Anda di halaman 1dari 53

Tata laksana

Infeksi Dengue
Sri Rezeki S Hadinegoro
Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM Jakarta
UKK Infeksi & Pediatri Tropis IDAI

PKB IDAI Sumbar , Padang 14-15 Desember 2013


Guidelines WHO
2009
2011 2012

WHO-TDR
WHO-SEARO
WHO-TDR
Kesepakatan UKK Infeksi & Ped Tropis

• Pedoman yang masih


dipergunakan adalah
guideline WHO 1997

Mengingat WHO merevisi buku pedoman tersebut,


maka UKK bersepakat;
Pedoman yang dipergunakan
di Indonesia adalah “harmonisasi” dari ketiga buku
pedoman
WHO guidelines
Guideline Issue
WHO 1997 Pengetahuan dasar mengenai epidemiologi,
patogenesis, diagnosis dan tata laksana kasus, tata
laksana KLB, dan vector control

WHO-TDR • Pemakaian “warning signs” untuk menjaring lebih


2009+2012 banyak kasus
• Klasifikasi severe dengue
• Syok kompensasi dan dekompensasi (hipotensif)

WHO-SEARO • “Warning signs” dipergunakan untuk mendeteksi


2011 syok secara dini
• Klasifikasi expanded dengue syndrome
• Laboratorium A-B-C-S
Klasifikasi Diagnosis Dengue WHO-SEARO 2011

Source: Comprehensive guideline for prevention and control of dengue and dengue haemorrhagic fever.
Revised and expanded edition. Regional office for South-East Asia, New Delhi, India 2011.
Perjalanan Penyakit Infeksi Dengue
Sejak kapan pasien demam?

Pada umumnya demam reda


pada hari sakit ke 3-4

Perhatikan setiap fase


mempunyai masalah berbeda

Pola kinetik kadar Ht dan


trombosit pada setiap fase
berbeda

Uji diagnostik perlu


diperhatikan pada setiap fase
NS-1

Fase perjalanan penyakit


sangat penting
Alur skrining pasien Tersangka Infeksi Dengue
Demam 2-7 hari,
Perhatikan “warning TRIASE
signs”

• Perlu dirawat?
• Perlu pemantauan? Rawat Inap Rawat Jalan
• Rawat jalan?

Tindakan Emergency Pulang


terapi, monitor & Tindakan Rawat 24 jam :
pantau selama
pemantauan ketat
observasi segera demam

• Dengan merawat di ruang rawat sehari (one day care=ODC),


mengurangi 76% rawat inap
• Sangat berguna dalam keadaan KLB dengue
(Sri Rezeki Hadinegoro, 1998)
Tata laksanaTersangka Infeksi Dengue
• Demam <7 hari • Nyeri kepala, nyeri retroorbital , mialgia,
• Ruam kulit artralgia
• Manifestasi perdarahan (uji • Leukopenia (4000/mL)
tourniquet / spontan) • Terdapat kasus dengue di lingkungannya

“Warning signs”
• Tidak perbaikan klinis saat suhu reda • Perdarahan: epistaxkss, bab hitam, hematemesis,
• Menolak makan/minum menoragia, urin coklat (haemoglobinuria /hematuria)
• Muntah berulang • Giddines
• Nyeri perut hebat • Pucat, ekstrimitas dingin
• Letargi, perubahan perilaku • Diuresis menurun dalam 4-6 jam
Tidak Ya

Tidak • Ko-morbiditas Ya
• Indikasi sosial
Rawat inap Pemantauan klinis + lab

Pulang, “Warning DBD Sindrom Expanded Dengue


rawat jalan Pemantauan Signs” syok dengue Syndrome
ketat • Keterlibatan organ
• Komplikasi
• Ko-morbiditas
• Ko-infeksi
Demam + Tersangka Infeksi Dengue
Manifestasi perdarahan, nyeri kepala, nyeri di belakang mata, mialgia,
artralgia, ruam
Lakukan Uji Tourniquet
apabila positif

Demam < 3 hari Demam 3 hari

Warning signs/syok (+) Warning signs/syok (-) Darah perifer


lengkap
Leukopenia Tidak leukopenia
Pem lab sbg data dasar
Darah perifer lengkap dan/atau atau
Edukasi orang tua
Gula darah trombositopenia trombositopenia
Dapat dipulangkan
Resusitasi intravena/ Monitor setiap hari,
koreksi dehidrasi bila memungkinkan
DD/ penyakit lain WS (-) WS (+) WS (+) WS (-)
Observasi, sebentar/
lama tergantung Dx High risk Monitor/MRS
DSS jarang terjadi pada patients Berikan cairan IV
demam <2 hari Monitor lembaran dengue

