1902611014
‘OUTLINE’
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN KASUS
PEMBAHASAN
SIMPULAN
‘PENDAHULUAN’
9. Tim OK menyiapkan kamar operasi termasuk alat-alat (instrument) dan perlengkapan lainnya serta mengatur petugas yang
1. Pasien yang datang ke IGD, segera dilakukan pemeriksaan kemudian dilakukan assessment oleh dokter obsgyn.
akan terlibat dalam tindakan SC yang akan dilakukan.
2. Apabila pada pemeriksaan tersebut ditemukan kondisi pasien sesuai dengan kriteria green code, segera aktifkan sistem
10. Dokter anak dengan timnya langsung menuju ke OK untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan tindakan
green code.
resusitasi bayi.
3. Hubungi petugas operator untuk mengumumkan bahwa ada persiapan green code di IGD.
11. Setelah persiapan selesai salah satu tim menghubungi kembali operator untuk mengumumkan tindakan Green code.
4. Petugas operator segera mengumumkan panggilan “Persiapan Green code di Kebidanan” lewat pengeras suara sebanyak 3
12. Petugas operator segera mengumumkan panggilan “Green code di Kebidanan” lewat pengeras suara sebanyak 3 kali.
kali.
13. Pasien segera didorong langsung masuk kamar operasi (diharapkan dalam waktu 8 menit bayi bisa dilahirkan).
5. Tim Green code segera merespon setelah mendengar panggilan.
14. Setelah pasien dipindahkan ke meja operasi, dilakukan pembiusan oleh dokter anestesi.
6. Tim Kebidanan mempersiapkan pasien untuk tindakan SC yang akan dilakukan seperti: pemasangan iv line, pengambilan
15. Pembiusan telah
sampel darah, dilakukan, tindakan
pemasangan SCtermasuk
kateter urin oleh dokter obsgyn dimulai.
pemberian informed consent kepada keluarga tentang kondisi pasien dan
16. Segera
tindakansetelah bayi dilakukan
yang akan lahir, dokter anak
serta melakukankelengkapan
memastikan tindakan resusitasi jika diperlukan.
rekam medis pasien.
17.
7. Dokter
Dilakukananak segera memutuskan
resusitasi perawatan
intra uterin untuk lanjutan
menjaga kondisipada
janinbayi yang
serta dilahirkan
ibunya apakah
agar tetap diperlukan
dalam perawatan
kondisi stabil, intensif
dengan atau
pasien
tidak.
ditidurkan pada posisi miring kiri serta diberikan oksigen.
18. Perawatan ibu post operasi diputuskan oleh dokter anestesi bersama dokter obsgyn apakah memerlukan perawatan intensif
8. atau
Dokter anestesi melakukan evaluasi pra anestesi dan menyiapkan obat dan alat anastesi yang diperlukan untuk tindakan
tidak.
pembiusan.
19. Dokumentasi ditulis dengan lengkap oleh tim green code.
‘PERDARAHAN ANTEPARTUM’
DEFINISI
Perdarahan dari atau di dalam saluran genitalia yang terjadi pada usia kehamilan 24 minggu dan
sebelum kelahiran bayi.
PENYEBAB
• Plasenta previa
• Solusio plasenta
• Perdarahan yang belum jelas sumbernya.
PLASENTA PREVIA
Implantasi plasenta di segmen bawah uterus sehingga menutupi sebagian atau keseluruhan
ostium uteri internum.
‘PERDARAHAN ANTEPARTUM’
FAKTOR PREDISPOSISI
Pembedahan uterus, kehamilan multiple, usia ibu >35 tahun, multiparitas, merokok, dan adanya
riwayat plasenta previa sebelumnya.
KLASIFIKASI
• Plasenta previa total
• Plasenta previa partial
• Plasenta previa marginal
DIAGNOSIS
• Pemeriksaan ultrasonografi
• Vaginal toucher hindari
‘PENATALAKSANAAN PERDARAHAN ANTEPARTUM’
1. Siapkan fasilitas tindakan gawat darurat karena perdarahan antepartum merupakan komplikasi yang
dapat membahayakan ibu dan janin.
