• DOSEN : Dr MARIMAN SH M Si • Jabtan : Ketua Stisip Kartika Bangsa Jogyakarta • Kuliah : Program Perepatan • Prgram : Magister Administasi Publik Ta 2019/2o2o • STISIP KARTIKA BANGSA JOGAKARTA • No Hp 081344695446 • RERMASI PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH ( Sektor Pubik )
• Reormasi Tahun 1999
• Dominan aspek pemeritahan • Tuntutan Otonomi yang hub pemerintah pusat dan daerah • Peaksanaan otonomi daerah segera dilaksanakan • Tuntutan atas otonmi menimbulkan interprestasi pada masarakat yang terkesan kebablasan • Pelaksaan otonomi daerah harus tetap bebingkai pada Negara Kesatuan Republik Indnesia (NKRI)
• Otonomi daerah yang sedang berlaku bergulir
yang dengan UU Nomer 22 tahun 24 dan UU nomer 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah pembaruan dari UU Nomer 25 Tahun 1999 • Kedua Undang undang tersebut merupakan bagian dari reformasi tersebut
• Reformasi keuangan daerah memberi angin
segar pada daerah untuk mengelola keuangan daerah seara mandiri • Reformasi keuangan daerah berpedoan pada : • 1. PP No 58 Tahun 2005 • 2, PP No Tahun 2000 • Dengan adanya kedua PP itu pemda merupakan tantangan dan sekaigus kesempatan untuk disikapi oleh daerah seara tepat agar tidak menipang peaksanaana • Hal hal Penting Reformasi Keuangan daerah
• Banyak yang muncul dengan
adanya PP No 58 tahun 2005 pembaruan dari PP 105 Tahun 2000 • 1 adanya paradigm baru • 2 Tranparansi • 3 Akuntabilitas • Vertikal accounblility menadi horizontal occounbility • Dari tradisnal budget menjadi performent budged • Dari pengendalian audit keuangan menjadi pengendalian dan audit keuangan dan kinerja • PERANAN AKUTANSI SEKTOR PULIK DALAM PEMERITAH • Dampak reformasi positif dan negative • Krisis ekonomi krisis kepercayaan menimukan reformasi total • Dengan keuarnya UU No 22 Tahun 1999 dan UU no 25 Tahun 1999 • Bealihnya kekuasaan pusat yang mutlak pindah ke Daerah • Membentuk masyarakat madani • Perimbangan Keuangan Pusat daerah dan daerah • Terwujudnya Goodgoermen yaitu pemerintahan dan bersih jujur dan transparansi • Sebagai tindak lanjut Reformasi dibidang perimbangan keuangan Pusat dan Daerah untuk menciptakan goodgaermen maka diperlukan serangkaian Reformasi anjutan yaitu : Reformasi anggaran ( budgeting reform) Reformasi system pembiaan (finaial reform ) • Reformasi Sistem Akutansi ( Auconting Reform) • Reformasi system pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah daerah ( audit Reform) dan • Reformasi Sistem Menejemen Keuangan Daerah (Finanial menejemen Reform )
• TUJUAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
PEMERITAH DAERAH
• Secara garis besar secara umu tujuan penajian
laporan keuangan oleh Pemerintah daerah adaah ::
• A Untuk memberikan informasi yang digunakan
dalam pembuatan keputusan ekonomi social poitik serta sebagai bukkti pertanggung jawaban ( account bility ) dan pengelolaan ( atewardship) • B Untuk memberikan informasi yang digunakan untuk mengealuasi kinerja dan pengelolaan manajerial dan oraginasanional .
• Seara Khusus tujuan penajian laporan
keuangan oleh pemerintah daerah adalah : a. Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan memprediksi aliaran kas sado neraca dan kebutuhan sumber daya financial jangka pendek unit pemerintah . • .c. Meberikan informasi keuangan untuk memprediksi kondisi Ekonomi • D. memberikan informasi keuangan untuk monitor kinerja • E memberikan informasi untuk mengealuasi kinerja dan menejerial dan organisasional .