World Health Organization. Revised and expanded edition. Regional office for South-East Asia, New Delhi, India 2011.4
“Warning Signs”
• Tidak ada perbaikan klinis
detelah demam reda • Perdarahan: epistaksis, bab hitam,
• Menolak makan/minum hematemesis, menoragia, bak
• Muntah berulang coklat (haemoglobinuria atau
hematuria)
• Nyeri perut hebat
• Giddines
• Letargi, perubahan perilaku
• Diuresis menurun selama 4-6 jam
• Pucat, ekstrimitas dingin

Untuk mendeteksi dini syok


Penting
Membedakan antara Demam Dengue (DD) dengan
Demam Berdarah Dengue (DBD)
• DBD bukan kelanjutan DD, namun beda “disease
intity”
• Pada DBD terdapat perembesan plasma, DD tidak
• Pada DBD dapat disertai syok, DD tidak
• DD mempunyai prognosis lebih baik daripada DBD
• Perdarahan pada DD ringan
• Secara klinis perbedaan DD dan DBD dapat diketahui
dengan monitor suhu saat perpindahan fase demam
ke fase syok (hari sakit ke 3-5)
Pemantauan demam pada Demam Dengue

Tips
Pada Demam Dengue:
setelah suhu reda,
klinis & nafsu makan membaik

Time of fever defervescence


emp (Saat suhu reda)

Hari sakit/demam
Nasehat kepada orang tua
sebelum pasien dipulangkan
 Anak harus istirahat
 Cukup minum selain air putih dapat diberikan
susu, jus buah, cairan elektrolit, air tajin: ditandai
dengan frekuensi bak setiap 4 – 6 jam.
 Parasetamol 10mg/kgBB/kali diberikan apabila
suhu > 38oC dengan interval 4-6 jam
 Hindari pemberian aspirin/NSAID/ibuprofen
 Berikan kompres hangat
Kapan anak harus segera dibawa
kembali ke rumah sakit
 Pada saat suhu turun keadaan anak memburuk,
 Nyeri perut hebat,
 Muntah terus menerus,
 Tangan dan kakidingin dan lembab,
 Letargi atau gelisah/rewel,
 Anak tampak lemas,
 Perdarahan (misalnya b.a.b berwarna hitam atau
muntah hitam),
 Sesak nafas,
 Tidak buang air kecil lebih dari 4 – 6 jam,
 Kejang
Pemantauan pada rawat jalan

• Pasien rawat jalan harus kembali berobat setiap


hari sampai melewati fase kritis,
• pola demam,
• jumlah cairan yang masuk dan keluar (misalnya
muntah, buang air kecil),
• tanda-tanda perembesan plasma dan perdarahan,
• pemeriksaan darah Hb, leukosit, hitung jenis,
hematokrit, dan trombosit
Tata laksana pasien
rawat inap
• Tatalaksana DBD
• dini, segera dan tepat akan mengurangi morbiditas dan
mortalitas DBD.
• terapi yang berlebihan memperberat penyakit

• Pengobatan DBD simtomatis dan suportif


• terutama berupa penggantian cairan akibat perembesan
plasma
• mencegah timbulnya syok
• mengobati syok bila sudah terjadi
Perhatian untuk pasien rawat inap
• Pencegahan terjadinya syok
• prognosis jauh lebih baik dibanding bila pasien syok,
• bagian yang sangat penting mendeteksi adanya perembesan
plasma
• Awal perembesan plasma
• terjadi sekitar saat suhu tubuh turun (time of fever
defervescence).
• Trombositopenia
• indikator yang baik untuk mendeteksi perembesan plasma.
• Syok yang berkepanjangan
• Pada umumnya karena perdarahan saluran cern
Tata laksana DBD tanpa syok
• Istirahat
• Penggantian cairan
• pilihan: cairan kristaloid isotonik ringer laktat
atau ringer asetat
• perembesan plasma hebat dan dengan cairan
kristaloid tidak berhasi: koloid hiperonkotik
(osmolaritas > 300 mOsm/l): dextran 40 atau
cairan HES
• bayi <6 bulan : cairan NaCl 0,45%
Tata laksana DBD tanpa syok
• Jumlah cairan
• Volume rumatan (maintenance) + dehidrasi 5%
• Pasien dengan obesitas,
• penghitungan cairan berdasarkan berat badan
ideal
• Kecepatan pemberian cairan intravena
• disesuaikan dengan kondisi klinis dan
laboratorium secara berkala untuk menghindari
kelebihan cairan
Kecepatan cairan intravena DBD tanpa syok

