupa klausa dan digunakan untuk
memisahkan bagian-bagian pemerincian dalam kalimat yang
sudah menggunakan tanda koma.
• Awali dengan basmalah
Akhiri dengan hamdalah
Semoga ilmunya berkah
Menjadi lentera di alam barzah

Anda mungkin juga menyukai