• AUDIT SEKTOT PUBLIK PENGAWASAN
DAN PEMERIKSAAN APBD
• Pemeriksaan ( Auditing) diaksanakan
ketika anggaran berjaan • Pengawasan dilaksanakan mulai perenanaan penganggaran pelaksanaan maupun pada tahab pertanggung jawaban APBD • PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN APBD • Pengawasan APBD adalah segala kegiatan untuk menjamin agar pengumpulan pengumpulan pendapatan daerah dan pemelanjaan pengeluaran daerah berjaan sesuai dengan rencana dan aturan aturan dan tujuan yang ditetapkan . • Tujuan Umum Pengawasan Keuangan daerah :
• 1 .Untuk menjamin keamanan seluruh
komponen keuangan daerah • 2 Untuk menjamin dipatuhinya berbagai aturan yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan daerah . • 3 Untuk menjamin dilakukanya berbagai upaya penghematan • Tujuan Pengawasan APBD
• 1 Untuk memastikan yang disusun
benar benar sesuai dengan renana strategic dan prioritas yang telah ditetapkan • 2, Untuk memastikan APBD tersebut sesuai dengan anggaran dan aturan aturan dan tujuan yang telah ditetapkan • 3 Untuk memastikan bahwa pelaksanaan APBD tersebut dapat dipertanggung jawabkan . • Jenis jenis Pengawasan • 1, Pengawasan berdasarkan obyek • 2 Pengawasan berdasarkan Suifatnya • 3. Pengawasan menurut metodenya • 4 Pengawasan Operasional • PERJALANAN UU PEMERINTAH DAERAH • DI INDONESIA . • 1. UU Nmer 1 Tahun 1945 tentang Otonomi Pemda • 2. UU No 22 Th 1948 Pkok PokokPemda berhak mengatur Rumah Tangganya sendiri • 3. UU No 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan otonomi Pemda • 4. UU No 1 Tahun 1957 Tentang Pokok Pokok Pemda • 5. UU No 5 Tahun 1974 tentang Pokok • Pokok Pemerintahan di Daerah ( Sudah ada Desentralisasi ( Metbewen ) Era orba • 6. UU No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Era Refoarmasi) • UU No 32 Tahun 2004 Tentang Pemda • UU No 23 Tahun 2014 Tentang Pemda Perubahan Pertama • UU No 9 Tahun 2015 Tahun tentang Pemda perubahan kedua . • PERKEMBANGAN REFORMASI MENEJEMEN PENGELOLAAN KEUAGAN DAERAH
• Reformasi pengelolaan keuagan daerah
di Indonesia dapat digolongkan terlambat dibandingkan negara negara maju seperti Amirika Inggris dsb yang paling dekat di Asia seperti Filipina Malesia selandia Baru sudah sejak tahun 1970an telah diadakan serangkaian reformasi pengelolaan keuangan public yang menggunakan anggaran berbasis Kinerja . • ( Perporment budged )
• Di Amirika Serikat menggunakan anggaran
dengan menggunakan pendekatan planning programing Budged System ( PPBS) Pada tahun 1965
• Dilihat dari aspek historis perjaanan
reformasi menejemen keuangan daerah di Indonesia dapa t dibagi dalam tiga fase
• 1). Era pra otonomi daerah dan desentralisasi
fiscal ( 1974 s/d 1999 ) • 2. Era transisi Otonomi daerah ( 2000 s/d 2003 ) • (3) Era pasa transisi ( Tahun 2004 s/d sekarang • Era pra otonomi daerah meupakan pelaksanaan otonomi era orde baru berdasarkan UU No 5 Tahun 1974 yang bersifat sentralistis top down planning dan budgeting penggunaan anggaran tradisinal
• Rezim anggaran berimbang ( balane budget )
sistm pembukuan tuggal (single entry) • Akuntasi basix cast Otonomi semu ini berangsung selama 25 Tahun sampai dengan pelaksanaan otonomi luas dan nyata berdasarkan UU Nomer 22 Tahun 1999 dan UU No 25 Tahun 1999 yang bersifat desentralisasi butten up (partisipatie) planning and budgeting penggunaan anggaran berbasis Kinerja sintem pembukuan berpasangan dobel entry bookeping dan akutansi basis kas modofikasi ( modifiate cast basix ) • Mulai berlakukan reformasi menegemen keuangan daerah yaitu berlakunya • UU No 22 Tahun 1999 • UU No 25 Tahun 1999 • PP 105 Tahun 2000 • PP 108 Tahun 2000 • Kepmendagri 29 Tahun 2000
TATA URUTAN PERATURAN PERUNDANG
UNDANGAN YANG MENGATUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH 1. UU Nomer 17 Tahun 2003 tentang keuangan negara yang menggantikan Indice compabiliteiswet • ICW warisan Pemerintah Hindia Belanda • 2. UU No 1 Tahun 2004 tentang perbendaharaan Negara • 3. UU Nomer 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara • 4 UU Nomer 25 Tahun 2004 tentang system perenanaan pembangunan Nasional • 5. UU Nomer 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah merupakan revisi UU No 22 Tahun 1999 • 6. UU No 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah reisi UU No 25 Tahu 1999 • PERUBAHAN KELEMBAGAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
• Perubahan system pengggaran anggaran
berbasis kinerja
• Berimplikasi pada perubahan kelembgaan
pengelolaan keuangan daerah
• Perubahan pengeoaan keuangan daerah dari
sentralisasi menjadi desentralisasi
• Dari Sekretaris daerah beralih ke SKPD