Sumber: Kalayanarooj S, Nimmannitya S. Guideline for Dengue & Dengue Haemorrhagic Fever Management. Bangkok Medical Publisher, Bangkok 2003.
Pemantauan
• Pemantauan selama perawatan
• Tanda-tanda vital: keadaan umum, suhu, frekuensi nadi, frekuensi
nafas, dan tekanan darah dilakukan setiap 2-4 jam sekali pada pasien
tanpa syok dan 1-2 jam sekali pada pasien syok
• muntah, perdarahan, dan “warning signs”
• perfusi perifer, harus sering diulang untuk mendeteksi awal gejala syok

• Pemeriksaan hematokrit
• awal dilakukan sebelum resusitasi atau pemberian cairan intravena
(sebagai data dasar), diupayakan dilakukan setiap 4-6 jam sekali

• Pemantauan volume urin


• minimal 8-12 jam untuk pasien yang tidak syok
• tiap jam untuk syok berkepanjangan atau pada pasien dengan kelebihan
cairan
• upayakan jumlah urin 0,5ml/kgBB/jam
Pemeriksaan Penunjang
• Darah perifer lengkap, kadar gula darah, uji
fungsi hati, sistem koagulasi sesuai indikasi
• Foto dada posisi right lateral decubitus apabila
diperlukan
• Periksa golongan darah pada semua pasien DSS
• Atas indikasi: USG, EKG
• Pasien risiko tinggi, obesitas, bayi, ibu hamil, ko-
morbid (DM, hipertensi, thalasemia, sindrom
nefrotik) pemeriksaan laboratorium atas indikasi
Sindrom Syok Dengue
• Syok hipovolemik akibat perembesan plasma
• fase dini, syok kompensasi /compensated shock
• fase lanjut , syok dekompensasi/uncompensated shock

• Prinsip utama pada pengobatan SSD


• pemberian cairan yang cepat dengan jumlah yang
adekuat.
• segera atasi ko-morbid dan penyulit: hipoglikemi,
gangguan asam basa dan elektrolit
Lemak
20.8%

Protein
17.0%

Anak: air 70-80% Dewasa: air 60% Lansia: air 50%

Komposisi komponen tubuh


Sumber: Eastern University. Fluid & electrolyte in infants and young children, 2002
Komposisi Cairan Tubuh
Presentase terhadap
Cairan
tubuh 60% volume cairan tubuh

Cairan Cairan Cairan


extraselula intraselular tubuh
r 20% 40% 100%

Cairan Cairan Cairan


Plasma 5% interstitial extraselula intraselular
15% r 33% 67%

Presentase terhadap Cairan


berat badan Plasma
interstitial
25%
75%
Jenis Terapi Cairan
Terapi
cairan

Resusitasi Rumatan

Kristaloid Koloid Elektrolit Nutrisi

Ringer laktat Dextran D5%-NaCl Aminofuchsin


Ringer asetat Gelatin D5%-HCO3 Aminoleban, dll
Normal saline HES

Menggantikan kehilangan akut Memelihara keseimbangan


cairan tubuh cairan tubuh & nutrisi
Perbandingan kedua ruang
Volume plasma berkurang ECF 80%:20% atau 90%:10%
(normal 75%:25%)

Peningkatan vaskular
permeabilitas

Hanya cairan isotonik yang


Perbaiki segera volume
direkomendasi untuk
plasma dalam sirkulasi
resusitasi
Cairan Koloid
Meningkatkan
Lama dalam Tekanan onkotik
tekanan onkotik unt
intravaskular plasma sesuai
memperbaiki
tergantung berat dengan rata-rata
keseimbangan fluid
molekul berat molekul
flux

