Anda di halaman 1dari 19

Formulasi Krim Ekstrak

Etanol Daun Sirih (Piper


Betle L) Sebagai Obat
Luka Bakar
Andriyani AR (18.01.411)

Prasaskia Tamma

Charisma RUT Sindang

Juma

Laode

Milasari

Vikha Ananda
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau
kehilangan jaringan yang disebabkan adanya kontak dengan sumber
panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Kulit
dengan luka bakar akan mengalami kerusakan pada
epidermis,dermis dan subkutan tergantung faktor penyebab dan
lama kulit kontak dengan sumber panas (Syamsuhidayat,2005).
Proses penyembuhan luka bakar mencakup kecepatan dan
INDIKASI diameter luka bakar, dimana kecepatan diukur dengan menghitung
waktu penyembuhan sedangkan diameter dihitung dengan jangka
sorong (suratman et al, 1996).
Dasar Pemilihan
Tanaman
Banyak tanaman tradisional di indonesia yang bermanfaat
sebagai obat salah satunya yaitu Daun sirih dalam bahasa
latin dikenal dengan nama Piper Betle Linn. Daun sirih
memiliki kandungan senyawa aktif berupa saponin, tanin,
alkaloid, fenol dan flavanoid yang mempunyai kemampuan
untuk membantu proses penyembuhan luka dan
merangsang pertumbuhan sel-sel baru pada luka (Asri M,
2017).

Daun sirih mengandung saponin, tanin,


flavanoid dan minyak atsiri yang dapat membantu proses
penyembuhan luka karena berfungsi sebgai antioksidan dan
antimikroba yang mempengaruhi penyambungan luka juga
mempercepat epitelisasi. Senyawa-senyawa tersebut juga
bekerja dengan efek komplementer atau saling melengkapi
dalam hal penyembuhan terhadap luka (Kusumawardhani
dkk, 2015).
3
FR
Dasar Pemilihan Sediaan

Sediaan ini di buat dalam bentuk krim, karena krim mempunyai kemampuan
penyebaran yang baik pada kulit, memberi efek dingin karena lambatnya
penguapan air pada kulit serta pelepasan obat (zat aktif) yang baik. (Voight, 1994).

Digunakan Tipe M/A karena M/A digunakan pada wilayah kulit luar,
memberikan efek optimum karena dapat meningkatkan gradien konsentrasi zat
aktif yang menembus kulit sehingga turut meningkatkan absorbsi perkutan.

Add a footer 4
FR

Klasifikasi Tanaman
Regnum : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Sub divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper Betle Linn.

5
FR
Ekstraksi
Pada proses ekstraksi ini simplisia yang digunakan yaitu sebanyak 500
gram dengan menggunakan metode maserasi dan pelarut etanol sebagai
cairan penyarinya.
Maserasi merupakan metode yang paling banyak digunakan dan
paling sederhana dimana dilakukan dengan cara merendam simplisia
dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan
terlindung dari cahaya dengan pengadukan berulang-ulang (Agoes,2007)
Prinsip kerja maserasi yaitu cairan penyari akan masuk ke dalam sel
melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan
konsentrasin antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang
konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan digantim oleh cairan
penyari dengan konsentrasi rendah ( proses difusi). Peristiwa terebut
berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar
sel dan di dalam sel (Agoes,2007).

6
Standarisasi Ekstrak FR
Parameter Non Spesifik
a. Kadar air dan susut pengeringan
b.Kadar abu
c. Sisa pelarut
d. Residu pestisida
e. Cemaran logam berat
f. Cemaran mikroba
g. Kadar sari larut air dan larut etanol
 Parameter Spesifik
a. Identitas meliputi deskripsi tata nama, bagian tumbuhan yang digunakan dan
senyawa identitas
b. Organoleptik meliputi penggunaan panca indera untuk mendeskripsikan bentuk
(padat, serbuk, kental, cair) warna, bau dan rasa
c. Kandungan kimia untuk memberikan gambaran awal jumlah senyawa terkandung
7
Pre Formulasi
Dasar Pemilihan Bentuk Sediaan
Sediaan dibuat dalam bentuk krim karena di tujukan
untuk pemakain luar dan memiliki keuntungan seperti
mudah dioleskan, mudah dicuci, dapat digunakan pada
kulit dengan luka basah dan terdistribusi merata (Aris
R, 2013).

 Dasar pemilihan Zat Aktif


Daun sirih dipilih sebagai zat aktif karena memiliki
kandungan senyawa bioaktif seperti flavanoid, saponin,
tanin dan minyak atsiri yang berperan dalam proses
penyembuhan luka bakar.

8
Mekanisme kerja dari flavanoid yaitu berfungsi sebagai antioksidan,
antimikroba dan juga antiinflamasi pada luka bakar dimana onset
nekrosis sel dikurangi dengan cara mengurangi lipid peroksidasi
sehingga meningkatkan viabilitas serat kolagen, sirkulasi darah dan
sintesis DNA.

Saponin bekerja dengan cara meningkatkan jumlah makrofag bermigrasi


ke area luka sehingga meningkatkan produksi sitokin yang akan
mengaktifkan fibrolas di jaringan luka dan berfungsi sebagai antiseptik.

Tanin bekerja dengan cara membersihkan radikal bebas dan oksigen


reaktif, meningkatkan penyambungan luka dan pembentukan pembuluh
darah kapiler juga fibrolas serta berfungsi sebagai astringen, antibakteri,
dan antioksidan.

minyak atsiri mengandung kavikol dan fenol yang berguna sebagai


antimikroba, antibakteri dan desinfektan.
(kusumawardhani dkk, 2015)
Rancangan Formula FR
Tiap 25 gr mengandung :
Ekstrak Daun Sirih 15%
Propilenglikol 15%
Gliserin 3%
Cetil alkohol 2%
Lanolin 2%
Tween 60 4%
Span 60 4%
DMDM Hydantoin 0,01%
Phenoxyethanol 0,5%
Isopropil Myristate 2%
Alfatokoferol 0,01%
Oleum Rosae Q.S
Aquadest ad 100%

10
FR

Rancangan Desaian Kemasan


Rencana Nomor Registrasi : TR 191700011
Rencana Nomor Batch : J 907001

11
Dasar Pemilihan Bahan FR
Tambahan
1. Propilenglikol : Humektan
Karena propilenglikol akan menjaga kestabilan sediaan dengan cara mengabsorbsi
lembab dari lingkungan dan mengurangi penguapan air dari sediaan. Propilenglikol juga
dapat memeprtahankan kelembaban kulit sehingga kulit tidak kering (Esti,2013).

2. Gliserin : Emolient
Karena pada gliserin mampu membuat sediaan menjadi lembut pada saat dioleskan
dan mudag diratakan (Hendrarti,et.al,2013).

3. Lanolin : Basis
Sebagaai tambahan karena campuran minyak seperi minyak tumbuhan yang lebih baik
dari pada minyak mineral karena lebih mudah bercampur dengan lemak kulit, lebih
mampu menembus sel-sel stratum korneum dan memiliki daya adhesi yang lebih kuat
(Trannggono dan latifah,2007).

4. Tween dan Span 60 : Emulgator


Karena dalam jurnal elmina (2009) perbandingan antara tween span 60 dengan 80
bahwa tween span 60 lebih stabil pada penyimpanan dengan konsentrasi 2% dibanding
12
dengan tween span 80.
FR
5. DMDM Hydantoin : Pengawet
Karena memiliki aktivitas spektrum luas terhadap bakteri, jamur dan ragi.
Efektif dalam larutan asam, netral dan basa ringan. Stabil dibawah suhu normal
larut dengan air ( Andries,2003).

6. Phenoxyethanol : Pengawet Fase Minyak


Karena Pengawet ini efektif terhadap pseudomonas penyebab jerawat,
melindungi sediaan dengn baik serta sangat baik untuk pembersih yang larut
dalam minyak ( Fatmawaty et.al,2012)

7. Isopropil Myristate : Peningkat Penetrasi


Memiliki kemampuan untuk meningkatkan penetrasi dengan membantu difusi
obat melewati stratum korneum, selain itu memiliki kemampuan meningkatkan
difusi ke dalam stratum korneum dengan cara melarutkan zat aktif ke dalam
kulit atau protein kulit ( Aniyanti N,2017).

8. Alfatokoferol : Antioksidan
Mencegah proses penuaan, pemeliharaan dan perlindungan proses biologis
normal seperti sebagai antiinflamasi dan sebagainya (Rowe,2009).

13
FR
9. Aquadest : Pelarut
Karena sifatnya yang inert dan tidak toksik (Fatmawaty,2012).

10. Cetil Alkohol


Dalam emulsi minyak dalam air (M/A), setil alkohol dapat meningkatkan
stabilitas dari emulsi (Rowe,2009).

14
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang semua bahan sesuai perhitungan
3. Dilarutkan ekstrak dengan sedikit etanol
4. Dilebur fase minyak yaitu phenoxyethanol, span 60, lanolin,
isopropil myristate secara bersamaan pada suhu 70⁰C
5. Dipanaskan fase air yaitu gliserin, dmdm hydantoin, propilenglikol
dan aquadest secara bersamaan pada suhu 70⁰C
6. Dimasukkan fase air ke dalam lumpang
7. Dituang fase minyak sedikit demi sedikit ke dalam fase air sambil
digerus hingga homogen
Cara Kerja 8. Dimasukkan alfatokoferol pada suhu 45⁰C lalu gerus hingga
homogen
9. Dimasukkan oleum rosae secukupnya
10. Dimasukkan ke dalam wadah primer dan diberi etiket
11. Dimasukkan ke dalam wadah sekunder
12. Dilakukan evaluasi sediaan krim
FR
Evaluasi
1. Uji Organoleptik
Uji ini dilakukan untuk melihat kestabilan sediaan secara fisik dengan menggunakan
panca indera yang meliputi warna, bau dan tekstur.
2. Uji Tipe Emulsi
Uji ini dilakukan menggunakan metode pengenceran. Krim yang dibuat dimasukkan ke
dalam gelas kimia kemudian diencerkan dengan aquadest, jika emulsi tidak tercampurkan
dengan air maka emulsinya tipe air dalam minyak.
3. Uji Viskositas
Uji ini dilakukan dengan menggunakan alat viskometer brookfiield. Hasil viskositas krim
dapat dilihat dari angka yang ditunjukkan oleh alat.
4. Uji daya sebar
Uji ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan zat aktif untuk menyebar pada
permukaan kulit ketika di aplikasikan.
5. Uji daya lekat
Uji ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan sediaan untuk melekat dengan baik pada
kulit.
6. Uji pengukuran pH
Uji ini dilakukan dengan menggunakan pH meter atau pH universal.
16
FR
Perhitungan HLB
 Fase Minyak
Lanolin 2% (10)
Cetil alkohol 2% + (15)
4%
 Perhitungan Persen
1. Lanolin = x 100% = 50%

2. Cetil alkohol = x 100% = 50%


100%

17
 Perhitungan HLB FR
1. Lanolin = x 10 = 5

2. Cetil alkohol = x 15 = 7,5


12,5
Tween 60 = 14,9
Span 60 = 4,7
A =
=

= 76,4%
B = 100 – 76,4 = 23,6%

 X 15 = 0,3g = 300mg

Jumlah Tween yang ditimbang = x 300 = 229,2mg

Jumlah Span yang ditimbang = 300 – 229,2 = 70,8mg


18
FR
FABRIKAM RESIDENCE
Thank You.

Anda mungkin juga menyukai