SKPD sebagai pengelola Keuangan daerah . • BPKD bertugas mengkoordinasikan laporan keuangan seluruh satuan kerja • Pejabat yang terkait dengan pengelolaan daerah • 1.Kepaa daerah seaku pemegang kekuasaan pengelaan keuangan daerah • 2. Sekretariat daerah selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah sekaligus merupakan koordinataor pengelolaan keuangan daerah • 3. Kepala badan Pengelola keuangan daerah ( PPKD) sekaligus merupakan bendahara umum daerah ( BUD) • 4. Kepala Satuan kerja Perangkat Daerah selaku Pengguna Anggaran Pengguna barang • 5. Kuasa Pengguna Anggaran kuasa pengguna barang . • 6. Pejabat penatausahaan Keuangan satuan kerja Perangkat Daerah ( PPK • SKPD ) • 7. Bendahara penerimaan pengeluaran (SKPD) • 8. Bendahara Penerimaan Pembantu . • 9. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan ( • INESTASI • Inestasi diatur daam Undang Undang No 1 Tahun 2004 tentang perbendaraan negara
• PP No 8 Tahun 2007 tentang tentang
Inestasi Pemerintah
• PP No 1 Tahun 2008 tentang Inestasi
Pemerintah • PP No 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Kekaaan Daerah
• Permendagri 13 Tahun 2006 dan Permendagri
No 6 Tahun 2006 tentang Pengeolaan Barang milik Negara Daerah
• Turunanya Permendagri No 17 Tahun 2007
Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan barang milik daerah . • METODE PENEITIAN ADMINISTRASI PUBIK • SISTEM HUKUM (Legal system) • Bruggink: • Sistem hukum hanya merupakan upaya rasionalisasi (melalui proses sistematisasi logis) untuk memperoleh suatu gambaran yang menyeluruh yang terssusun dalam suatu ikhtisar berkenaan dengan hukum positif. • Sistem hukum tidak selalu menunjukkan hirarkis dari asas sampai dengan kaidah khusus. Sistem demikian merupakan sistem tertutup. Membentuk sistem total dan yang secara logis bersifat tertutup mustahil • Sistem hukum bersifat terbuka. Sistem hukum yang terbuka yang memungkinkannya mengikuti perkembangan dalam masyarakat. • Perekat sistem hukum: • Hans Kelsen Grundnorm berfungsi sebagai perekat sistem hukum . Grundnorm membentuk penilaian etis terhadap sistem hukum. • Dias: perekat sistem adalah keabsahannya karena pembentukan kaidah berbasis sama. • Fuller sistem hukum mengandung moralitas tertentu (principles of legality): mengandung peraturan hukum yang konstan, diumumkan, tidak berlaku sutrut (asas retroactive), mudah difahami, konsisten, tidak mudah diubah dan ditegakkan. • Sistematisasi sistem hukum positip tergantung pada kepentingan masyarakat dan tujuan politik yang berkembang. • Sistem hukum merupakan suatu keseluruhan yang terbatas, yang memperlihatkan aturan-aturan hukum dan putusan hakim yg berlaku dalam masyarakat tertentu. • Sistem hukum terbentuk oleh asas-asas hukum. • Perekat sistem hukum: • Hans Kelsen Grundnorm berfungsi sebagai perekat sistem hukum . Grundnorm membentuk penilaian etis terhadap sistem hukum. • Dias: perekat sistem adalah keabsahannya karena pembentukan kaidah berbasis sama. • Fuller sistem hukum mengandung moralitas tertentu (principles of legality): mengandung peraturan hukum yang konstan, diumumkan, tidak berlaku sutrut (asas retroactive), mudah difahami, konsisten, tidak mudah diubah dan ditegakkan. • Unsur sistem hukum: – Satjipto Rahardjo: struktur hukum, kategori, dan konsep hukum. – Kees Schuit: – unsur idiel (terbentuk oleh sistem makna hukum, yaitu aturan, kaidah-kaidah dan asas-asas), – unsur operasional (keseluruhan organisasi dan lembagalembaga yang didirikan dalam suatu sistem hukum, termasuk para pengemban jabatan yg menjalankan lebaga tersebut), – unsur aktual (keseluruhan putusan-putusan dan perbuatan konkrit yang berkaitan dengan sistem makna hukum, baik yg berasal dari pengemban jabatan maupun yg – Friedmann: Substansi hukum, struktur hukum, dan budaya hukum – Substansi hukum mencakup seluruh aturan yang berlaku – Struktur hukum mencakup semua perangkat organisasi dan fasilitas penegakan hukum – Budaya hukum mencakup budaya measyarakat yang mempengaruhi prilaku ketaatan/kepatuhan dan penegakan • DUA VISI DALAM HISTORITAS SEJARAH YG BERBASIS PADA PENGEMBANGAN FILSAFAT HUKUM • IDEALISTIS-SPRITUALISTIS • Gagasan hukum absolut muncul dari satu gagasan ke gagasan yg lain dan cenderung a-priori tidak berubah dan karenanya a- historis, meskipun dapat dikronologiskan [Ide Plato, Aristoteles, Cicero dst] • Hukum adalah perwujudan ide, seperti keadilan, rasio dll sebagai pandangan hukum statis. • • MATERIALISTIS-SOSIOLOGIS • Hukum tidak semata ide (produk ratio) tetapi yang sangat penting adalah produk kenyataan kehidupan masyarakat (lokal, regional, nasional dan global). • Mazhab historis contoh dari paradigma hukum sbg produk kenyataan. • Marxisme adalah contoh pemikiran yg menghasilkan paradigma hukum empiris. – IDEALISTIS SPRITUALISTIS • Jika hukum dianggap sbg perwujudan gagasan absolut arahnya dan hasilnya pastilah pandangan hukum statis. • Benar bahwa ide-ide hukum muncul (lahir) dari pemikiran secara berurut, dari pemikiran ahli yg satu ke ahli yg berikutnya, yang belakangan melengkapi yg terdahulu atau mengkritisi ide ahli sebelumnya. • Perkemnbangan dari pemikiran ahli yang terdahulu ke ahli berikutnya cenderung a-priori atau a-historis. • Ide-ide yang berkembang itu bisa diurut secara kronologis (vertikal) tetapi tidak dalam pengertian kronologis linier (horizontal). IDEALISTIS-SPRITUALISTIS MENGUASAI PEMIKIRAN DAN PENCIPTAAN HUKUM SAMPAI ABAD XIX • Idea hukum yg dicetuskan Plato dianggap lebih dari sekedar materi hukum (galian pemikiran filosofis spekulatif). Demikian pula pandangan Aristoteles ttg keadilan alam” dan “keadilan perundang- undangan”. • Era abad menengah hukum yang diberi energi keyakinan dari keagamaan atau ‘ius naturale’ versi Thomas Aquino. • Era renaissance di abad XVI muncul semacam skularisasi konsep hukum alam. • Abad XVII dan XVIII adalah era ini peletakan batu pertama tentang hukum sebagai produk kecerdasan, hukum yang berlandaskan pada peristiwa atau kenyataan menyusul perkembangan ilmu eksakta yang berbasis pada fenemona empiris eksperimental • Teori tentang wilayah kewenangan, subyek dan hubungan hukum • Gebiedsleer = ajaran tentang wilayah hukum kewenangan (darat, laut, udara, orang dan batas-batas wewenangnya) • Persoonleer = ajaran tentang subyek hukum: Negara adalah subyek hukum internasional. Pemerintah adalah subyek hukum yang mewakili negara sebagai subyek hukum nasional maupun internasional • De leer van de rechtsbetrekking = ajaran tentang hubungan hukum hubungan hukum Penguasa/ pemerintah suatu negara dan warga • Penguasa memiliki tugas (kewajiban) dan wewenang (hak) • Warga memiliki hak (kewajiban penguasa utk memenuhinya) dan kewajiban (wewenang penguasa utk menuntut pemenuhannya dari • Tugas pengusa >< hak warga • Menyelenggarakan pendidikan, menjamin keamanan dan ketertiban, menyediakan bahan pangan, lapangan kerja, memadamkan api, menyediakan transportasi, menjaga perbatasan, membuat jembatan dan jalan, menyediakan fasilitas kesehatan, membasmi epidemi, • Membuat selokan, menyediakan air bersih, menjaga kelestarian lingkungan • Tugas penguasa diwujudan: dgn PerPerUU, Administrasi, dan pengadilan • Wewenang Penguasa >< Kewajiban Warga (bayar pajak, taat hukum termasuk menaati perintah panggul senjata, menghadap pengadilan, menjadi saksi, belajar, makan, perumahan, mendapat pekerjaan, dll) • Wewenang penguasa diwujudkan melalui pengaturan yang mewajibkan warga jika kewajiban aparat negara utk memaksa, pengadilan untuk mengadili yg dianggap bersalah/ingkar thd kewajiban; dan penjara utk menghukum warga yg terbukti ingkar • Kajian Filsafat tentang hubungan hukum dengan negara • Leon Duguit: dasarnya HUKUM YANG HIDUP DALAM MASYARAKAT; • HUKUM ADALAH PERISTIWA = hukum tumbuh dalam masyarakat= hukum adalah penjelmaan solidaritas sosial (social solidariteit)yaitu hubungan fungsional antar warga masyarakat; hukum adalah ciptaan psikologis dari masyarakat yang dipengaruhi oleh kebutuhan materil, intlektual dn moral. • Solidaritas sosial = Mechanische solidariteit hak adalah fungsi sosial karena hidup adalah kebersamaan (solidaritas) • Hukum adalah penjelmaan dari solidaritas sosial itu. Konstitusi = penjelmaan kenyataan dalam masyarakat yang terwujud berupa struktur (de riele machtfactoren) • Kajian Filsafat tentang hubungan hukum dengan negara • Leon Duguit: dasarnya HUKUM YANG HIDUP DALAM MASYARAKAT; • HUKUM ADALAH PERISTIWA = hukum tumbuh dalam masyarakat= hukum adalah penjelmaan solidaritas sosial (social solidariteit) yaitu hubungan fungsional antar warga masyarakat; hukum adalah ciptaan psikologis dari masyarakat yang dipengaruhi oleh kebutuhan materil, intlektual dn moral. • Solidaritas sosial = Mechanische solidariteit hak adalah fungsi sosial karena hidup adalah kebersamaan (solidaritas) • Hukum adalah penjelmaan dari solidaritas sosial itu. Konstitusi = penjelmaan kenyataan dalam masyarakat yang terwujud berupa struktur (de riele machtfactoren) • Hauriou: • Masyarakat = peristiwa moral (een morele feit)= bangunan moral/struktur moral • Dalam masyarakat yang riel adalah institusi- institusinya baik hukum (rechtsinstellingen) maupun negara (staatsinstellingen) • Konstitusi adalah instellingen atau lembaga yang terjelma melalui proses institutionalisasi • Institutionalisasi mencakup tiga tahap (ide, elite, dan milieu) • Mengapa ide muncul dan akhirnya menjadi institusi/hukum? Jawabnya karena perlu de orde, het gezag dan de vrijheid. • Hermann Heller: • Konstitusi: • Mencerminkan kehidupan politik dalam masyarakat sebagai suatu fakta (pengertian sosiologis dan politis) • Satu kesatuan kaidah hukum yg hidup dalam masyarakat (pengertian yuridis) • Naskah sebagai UU tertinggi yg berlaku dlm suatu negara • Herman Heller menghadapi kenyataan • NEGARA = organisasi kekuasaan teritorial (Territoriaal gezags organisastie) • NEGARA = harus dilihat fungsinya thd masyarakat • masyarakat membutuhkan pengaturan karena itu masyarakat butuh negara • Negara dan masyarakat ada hubungan saling • NEGARA ada hubungan dgn HUKUM • Hukum = norma empiris (het recht is een empirische norm) hukum harus ada yg menjelmakannya dan pengakuan negara • Kebiasaan menjadi hukum dalam masyarakat dan diakui oleh negara sebagai hukum • Bagi negara hukum sangat penting karena hukum memperkuat negara, stabil, dan menjadi dasar bagi negara utk bertindak. • Mac Iver: • Kekuasaan bisa diwujudkan dengan kekuatan, tetapi utk mempertahankan kekuasaan tidak selalu dgn kekuatan. Sifat kekuasaan tidak kekal. Untuk mengekalkan kekuasaan perlu landasan hukum • Kesimpulan NEGARA perlu hukum (norma) sebaliknya HUKUM perlu negara untuk mempertahankan norma • Teori Hukum Sebagai Perintah yang berkuasa • Teori hukum yg dikemukakan oleh John Austin. Austin mengatakan hukum adalah perintah (law as commands). • Dalam konsep Austin ‘setiap petunjuk adalah perintah, ancaman kesalahan adalah sanksi, dan pihak yg diperintah dan diancam sanksi bertanggung jawab atau kewajiban. • Kewajiban dan sanksi berkorelasi dan resiko dari sanksi adalah alasan bg kepatuhan: (‘Every directive, …, is a command, the threat of evil is a sanction, and the party comanded and threatened is under an obligation or duty. Duty and sanction are coorelative and fear of sanction is the motive for obidience). • Pemberi perintah adalah Negara yg memegang kedaulatan dalam suatu masyarakat. • Menurut Austin hukum adalah perintah umum yg berdaulat yg didukung oleh sanksi (A commander,..., is sovereign in that society….Austin concluded that a law is a general command of a sovereign backed by a santion). • Hans Kelsen menolak teori hukum sebagai perintah, dengan alasan, sebagaimana prinsip hukum murninya: • Pertama, menurut Kelsen, perintah (command) adalah elemen psikologi yang mengintervensi teori ilmu hukum yang bebas dari pengaruh semacam itu. • Kedua, hukum sebagai perintah sebagaimana sanksi atas pelanggarannya, menurut Kelsen, tidak cukup dan membingungkan (inadequate and confused). Karena validitas hukum, menurut Kelsen, tidak ditentukan oleh sanksi. Sanksi tergantung pada bagaimana berkerjanya hukum itu. Norma valid sebelum norma itu efektif. Validitas dari suatu norma tergantung pada efektifitas tata hukum sebagai keseluruhan. • Teori Hukum Positif • Positivisme hukum mengatakan, hukum adalah perintah yang mengalir dari sumber tertentu. Pembuat perintah mengharapkan pihak yang diperintah berbuat sesuatu atau menahan diri. Apabila perintah diabaikan, maka pemberi perintah akan menjatuhkan sanksi. • Menurut positivisme hukum, hukum dibuat oleh negara. Sumber hukum adalah kemauan yang berdaulat (The source of a law is the will of the sovereign). Negara adalah pembentuk hukum, sebagai kekuatan dan kekuasaan moral di belakang hukum, sebagai tuhan dunia hukum (the god of the world of law). • • Menurut positivisme, hukum positif memiliki empat unsur: • perintah yang mengalir dari sumber tertentu; • sanksi, yaitu sesuatu yang buruk yang mungkin melekat pada perintah; • kewajiban, yaitu keharusan yang diciptakan oleh pembuat perintah; • kedaulatan dari pembentuk perintah. • Positivisme hukum berpendapat: satu-satunya hukum yang diterima sebagai hukum adalah tata hukum. Hukum hanya berlaku karena bentuk positifnya ditetapkan oleh instansi yang berwenang. Hukum hanya ada hubungan dengan bentuk formalnya. • Salah seorang panganut positivisme, Rudolf von Jhering, mengatakan bahwa hukum adalah alat untuk mencapai tujuan. Maksud Jhering tersebut, tidak lain untuk menunjukkan bahwa hukum tergantung dari paksaan, dan hak untuk memaksa adalah monopoli mutlak negara. • Hukum menurut Jhering adalah aturan hidup bersama, yang dianggap sesuai dengan kepentingan negara. Hukum, adalah pernyataan egoisme nasional. Hukum dikembangkan secara sistematis dan rasional, sesuai dengan kebutuhan hidup bernegara. • Positivisme aliran yang berasal dari pemikiran Auguste Comte. Sebagai sosiolog Comte ingin menerapkan metode ilmu alam (Naturwissenscahft) yang sifat utamanya experimental-empiris (experimenteel empirisch), sehingga ilmu hukumpun, menurut Comte, dalam pengkajiannya melakukan penelitian empiris atau hasil pengamatan pancaindra. Bagi Comte hanya hasil pengamatan pancaindra yang berharga sebagai bahan ilmu pengetahuan. Mengapa Comte berpendapat demikian? • Teori terkenal yang dikembangkan Comte ialah “de drie stadien leer” atau tiga tingkat (stadium) perkembangan pikiran manusia (de drie phasen van ontwikkeling van het menselijk denken). • Tiga stadium dimaksud: – Fase keagamaan (Theologisch phase). Maksudnya manusia belum belajar berpikir sendiri, semua kejadian disandarkan kepada kemauan Tuhan yang tercermin dalam kitab-kitab suci; – Fase hayalan (Metaphysische phase). Maksudnya mulai berpikir sendiri, membuat pengertian-pengertian dan penjelasan sendiri, meskipun masih abstrak, spekulatif (trancendent) dan belum diuji dengan kenyataan atau belum didasarkan pengalaman atau observasi dengan pancaindra; – Fase positif (Positieve Phase). Maksudnya pase di mana manusia lebih mengedepankan kenyataan. Kenyataan adalah hasil observasi pancaindra. Aksioma, dalil, hukum, proposisi dan segala bentuk statement dianggap benar jika sudah teruji secara empiris. • Dalam bidang hukum pandangan positivisme Comte tersebut sangat berpengaruh dan menimbulkan aliran yang mementingkan hukum positif atau melihat undang- undang saja. Kemudian melahirkan teori penafsiran. • Teori Penafsiran dan perkembangan awalnya • LEGISTEN: Fenomena positivisme dimulai oleh kalangan yang melihat hukum sebagai undang- undang yang disebut Legisten. • Bagi penganut legisten hukum melekat pada undang-undang, karena itu prinsip hakim mengadili berdasarkan undang-undang, undang-undang dianggap lengkap, dan hakim tidak boleh menolak perkara. • Baik Legisten maupun Begriffsjurisprudence menganggap tugas hakim sama, yaitu menerapkan undang-undang (rechtstoepassing). Karena itu muncul reaksi yang berpendapat hakim tidak menjalankan hukum semata tetapi juga membentuk hukum (rechtschepping atau rechtsvorming). Penganut pandangan ini disebut Freirechts-bewegung atau Interessen- Jurisprudenz. BEGRIFFJURISPRUDENZ: paham legisten diakui kelemahannya, oleh karena ternyata undang-undang banyak kekosongan (leemten). Muncul paham baru begriffsjurisprudenz yang menganggap undang-undang lepas dari kekurangannya (luckenlos). Bagi kalangan begriffsjurisprudenz undang-undang luckenvoll atau penuh kekurangan- kekurangan. UU perlu dilengkapi dg menggunakan logische expansioniskraft dari UU Cara melengkapi UU: metodenya ialah menyusun konstruksi (rechtsdogmatiek). Karena itu aliran ini disebut juga konstuktionsjurisprudence. Tujuannya utk menemukan pengertian (bergrippen) atau mengkonstruksi pengertian (begripsvorming). Pengertian2 yg dihasilkan merupakan cara menutup kekurangan2 dalam UU. Bagaimana cara membangun pengertian dimaksud? Ada dua cara: Analogi hukum (rechtsanalogie); dan Diterminasi atau penghalusan hukum (rechtsverfijning). FREIRECHTSBEWEGUNG/INTERESSENJURISP RUDENZ: • Hakim harus bersikap aktif. Hakim berhak mempertimbangkan kepentingan kedua belah pihak (merdeka dalam arti positif) dan tidak terikat oleh UU (merdeka dalam arti negatif). • Mengapa hakim harus aktif? Karena hakim dipengaruhi oleh kemauannya (rechtsgevoel-nya), tidak hanya pikiran juridis (juridisch denken) tetapi juga emosi pikirannya (emotioneel denken). • Paul Scholten: tugas hakim bukan rechtstoepassing (menerapkan hukum) atau rechtschepping (membentuk hukum) melainkan rechtsvinding (menemukan hukum). • Djokosutono: istilah yang tepat digunakan untuk menjelaskan perkembangan tugas hakim dari masa ke masa berikut aliran paham pendukungnya, adalah rechtshantering sebagai istilah netral yang mencakup ketiga istilah tersebut. • Rechtstoepassing berasal dari pengaruh ajaran Montesquieu tentang pemisahan “separation of power” atau “separation des pavoirs” yang mendalilkan “de wetgever schept recht, de rechter past het toe” (Pembentuk undang-undang membuat hukum dan hakim menjalankannya). • Segala masalah atau perkara ada jawabannya dalam UU, oleh karena UU sudah lengkap (de wet is volledig). • Hakim adalah mulut UU (la bouche qui pronence les pareles de la loi). • Jika ada kekosongan dalam UU, maka hakim harus melakukan konstruksi. Apa yang menjadi latar belakang pandangan demikian? • Montesquieu: bahwa boleh jadi suatu UU mampu melihat ke depan sekaligus buta, dalam beberapa kasus tertentu, menjadi terlalu keras atau kaku. Namun hakim dari bangsa yang bersangkutan, tidak lebih ketimbang sekedar mulut UU; badan tak berjiwa, yang gagal meniadakan keberlakuan maupun kekerasan UU tersebut. • J.A. Pontier: pendapat Montesquieu tersebut menjadi landasan bagi kalangan legisten terutama di Belanda yg menganggap peran hakim seperti metafora (la bouche de la loi) atau hanya mulut UU. • Namun, kata Pontier, dewasa ini untuk berbagai alasan muncul keraguan apa benar Montesquieu sungguh bermaksud menyatakan hakim hanya corong pembentuk UU, hanya menerapkan UU, dan bahwa “loi” yang dimaksud Montesquieu hanya berarti UU? • Terlepas dari perdebatan tentang pendapat Montesquieu yg menjadi dasar legisten tersebut, konstruksi ternyata memang tidak cukup. • Kalangan penganut freirechtsbewegung berpendapat bahwa hakim harus membentuk hukum (rechtschepping). • Pembentukan hukum masih juga belum memadai, maka hakim, menurut Paul Scholten, harus menemukan hukum (rechtsvinding). • Jika ditarik latar belakang mengapa tugas hakim berkembang? • Jawabannya adalah sejarah hukum Romawi (Corpus Iuris Civilis) yg ditemukan oleh bangsa Italia dinilai sebagai kodifikasi atau sistem hukum yg lengkap. • Dalam penerapannya ternyata ditemukan kekosongan. • Bagaimana mengisi kekosongan itulah kemudian melahirkan aliran pemikiran ttg fungsi hakim dalam mengadili. • Uraian di atas menunjukkan bagaimana asal muasal positivisme hukum. • Hukum memang sangat dikaitkan dgn hukum tertulis dan dibentuk oleh penguasa (hukum sebagai perintah atau larangan) dan ditopang oleh sanksi agar setiap org mematuhinya (memaksa atau dwang). • Karena itu Paul Scholten mengatakan “hukum itu suatu petunjuk tentang apa yg layak dikerjakan dan apa yg tidak, dgn kata lain hukum itu bersifat suatu perintah”. • Dalam kalangan penganut positivisme menunjukkan sekurang-kurangnya dua kecenderungan pokok, yakni positivisme analitis dan pragmatisme. • Baik positivisme analitis maupun positivisme pragmatis berhubungan dengan empirisme dengan atau melalui cara berbeda. • Manifestasi positivisme analitis yg diletakkan secara ilmiah oleh John Austin (1790-1859) dan pengikutnya, yg kemudian dimodifikasi oleh Kelsen dan Mazhab Wina. • Positivisme analitis mencurahkan perhatiannya pada susunan sistem hukum yg “positif”. • Susunan sistem hukum positif tersebut secara rinci sebagai susunan hukum dalam negara moderen yaitu dari “perintah yg berdaulat” (Austin) ke dalam stufentheori (Kelsen) yaitu norma-norma yg secara hirarkis diambil atau bersumber dari Grundnorm yg hipotetis. • Maksudnya konsep hukum sebagai perintah yg berdaulat versi Austin diadopsi oleh Kelsen dalam susunan hirakis sistem hukum yg berpuncak pada grundnorm. • Positivisme pragmatis atau positivisme versi yang berkembang di Amerika Serikat menolak abstraksi dan hal-hal yang tidak memadai, cara penyelesaian verbal, alasan-alasan a priori yang tidak baik, prinsip-prinsip yang ditentukan, sistem- sistem yang tertutup, hal-hal yang dianggap mutlak dan asli. • Pragmatisme melihat ke arah hasil-hasil dan akibat-akibat, seperti dipahamkan oleh positivisme analitis yg lebih mengutamakan logika. • Karena hukum, bagi pragmatisme, adalah proses eksperimental di mana faktor logika hanya salah satu dari faktor- faktor yg utama untuk menarik kesimpulan tertentu. • Ketentuan-ketentuan hukum bekerja tidak sebagaimana adanya di atas kertas tetapi memanfaatkan ilmu-ilmu pengetahuan observatif empiris. • Pragmatisme adalah gerakan realis yang menggunakan metode pendekatan modern untuk mengetahui apa hukum itu, bukan bagaimana hukum yang seharusnya itu. Hukum, bagi pragmatisme, adalah hasil dari kekuatan dan alat kontrol sosial. • Hans Kelsen salah seorang pakar yg menganut paham ini. Kelsen: hukum adalah ekspresi dari keharusan. Hukum adalah keharusan atau seharusnya sebagaimana tercermin dalam rumusan formal dalam suatu UU. • Satu-satunya hukum adalah hukum positif; hukum lain tidak ada, orang-orang yg hidup bersama membentuk hukum guna mengatur hidup bersama itu. Bahwa keharusan dari pada hukum mungkin bersumber dari keharusan yg lainnya. • Hak dan kewajiban hanya ada kalau ditentukan oleh hukum positif. Kaedah hukum mewajibkan karena memiliki segi formalnya. • PERKEMBANGAN PENGERTIAN HUKUM • ERA YUNANI KUNO – Hukum sebagai keharusan alamiah (nomos): laki-laki berkuasa, budak tetap budak sebagai kenyataan alamiah. – Keadilan mulai muncul dalam klaim [Socrates: penegak hukum mengindahkan keadilan sebagai nilai yg melebihi manusia] – Socrates dan Aristoteles: sudah mulai mempertimbangkan manakah aturan yang adil yang harus dituju oleh hukum, walaupun mereka tetap juga mau taat pada aturan- aturan alam. • ERA ROMAWI • Ius gentium hukum yg diterima semua bangsa dalam wilayah kekaisaran Romawi sebagai dasar kehidupan bersama. • Hukum era ini bersifat kasuistik hukum hanya berfungsi sebgai pedoman hakim. • Perkembangan selanjutnya peraturan kaisar menjadi UU (bersifat umum dan abstrak) dan mengikat. • Sekitar 1 abad sebelum masehi ilmu hukum dikembangkan dengan basis hukum abstark dan umum seperti diajarkan oleh Cicero, Gaius, Ulpianus dll. Dalam pengajaran tsb hukum bersifat ideal (dicita-citakan) yg dicerminkan dalam leges. • Pasca kekaisaran Romawi Barat, hukum Romawi kemudian dipelihara dan dikembangkan oleh Byzantium (Romawi Timur) dan diwariskan ke generasi selanjutnya dalam bnetuk kodeks hukum. Atas perintah Kaisar Yustianus seluruh perundangan kekaisaran Romawi dihimpun dalam Codex Iuris Romani yg disebut juga Codex Iustianianus atau disebut juga Corpus Iuris Civilis (CIC) pada tahun 528 s.d. 534 M. • CIC kemudian dikembangkan dan dipelajari dan diterapkan dalam wilayah kekaisaran Jerman. Pada Masa Kaisar Napoleon berkuasa (1804) hukum Romawi dijadikan basis hukum perdata yang kemudian diberi nama Code Civil oleh kalangan ahli ketika itu. ABAD PERTENGAHAN • Kepercayaan kepada agama berkembang. • Eropa dikuasai oleh pemikran agama Kristen, sementara Timur Tengah dikuasai oleh pemikiran agama Islam. Karena itu hukum dipandang bersumber dari Tuhan. • Kalangan ahli penganut Kristiani mempertahankan hukum alam sebagai norma hukum. Thomas Aquinas misalnya, mengatakan aturan alam tidak lain dari partisipasi aturan abadi (lex aeterna) yang ada pada Tuhan, sebaliknya kalangan ahli Islam mengandalkan hukum agama sebagai sumber hukum. • Dalam Filsafat Hukum sejak abad Pertengahan ada 5 jenis hukum: • Lex aeterna mengandung pengertian teologis sebagai asal mula segala hukum; • Lex devina positiva hukum agama sebagai sumber hukum yang tercermin dalam wahyu terutama prinsip-prinsip keadilan; • Lex naturalis hukum alam sebagai sumber hukum yang dikembangkan melalui akal budi; • Ius Gentium hukum antar bangsa dalam lingkungan bangsa-bangsa dalam kekaisaran Romawi; • Lex humana positiva hukum produk penguasa • ZAMAN RENAISANCE – Terjadi perkembangan ilmu pengetahuan terutama ilmu pengetahun alam (eksak). – Dunia “ditemukan kembali” melalui ilmu-ilmu empiris. – Kebenaran dicari dan ditemukan dalam fakta dan pengalaman (empiris). Teori-teori baru yang diperkenalkan oleh ahli menjadi pendorong bagi lahirnya Negara nasional dengan kekuasaan raja yg kuat dan nasionalisme bersamaan meluasnya kekuasaan melalui pertualangan mencari daerah baru (kolonialisme). – Pengembangan ilmu hukum juga terpengaruh. Tekanan hukum tidak semata pada hukum ideal (lihat 5 jenis hukum di atas) melainkan pada hukum yang dibentuk manusia, namun masih ada percampuran hukum yang dibuat oleh penguasa (tata hukum hukum negara). – Hukum ada hubungan dengan politik. Hukum dikaji • ZAMAN AUFKLARUNG • Kepercayaan kepada akal budi menandai era pencerahan. • Rasionalisme menjadi cap bagi kehidupan manusia. • Berkat Rene Descartes (1596-1650) pikiran manusia lebih dipercaya karena akal budinya dan kebebasan. • Manusia sebagai subyek adalah modal utama dari seluruh pandangan hidup. • Pengaruhnya terhadap filsafat ialah: • Rasionalisme (mengedepankan akal budi) pendukungnya Wolf (1679-1754), Montesquieu (1689-1755), Voltaire (1694- 1778), Rousseau (1712-1778), Immanuel Kant (1724-1804). • Empirisme (mengedepankan basis empiris bagi semua pengertian/konsep) pendukungnya John Locke (1632-1704), David Hume (1711-1776), sejak abad XVII di Inggris telah berkembang prinsip sesuatu yg tidak dialami (empiris) tidak diakui kebenarannya. – Filsafat hukum diartikan sebagai usaha untuk mengerti hukum sebagai bagian dari sitem pikiran yang lengkap dan rasional belaka. – Hukum dilihat sebagai kaidah-kaidah yg berlaku dalam negara, kemudian dicari asas-asas universal yang bersumber pada akal budi manusia. Selain itu diakui adanya hukum kodrat yg berasal dari akal budi yg berfungsi sebagi dasar hukum positif. – Tokoh penting dalam era Aufklarung: – John Locke ‘HAM pembatas kekuasaan penguasa’; Montesquieu ‘pemisahan kekuasaan’; – Rousseau ‘rakyat subyek dan pencipta hukum, karena itu raja sebagai pembuat hukum harus diganti’; Immanuel Kant ‘pembentukan tata hukum adalah inisiatif manusia utk membangun kehidupan bersama yg bermoral’. ABAD XIX • Ditandai oleh empirisme dalam bentuk baru yg disebut positivisme dengan penekanan analisis ilmiah untuk mencari kebenaran melalui ilmu pengetahuan (empiris). • Positivisme berkembang menjadi dua cabang: Posivisme yuridis dan positivisme sosiologis • Positivisme yuridis: • Hukum sebagai produk ilmiah belaka atau hasil dari akvitas profesional atau pakar hukum. • Hukum identik dgn UU, hukum muncul karena keterkaitannya dengan negara, hukum yg benar adalah hukum yg berlaku dalam negara. • Hukum tidak ada kaitan dengan moral, hukum adalah hasil karya para pemikir hukum. • Hukum bersifat ‘closed logical sistem’ Tidak perlu ada bimbingan norma sosial, politik dan moral. Tokohnya R. von Jhering dan John Austin dari kelompok Analitical jurisprudence. • Positivisme sosiologis: • Hukum adalah bagian dari kehidupan masyarakat, • hukum adalah kenyataan dalam masyarakat. • Hukum bersifat terbuka bagi kehidupan masyarakat yg harus diteliti dengan metode ilmiah empiris. • Hukum adalah ilmu kenyataan/fakta atau pengalaman. • Tiga tokoh penting era abad XIX: • Hegel (1770-1831) ‘hukum sebagai perwujudan roh obyektif dalam kehidupan manusia’ • F. von Savigny (1779-1861) ‘hukum adalah kebudayaan yg terus berubah sepanjang sejarah. Hukum adalah produk kebudayaan masing-masing zaman.’ • Karl marx (1818-1883) ‘hukum cerminan kondisi ekonomis masyarakat’ • ABAD XX • Semua negara membentuk hukum yg metodenya diambil dari pemikiran hukum abad XIX • Akan tetapi kalangan ahli terpecah menjadi dua pendapat tentang hukum: Kelompok sosiologis dan Kelompok Positivis-logis • Kelompok sosiologis: melihat hukum dalam hubungan dengan pemerintah negara atau norma hukum secara de facto berlaku berdasarkan prinsip kepentingan umum sekaligus sebagai budaya dan sejarah bangsa ybs. • Kelompok positivis-logis: hukum dilihat sebagai bagian dari kehidupan etis, oleh karena itu ada hubungan antara hukum positif dengan pribadi manusia yg berpedoman pada norma keadilan. Pemikiran ini berakar pada filsafat neoklasik,neokantianisme, neohegelisme dan filsafat eksistensi.