Molekul kecil Contoh


mempunyai efek
Menarik kembali • Dextran
osmotik lebih besar
cairan dari ruang • Gelatin: hemacel,
daripada molekul
intertisial ke gelofuchsin
besar pada
intravaskular
konsentrasi yang • Hydroxyl ethyl
sama starch (HES)
Colloid solution
Characteristic of various different colloids used for
plasma support
Characteristic of Initial volume Duration vol Adverse effect Allergic Other
colloid solution expansion effect (hours) on coagulation potential significant
side effect
3% Gelatin 60-80 3-4 +/- ++
MW 35.000
10% Dextran40 170-180 4-6 ++ + Renal
MW 40.000 failure
6%Dextran70 100-140 6-8 ++ +
MW 70.000
6% HES 100-140 6-8 + +/-
MW 200,000/0.5
6% HES 80-100 12-24 ++ +
MW 400,000
11/25/2019
Wills B. Management of Dengue. In: Dengue, Halstead SB, 2008
Indikasi Pemberian koloid
• Syok tidak teratasi dalam 60 menit
(maksimal 90 menit, dihitung sejak awal
syok sebelum dirawat)
• Dosis 10-30 ml/kgbb/jam
• Koloid diberikan melalui jalur infus berbeda
dengan cairan rumatan (kristaloid)
• 25% kasus DBD syok memerlukan koloid
• Perhatikan pemilihan jenis cairan koloid

11/25/2019
Sindrom Syok Dengue Terkompensasi
• Berikan oksigen 2-4L/menit
• Cek kadar hematokrit
•Kristaloid RL/RA 10-20ml/kg.BB bolus dalam 10-20 menit

Ya Tidak
Syok teratasi
IVFD 10ml/kg.BB, 1-2 jam Periksa Ht, AGD, gula darah,
kalsium, perdarahan (ABCS)
Koreksi asidosis, hipoglikemia, hipokalsemia
Tanda vital stabil
Turunkan IVFD bertahap
Ht naik Ht turun
7, 5, 3 , dan 1,5 ml/kg.BB/jam

Bolus ke-2 dg kristaloid atau


Koloid 10-20ml/kg.BB Perdarahan
Stop IVFD
dalam 10-20 menit Tidak jelas
maksimal 48 jam
setelah syok teratasi
Koloid 10-20ml/kg.BB
Transfusi darah
dalam 10-20menit, jika syok
menetap dianjurkan transfusi
• Berikan oksigen 2-4 liter per menit
• Resusitasi dengan cairan kristaloid isotonik intravena
10 -20 ml/kgBB berupa bolus dalam 10-20 menit.
• Periksa dan pantau hematokrit
• Apabila syok telah teratasi,
• berikan cairan 10 ml/kg BB/jam selama 1-2 jam
• jika sirkulasi stabil jumlah cairan dikurangi secara bertahap
menjadi 7,5-5-3-1,5ml/kgBB/jam.
• 24-48 jam pasca resusitasi, cairan intra vena sudah tidak
diperlukan

Tata laksana Syok Dengue


Terkompensasi
Nama …………BB…kg Rumatan ……ml/hari=….ml/jam, rumatan+def5%....ml/hari=…m
10
6 jam: ….ml
Kecepatan cairan (ml/jam)

8 12 jam: ….ml
10-5ml/kgBB/jam
18 jam: ….ml
6
5-3ml/kgBB/jam 24 jam: ….ml
4
3-1,5ml/kgBB/jam

2 1,5ml/kgBB/jam
Syok

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
23 24 jam

Kecepatan cairan intravena pada DSS (ml/jam)


Jam ke

Jam

Jenis

Ht %

Urin,ml

Sumber: Kalayanarooj S, Nimmannitya S. Guideline for Dengue & Dengue Haemorrhagic Fever Managemant. Bangkok Medical Publisher, Bangkok 2003.
Syok Dengue Terkompensasi
apabila syok tidak teratasi

• Apabila syok tidak teratasi, berarti pasien jatuh dalam


syok dekompensasi
• periksa analisa gas darah, hematokrit, kalsium dan gula
darah yang dapat memperberat syok hipovolemik dikenal
sebagai A-B-C-S ( A=asidosis, B=bleeding, C= calcium,
S=sugar)
• apabila salah satu atau beberapa kelainan ditemukan, segera
lakukan koreksi
• Asidosis yang berat dapat menimbulkan
• eksaserbasi hipotensi
• gangguan kontraktilitas otot jantung dan mudah terjadi
aritmia bahkan sampai henti jantung.
• menurunkan respons kardiovaskular terhadap katekolamin
• Indikasi pemeriksaan analisis gas darah: syok
berkepanjangan ( prolonged shock)
• Asidosis yang tidak segera dikoreksi akan
memperberat syok hipovolemik.