2. Setiap kasus perdarahan antepartum memerlukan rawat inap dan penatalaksanaan segera.
3. Berikan resusitasi cairan ringer laktat atau saline dengan kateter intravena no. 16 atau 18 tetesan cepat.
4. Berikan O2 pada semua pasien dengan hipotensi untuk menghindari hipoksia pada janin.
5. Dilakukan pemeriksaan laboratorium yaitu hemoglobin, leukosit, trombosit, ureum, kreatinin, dan
elektrolit (Na, K, Cl).
6. Tegakkan diagnosis kerja secara cepat dan akurat karena hal ini sangat mempengaruhi hasil
penatalaksanaan perdarahan antepartum.
7. Pemantauan keadaan janin harus secara terus menerus dilakukan.
8. Pada kondisi yang sangat gawat, keselamatan ibu merupakan pertimbangan utama.
‘PENATALAKSANAAN PLASENTA PREVIA’
TERAPI EKSPEKTATIF
Tujuan : supaya janin tidak terlahir sebelum waktunya dan tindakan yang dilakukan untuk
meringankan gejala-gejala yang diderita
Syarat : kehamilan belum matang, belum ada tanda-tanda persalinan, keadaan umum ibu
cukup baik dan bisa dipastikan janin masih hidup
Tindakan : rawat inap, tirah baring, pemberian antibiotik, pemeriksaan ultrasonografi untuk
memastikan tempat menempelnya plasenta, usia kehamilan, letak dan presentasi
janin bila ada kontraksi
Obat : MgSO4 4 gr IV, nifedipine 3x20 mg/hari, betametashon 24 mg IV dosis tunggal
untuk pematangan paru-paru janin
‘PENATALAKSANAAN PLASENTA PREVIA’
TERAPI AKTIF
Indikasi : usia kehamilan >22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif
Tindakan :
a) Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan ibu dan anak atau untuk
mengurangi kesakitan dan kematian.
b) Memecahkan ketuban diatas meja operasi selanjutnya pengawasan untuk dapat melakukan
pemotongan lebih lanjut.
c) Bisan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat mengambil sikap melakukan
rujukan ke tempat pertolongan yang mempunyai fasilitas yang cukup.
‘SECTIO CAESAREA’
DEFINISI
Tindakan pembedahan yang bertujuan melahirkan bayi dengan membuka dinding perut dan rahim
ibu.
INDIKASI
• Mutlak (panggul ibu sempit, gagal melahirkan spontan, tumor, plasenta previa, gawat janin)
• Relatif (riwayat sectio caesarea, ibu menderita HIV)
• Sosial (keinginan pribadi karena alasan tertentu)
KONTRAINDIKASI
• Kematian janin
• Kelainan kongenital
• Minimnya fasilitas
‘SECTIO CAESAREA’
KOMPLIKASI
• Infeksi puerperal
• Perdarahan arteri uterine
• Ruptur kandung kemih
• Embolisme paru-paru
• Ruptur uteri pada kehamilan selanjutnya
KATEGORI
• Kategori 1 (emergency)
• Kategori 2 (urgent)
• Kategori 3 (scheduled)
• Kategori 4 (elective)
‘MANAJEMEN ANESTESI PADA PASIEN GREEN CODE’
PRE-ANESTESI
• Evaluasi pre-anestesi (anamnesis, pemeriksaan fisik, KIE)
• Pemeriksaan laboratorium
• Menentukan status fisik ASA
• Menentukan mallampati
• Puasa
• Pemilihan teknik anestesi
‘MANAJEMEN ANESTESI PADA PASIEN GREEN CODE’
ANESTESI
• Persiapan STATICS, obat anestesi dan emergensi
• Premedikasi (ranitidine, omeprazole, glikopirrolat)
• Analgetik (fentanyl)
• Fasilitas intubasi (atracurium, rocuronium)
• Induksi (propofol, ketamin, suksinilkolin)
• Maintenance (N2O;O2;sevoflurane)
• Medikasi lain (oksitosin, methergine)
‘MANAJEMEN ANESTESI PADA PASIEN GREEN CODE’
POST ANESTESI
• Transfusi darah dan resusitasi cairan
• Monitoring perdarahan dan kebutuhan cairan
• Analgetik pasca operasi (meperidine, morfin) disertai antiemetic seperti promethazine
• Perawatan luka operasi
• Pemeriksaan laboratorium
• Antibiotik profilaksis (ampisilin, sefalosporin, penisilin)
IDENTITAS PASIEN
1902611014