Asidosis
periksa analisis gas darah (AGD)
• Perdarahan pada
dengue
• Nyata: hematom
bekas pengambilan
darah, hematemesis
dan melena
• Tersembunyi
(occult/concealed
bleeding) : nyeri
perut, selanjutnya
feses berwarna hitam

Perdarahan
Indikator untuk mendeteksi perdarahan
• Pemeriksaan hematokrit berkala: saat syok,
setelah resusitasi cairan, setiap 4-6 jam
• hematokrit menurun atau pada pemeriksaan awal
hematokrit tidak tinggi & hemodinamik tidak stabil,
harus dicurigai perdarahan.

• Transfusi darah
• memperbaiki oksigenisasi dan hipoksia jaringan
• mengatasi penyebab asidosis
• darah segar 10 ml/kg BB atau fresh packed red cell
(PRC) 5ml/kg BB
• Kadar kalsium pada DBD
• menurun pada setiap pasen DBD, kebanyakan kasus
tidak memberikan gejala
• kalsium berperan penting untuk kontraktilitas otot
polos dan otot skeletal
• hipokalsemia yang tidak dikoreksi: menimbulkan
insufisiensi kontraktilitas otot jantung, respons
terhadap resusitasi cairan tidak sesuai yang
diharapkan

• Terapi kalsium glukonat


• dosis 1mg/kgBB intravena perlahan-lahan (apabila diperlukan
dapat diulang setiap 6 jam), dosis maksimal 10ml

Kalsium
• Penyebab hipoglikemia
• asupan yang rendah akibat nafsu makan yang
menghilang disertai muntah
• gangguan fungsi hati, dapat terjadi hiperglikemia

• Hipoglikemi merupakan keadaan darurat medis dan


harus segera dikoreksi,
• menimbulkan gangguan kesadaran dan kejang
• aritmia bahkan henti jantung

• Pengobatan: larutan glukosa 0.5-1.0 g/kg BB


diberikan secara bolus

Hipoglikemia
• Perhatikan kadar
hematokrit
• Kadar Ht tetap tinggi atau
meningkat, berikan larutan
koloid 10 ml/kgBB dalam
waktu 10-20 menit
• berikan pada alur infus
yang berbeda dengan
kristaloid
• Kadar Ht menurun atau
rendah, disertai dengan
hemodinamik yang tidak
stabil: kemungkinan
perdarahan berat, berikan
transfusi darah segar atau
PRC

Resusitasi kedua gagal


• Setelah syok teratasi
• Pertahankan cairan 10 ml/kgBB/jam selama 1-2 jam
• Ganti larutan kristaloid, dikurangi bertahap menjadi 7,5-5-
3-1,5 ml per kgBB/jam
• Dalam 24-48 jam setelah syok teratasi, cairan intravena
sudah tidak diperlukan lagi
• Syok berkepanjangan
• sesuai tata laksana perdarahan
• seringkali diperlukan ventilator dan pemberian obat
inotropik

Tindak lanjut
Sindrom Syok Dengue Dekompensasi

• Berikan oksigen 2-4L/menit


• Periksa hematokrit, AGD, gula darah, kalsium, perdarahan (A-B-C-S)
• Kristaloid atau koloid 10-20ml/kg.BB dalam 10-20 menit

Ya Syok teratasi Tida


k
IVFD 10ml/kg.BB, 1-2 jam Evaluasi Ht, AGD, gula darah,
kalsium, perdarahan (ABCS)
Koreksi asidosis, hipoglikemia, hipokalsemia
Tanda vital stabil
Turunkan IVFD bertahap
Ht naik Ht turun
7, 5, 3 , dan 1,5 ml/kg.BB/jam
Bolus ke-2 dg kristaloid atau
Koloid 10-20ml/kg.BB Perdarahan
dalam 10-20 menit
Stop IVFD Tidak jelas
maksimal 48 jam
setelah syok teratasi Koloid 10-20ml/kg.BB
dalam 10-20menit, jika syok Transfusi darah
menetap dianjurkan transfusi
• Pemeriksaan berkala
• Tanda vital setiap 15-30 menit, selanjutnya setiap jam
bila fase kritis sudah dilewati
• Analisis gas darah, gula darah, kalsium pada saat
masuk rumah sakit terutama pada pasien syok
dekompensasi atau syok yang berkepanjangan.
• Hematokrit harus diperiksa saat pemberian cairan
resusitasi pertama dan kedua, selanjutnya setiap 4-6
jam
• Produksi urin harus ditampung dan diukur

Pemantauan SSD
• Perhatian khusus
• Bila ditemukan gangguan fungsi organ lain, seperti
ginjal, hati, gangguan pembekuan, jantung, periksa
atas indikasi
• Periksa keadaan respirasi (nafas cepat, nafas cuping
hidung, retraksi, ronki basah), peninggian tekanan
vena jugularis, adanya asites, efusi pleura.
• Perhatian khusus harus diberikan untuk kemungkinan
terjadinya edema paru.

Perhatian pada Pemantauan SSD


• Penyebab edema paru: kelebihan cairan
• menimbulkan asidosis, pasien dapat jatuh kembali
ke dalam syok
• Apabila nadi cukup kuat, fungsi ginjal baik
• berikan furosemide 0,5 mg i.v dua kali sehari,
jumlah cairan dikurangi menjadi 1-2
ml/kgBB/jam

Edema paru
Gejala klinis tidak lazim Komplikasi pengobatan
(unusual manifestations)
• Ensefalopati • Fluid overload
• Gagal ginjal (kelebihan cairan)
• Miokarditis • Gangguan respirasi:
edema paru, ARDS
• Ko-morbiditas
• Gangguan elektrolit
• Ko-infeksi

Expanded dengue syndrome


Disfungsi hati
Udem otak akibat dari (hepatic encephalopathy):
hipoksia peningkatan amoniak

Kelainan metabolik:
hipoglisemia, Perdarahan kapiler
hiponatremia, serebral
hipokalsemia

Faktor risiko terjadinya dengue ensefalopati


Prolonged shock, Disfungsi hati berat
Perdarahan GIT masif, Fluid overload
Profile of Dengue Encephalopathy
Liver/
Age BW GI Fluid Associate
Sex spleen Grade Coma Referral
(years) (kg) bleeding overload diseases
(cm)

1.3 F 81 3/- 4 + + + Diarrhea +


convulsion
11.7 F 42 2/- 4 + + – - –

13 M 37 2/- 4 + + + ASA +

6 F 132 10/4 4 + + – Thalasemia +


convulsion
7 M 20 3/- 4 + + – Pneumonia +
G6PDdef
7 F 191 2/- 4 + + + - +
2.11 F 21 3/- 4 + + + NSAID +
convulsion

Witayathawornwong P, Dengue Bulletin 2004


Tata laksana
DBD/SSD versus Dengue ensefalopati
Jumlah cairan harus Restriksi cairan 4/5

Dengue ensefalopati
DBD/DSS

ditambah kebutuhan
Asidosis Alkalosis
Hiponatremia (perlu Natrium dikurangi
tambahan natrium) Kortikosteroid
Kortikosteroid tidak diberikan pada fase
diberikan akut (kontra indikasi
Masalah apabila terdapat
perdarahan)
Tata laksana Dengue Ensefalopati
• Kelainan neurologik
(kesadaran menurun, kejang)
JE lebih mencolok dan lebih awal
• Pemeriksaan serologik IgM
dengue dan IgM JE

• Ratio > 1: infeksi dengue akut,


Ratio IgM IgM dengue > 40U
dengue/JE • Ratio < 1: infeksi JE akut,
IgM JE > 40 U

Dengue versus JE
• Membebaskan jalan nafas dan
pertahankan oksigenasi
• Mencegah tekanan intrakranial meninggi
• Mencegah hipoglikemia
• Menurunkan produksi amoniak
• Pemberian vit K
• Koreksi asidosis dan gangguan elektrolit

Tata laksana dengue ensefalopati


• Cairan 4/5 kebutuhan setelah syok teratasi
• Cairan rendah Na+, ringer asetat
• O2 2-4 liter/menit
• Koreksi asidosis/ alkalosis
• Diamox atau kortikosteroid (kontra indikasi perdarahan)
• Pertahankan gula darah >60mg%
• Cegah infeksi sekunder
• Neomisin 50mg/kgbb/hari (max 1 g/hari),
• Laktulosa 5-10ml, 3-4x/hari
• Vit K 3-10 mg, 3 x sehari
• Asam amino rantai pendek (aminoleban)
• Hindarkan obat yang tidak perlu

Tata laksana dengue ensefalopati


• Dalam tata laksana diperlukan pengetahuan
mengenai perjalanan penyakit infeksi dengue
• Sebagian besar infeksi dengue ringan dan dapat
berobat jalan, maka skrining dan monitor anak
dengan demam sangatlah penting
• Deteksi dini terjadinya perembesan plasma
adalah kunci tata laksana infeksi dengue
• Pemberian cairan segera dan adekuat serta
mempertahankan oksigenasi yang baik akan
mencegah perdarahan yang sulit diatasi

Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai