PROSEDUR KLINIS
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
No. Dokumen :
Halaman
: 037
Diperiksa oleh :
Disetujui oleh :
Sulami, S. SIT
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf :
Paraf :
Paraf
1. PENGERTIAN
: Pemeriksaan kesehatan Ibu hamil dan Janin
2. TUJUAN
:
a) Sebagai pedoman kerja petugas KIA ( Bidan ) dalam pelaksanaan pelayanan
ibu hamil
3. PERALATAN : Timbangan, Ukuran panggul, tensi , alat suntik, dopler,funanduskop,
metlen, pengukur Lila, selimut, reflek hammer, stetoscope dan kalender kehamilan
4. BAHAN
: Kapas steeril, Alkhohol 70%, jelly, Sabun Anti Septik, Wastafel
dengan air mengalir dan Vaksin TT
5. PERSIAPAN :
1.
Mempersiapkan alat dan bahan medis yang diperlukan
2.
Mempersiapkan bumil mengkosongkan kandung kemih
3.
Petugas memcuci tangan dengan tujuh langkah
6. PELASANAAN
:
1. Petugas menerima kunjungan bumil diruang pemeriksaan
2. Petugas melakukan anamnesa
1. Menanyakan Identitas
2. Menayakan riwayat kehamilan yang sekarang dan yang lalu
3. Menanyakan riwayat menstruasi
4. Menayakan riwayat persalinanyang lalu dan pemakaian alat kontrasepsi
5. Menayakan riwayat penyakit yang diderita dan riwayat penyakit keluarga
6. Menayakan keluhan pasien sekarang
7. Menayakan status Imunisasi TT
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
1. Melakukan pemeriksaan tinggi badan dan Lila ( untuk kunjungan pertama
kali) berat badan serta tensi (setiap kali kunjungan)
2. Melakukan pemeriksaan Palpasi ( Tinggi TFU, Posisi Janin mulai trimester
III)
3. Melakukan pemeriksaan auskultasi (djj) mulai trimester II
037
4. Memeriksa
Golongan darah
untuk Bumil dengan K1
PEMERIKSAAN
ANC
5. Memeriksa Hb pada kunjungan pertama dan trimester III menjelang
persalinan
PEMERIKSAAN ANC
PEMERIKSAAN PNC ( POST NATAL CARE )
037
PROSEDUR KLINIS
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
No. Dokumen :
Halaman
: 038
Diperiksa oleh :
Disetujui oleh :
Sulami, S. SIT
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf :
Paraf :
Paraf
1. PENGERTIAN
: Asuhan ibu post partum adalah asuhan yang diberikan pada
ibu segera setelah kelahiran,sampai 6 minggu setelah kelahiran
2. TUJUAN
:
b) Pencegahan,deteksi dini,penanganan komplikasi
c) Merujuk ibu nifas dengan komplikasi
d) Mendukung dan meningkatkan kepercayaan diri dalam pelaksanaan peran
ibu
e) Mendorong ibu untuk memberikan ASI eksklusif
3. PERALATAN
: Timbangan bayi, Tensi , Termometer, Alat tulis, Sarung
tangan, Jam tangan
4. BAHAN
: Kapas DTT
5. PERSIAPAN
:
Petugas siap melaksanakan asuhan ibu nifas, cuci tangan, sebelum dan
sesudah bekerja
Mempersiapkan klien pada posisi yang nyaman
Mempersiapkan alat didekatkan pada petugas
3. PELAKSANAAN
:
Petugas menyapa ibu dengan ramah
Menjelaskan prosedur yang akan di laksanakan
Meminta persetujuan ibu untuk di periksa
Melakukan anamnesa lengkap
Memberikan asuhan sayang ibu
Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan perorangan
Melakukan pemeriksaan :
1. Mencuci tangan sebelum kontak dengan pasien
2. Menggunakan sarung tangan
038
PEMERIKSAAN
PNC
1 : Vital sign, Fundus, lokea, perineum,
3. Melakukan
pemeriksaan
fisik
payudara
Mengkaji tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi, membantu ibu dengan
persiapan kegawat daruratan
Memeriksa keadaan bayi
Tidak memperbolehkan ibu pulang sebelum 24 jam post partum
Mengambil tindakan rujukan jika terdapat indikasi
Menjelaskan semua temuan yang di peroleh kepada ibu dan mendiskusikan
rencana asuhan dengannya
Mendokumentasikan hasil pemeriksaan, perawatan yang di lakukan,
mencatat terapi yang di berikan dokter
EVALUASI
Melakukan evaluasi dari asuhan yang di berikan
Ulangi proses managemen dengan benar terhadap setiap aspek
asuhan yang sudah di laksanakan tetapi belum
efektif/merencanakan kembali yang belum terencana
4. Catatan Mutu
Status pasien didalam rekam medik
PEMERIKSAAN PNC 1
038
PROSEDUR KLINIS
PEMERIKSAAN PNC II ( POST NATAL CARE )
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015
Revisi
:Dibuat oleh :
Dahlia Mustika Sari, Amd Keb.
Paraf :
Paraf :
Paraf
1. PENGERTIAN
Asuhan ibu post partum adalah asuhan yang diberikan pada ibu segera setelah kelahiran sampai
6 minggu setelah kelahiran.
2. TUJUAN
3. PERALATAN
Timbangan bayi
Tensimeter
Termometer
Funasduskopmetlen
Sarung tangan
Jam tangan
4. BAHAN
Kapas
PEMERIKSAAN PNC 2
039
DDT
Alkohol 70%
5. PERSIAPAN
Petugas siap melaksanakan asuhan ibu nifas, cuci tangan, sebelum dan sesudah bekerja.
6. PELAKSANAAN
Melakukan pemeriksaan:
1. Mencuci tangan sebelum kontak dengan pasien.
2. Menggunakan sarung tangan.
3. Melakukan pemeriksaan fisik : Vital sign, Fundus, lokea, perineum, payudara
Mengkaji tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi, membantu ibu dengan persiapan kegawat
daruratan.
Tidak memperbolehkan ibu pulang sebelum 24 jam post partum selama perawatan di dalam
gedung.
EVALUASI
PEMERIKSAAN PNC 2
Melakukan evaluasi dari asuhan yang diberikan.
039
Ulangi proses managemen dengan benar terhadap setiap asp-ek asuhan yang sudah
dilaksanakan tetapi belum/merencanakan kembali yang belum terencana.
PEMERIKSAAN PNC 2
SOP Puskesmas SINE
039
PROSEDUR KLINIS
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
No. Dokumen :
Halaman
: 039
Diperiksa oleh :
Disetujui oleh :
Sulami, S. SIT
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf :
Paraf :
Paraf
Pengertian : Memberikan pertolongan pada perdarahan per vaginam setelah melahirkan lebih dari 500
cc atau perdarahan disertai dengan gejala dan tanda-tanda syok
Tujuan
: Stabilisasi kondisi pasien, bila tidak teratasi segera dirujuk ke rumah sakit
Indikasi
: 1)
2)
3)
4)
Atonia uteri
Robekan jalan lahir
Retensio plasenta
Sisa Plasenta
Persiapan : 1) Alat
a) Alat pelindung diri (masker, kacamata,handscoen,scort,tutup kepala,sepatu boat,)
b) Obat emergency
c) Obat pencegah perdarahan (oksitosin, ergometrin, mesoprostol)
c) Cairan infuse RL
d) Transfusi set
e) Tampon
f) Kateter
g) Sayeba set
h) Hecting set
2) Pasien
3) lingkungan
Pelaksanaan :
1. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban dilahirkan, lakukan massage uterus supaya
berkontraksi (selama maksimal 15 detik). Sambil melakukan massase fundus uteri, periksa
SOP Puskesmas SINE
plasenta dan selaput ketuban untuk memastikan plasenta utuh dan lengkap.
2. Jika perdarahan terus terjadi dan uterus teraba berkontraksi baik, berikan 10 unit oksitosin
/IM.
3.
Periksa laserasi pada perineum, vagina dan serviks dengan seksama menggunakan lampu
yang terang. Jika sumber perdarahan sudah diidentifikasi, klem dengan forcep arteri dan jahit
laserasi dengan menggunakan anastesi local (lidokain I %)
4. Jika uterus mengalami atonia atau perdarahan terus terjadi lakukan massases uterus
5. Jika kandung kemih penuh, kosongkan kandung kemih dengan kateter
6.
Periksa lagi apakah plasenta utuh, usap vagina dan ostium serviks untuk menghilangkan
jaringan plasenta atau selaput ketuban yang tertinggal.
7. Lakukan kompresi bimanual internal maksimal lima menit atau hingga perdarahan bisa
dikendalikan dan uterus berkontraksi dengan baik.
8. Anjurkan keluarga untuk memulai mempersiapkan kemungkinan rujukan.
9. Jika perdarahan dapat dikendalikan dan uterus berkontraksi dengan baik :
a) Teruskan kompresi bimanual selama 1-2 menit atau lebih
b) Keluarkan tangan dari vagina dengan hati-hati
c) Pantau kala empat persalinan dengan seksama, termasuk sering melakukan massase uterus
untuk memeriksa atoni, mengamati perdarahan dari vagina, tenakan darah dan nadi.
10. Jika perdarahan tidak terkendali dan uterus tidak berkontraksi dalam waktu lima menit setelah
dimulainya kompresi bimanual pada uterus maka keluarkan tangan dari vagina dengan hatihati. Sementara itu minta bantuan keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksternal
11. Jika tidak ada hipertensi pada ibu, berikan metergin 0,2 mg IM.
12. Mulai IV ringer laktat 500 cc + 20 unit oksitosin menggunakan jarum berlubang besar (16 atau
18 G) dengan teknik aseptik. Berikan 500 cc pertama secepat mungkin, dan teruskan dengan
IV ringer laktat + 20 unit oksitosin yang kedua.
13. Jika uterus tetap atoni dan atau perdarahan terus berlangsung.
14. Ulangi kompresi bimanual internal.
15. Jika uterus berkontraksi, lepaskan tangan anda perlahan-lahan dan pantau kala empat
persalinan dengan cermat.
16. Jika uterus tidak berkontraksi, rujuk segera ke tempat dimana operasi bisa dilakukan
17. Bila perdarahan tetap berlangsung dan kontraksi uterus tetap tidak ada, maka kemungkinan
terjadi rupture uteri, (syok cepat terjadi tidak sebanding dengan darah yang nampak keluar,
abdomen teraba keras dan fundus mulai baik), lakukan kolaborasi dengan OBSGYN).
18. Bila kompresi bimanual tidak berhasil, cobalah kompresi aurta. Cara ini dilakukan pada
keadaan darurat sementara penyebab perdarahan sedang dicari. Apabila memungkinkan
lakukan sayeba
19. Perkirakan jumlah darah yang keluar dan cek dengan teratur denyut nadi, pernafasan dan
tekanan darah.
20. Buat catatan yang saksama tentang semua penilaian tindakan yang dilakukan dan pengobatan
yang dilakukan.
21. Catatan Mutu
Status pasien didalam rekam medik
PROSEDUR KLINIS
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
No. Dokumen :
Halaman
: 040
Diperiksa oleh :
Disetujui oleh :
Sulami, S. SIT
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf :
Paraf :
Paraf
Pengertian : Memberikan pertolongan pada perdarahan per vaginam setelah melahirkan lebih dari 500
cc atau perdarahan disertai dengan gejala dan tanda-tanda syok
Tujuan
: Stabilisasi kondisi pasien, bila tidak teratasi segera dirujuk ke rumah sakit
Indikasi
: 1)
2)
3)
4)
Atonia uteri
Robekan jalan lahir
Retensio plasenta
Sisa Plasenta
Persiapan : 1) Alat
c) Alat pelindung diri (masker, kacamata,handscoen,scort,tutup kepala,sepatu boat,)
d) Obat emergency
c) Obat pencegah perdarahan (oksitosin, ergometrin, mesoprostol)
c) Cairan infuse RL
d) Transfusi set
e) Tampon
f) Kateter
g) Sayeba set
h) Hecting set
2) Pasien
3) lingkungan
Pelaksanaan :
22. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban dilahirkan, lakukan massage uterus supaya
berkontraksi (selama maksimal 15 detik). Sambil melakukan massase fundus uteri, periksa
plasenta dan selaput ketuban untuk memastikan plasenta utuh dan lengkap.
23. Jika perdarahan terus terjadi dan uterus teraba berkontraksi baik, berikan 10 unit oksitosin
/IM.
24. Periksa laserasi pada perineum, vagina dan serviks dengan seksama menggunakan lampu
yang terang. Jika sumber perdarahan sudah diidentifikasi, klem dengan forcep arteri dan jahit
laserasi dengan menggunakan anastesi local (lidokain I %)
SOP Puskesmas SINE
25. Jika uterus mengalami atonia atau perdarahan terus terjadi lakukan massases uterus
26. Jika kandung kemih penuh, kosongkan kandung kemih dengan kateter
27. Periksa lagi apakah plasenta utuh, usap vagina dan ostium serviks untuk menghilangkan
jaringan plasenta atau selaput ketuban yang tertinggal.
28. Lakukan kompresi bimanual internal maksimal lima menit atau hingga perdarahan bisa
dikendalikan dan uterus berkontraksi dengan baik.
29. Anjurkan keluarga untuk memulai mempersiapkan kemungkinan rujukan.
30. Jika perdarahan dapat dikendalikan dan uterus berkontraksi dengan baik :
a) Teruskan kompresi bimanual selama 1-2 menit atau lebih
b) Keluarkan tangan dari vagina dengan hati-hati
c) Pantau kala empat persalinan dengan seksama, termasuk sering melakukan massase uterus
untuk memeriksa atoni, mengamati perdarahan dari vagina, tenakan darah dan nadi.
31. Jika perdarahan tidak terkendali dan uterus tidak berkontraksi dalam waktu lima menit setelah
dimulainya kompresi bimanual pada uterus maka keluarkan tangan dari vagina dengan hatihati. Sementara itu minta bantuan keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksternal
32. Jika tidak ada hipertensi pada ibu, berikan metergin 0,2 mg IM.
33. Mulai IV ringer laktat 500 cc + 20 unit oksitosin menggunakan jarum berlubang besar (16 atau
18 G) dengan teknik aseptik. Berikan 500 cc pertama secepat mungkin, dan teruskan dengan
IV ringer laktat + 20 unit oksitosin yang kedua.
34. Jika uterus tetap atoni dan atau perdarahan terus berlangsung.
35. Ulangi kompresi bimanual internal.
36. Jika uterus berkontraksi, lepaskan tangan anda perlahan-lahan dan pantau kala empat
persalinan dengan cermat.
37. Jika uterus tidak berkontraksi, rujuk segera ke tempat dimana operasi bisa dilakukan
38. Bila perdarahan tetap berlangsung dan kontraksi uterus tetap tidak ada, maka kemungkinan
terjadi rupture uteri, (syok cepat terjadi tidak sebanding dengan darah yang nampak keluar,
abdomen teraba keras dan fundus mulai baik), lakukan kolaborasi dengan OBSGYN).
39. Bila kompresi bimanual tidak berhasil, cobalah kompresi aurta. Cara ini dilakukan pada
keadaan darurat sementara penyebab perdarahan sedang dicari. Apabila memungkinkan
lakukan sayeba
40. Perkirakan jumlah darah yang keluar dan cek dengan teratur denyut nadi, pernafasan dan
tekanan darah.
41. Buat catatan yang saksama tentang semua penilaian tindakan yang dilakukan dan pengobatan
yang dilakukan.
PROSEDUR KLINIS
SUNTIK KB
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015
No. Dokumen :
Revisi
Halaman
:-
: 040
Dibuat oleh :
Dahlia Mustika Sari, Amd Keb.
Diperiksa oleh :
Sulami, S. SIT
Disetujui oleh :
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf :
Paraf :
Paraf
Pengertian :
Tujuan
Memberikan penyuntikan tanpa terjadi infeksi pada tempat penyuntikan untuk men
Indikasi
: 1)
2)
Persiapan : 1) Alat
a) Alat pelindung diri (handscoen)
b) Obat emergency (Anafhilaktik Syok)
c) Obat-obatan (Depo Medroksiprogesteron Asetat dan suntikan Kombinasi misalkan
Cyclofem
d) Spuit 3cc / 5cc
e) Bak Instrumen
f) Bengkok
g) Kapas Alkohol
h) Tensi Meter
i) Safety Box
2) Pasien
SUNTIK KB
SOP Puskesmas SINE
040
3) lingkungan
Pelaksanaan :
1) Beri penjelasan pada pasen tentang prosedur yang akan dilakukan.
2) Siapkan peralatan kedekat pasen.
3) Cuci Tangan dengan 7 langkah.
4) Pakai Sarung Tangan.
5) Melakukan pemeriksaan tekanan darah dan palpasi.
6) Buka dan buang tutup kaleg pada Vial yang menutupi karet,hapus karet dengan kapas alcohol.
7) Buka spuit,masukan cairan suntik dalam spuit.
8) Bebaskan daerah yang akan disuntik dari pakaian.
9) Hapus hamakam daerah penyuntikan secara sirkuler menggunakan kapas alcohol 70% tunggu
sampai kering.
10) Mengangkat kulit sedikit dengan Ibu jari dan jari telunjuk tangan Kiri.
11) Tusukan Jarum kedalam Otot dengan jarum dan kulit membentuk sudut 90 derajat.
12) Lakukan aspirasi.
13) Masukan obat secara perlahan-lahan.
14) Tarik jarum keluar setelah obat masuk dan tekan bekas suntikan dengan kapas alcohol.
15) Bereskan alat-alat.
16) Melapas sarung tangan.
17) Mencuci Tangan.
18) Konseling pasca Pelayanan,meliputi (Efek Samping,tanggal kembali suntik).
19) Jika uterus tetap atoni dan atau perdarahan terus berlangsung.
20) Ulangi kompresi bimanual internal.
21) Jika uterus berkontraksi, lepaskan tangan anda perlahan-lahan dan pantau kala empat persalinan
dengan cermat.
22) Jika uterus tidak berkontraksi, rujuk segera ke tempat dimana operasi bisa dilakukan
23) Bila perdarahan tetap berlangsung dan kontraksi uterus tetap tidak ada, maka kemungkinan terjadi
rupture uteri, (syok cepat terjadi tidak sebanding dengan darah yang nampak keluar, abdomen
teraba keras dan fundus mulai baik), lakukan kolaborasi dengan OBSGYN).
24) Bila kompresi bimanual tidak berhasil, cobalah kompresi aurta. Cara ini dilakukan pada keadaan
darurat sementara penyebab perdarahan sedang dicari.
25) Perkirakan jumlah darah yang keluar dan cek dengan teratur denyut nadi, pernafasan dan tekanan
darah.
26) Buat catatan yang saksama tentang semua penilaian tindakan yang dilakukan dan pengobatan yang
dilakukan.
SUNTIK KB
SOP Puskesmas SINE
040
PROSEDUR KLINIS
SOP FLOUR ALBUS
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
Tanggal Terbit :
Revisi
Dibuat oleh :
Nama : Siti Sundari, Amd Keb
Paraf :
1.
No. Dokumen :
Halaman
: 041
Diperiksa oleh :
Disetujui oleh :
Nama : Tutik Rokhimah,SST
Nama
: dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf :
Paraf
:
Tujuan
Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan Lekore / Fluor Albus
2.
Ruang lingkup
Semua pasien rawat jalan di Poli KIA
3.
Uraian umum
3.1 Definisi : Cairan bukan darah yang ke luar berlebihan dari vagina yang
vulva,vagina,serviks,uterus, dan tuba
bersumber dari
Penyebab terbanyak dari lekore adalah infeksi. Kuman penyebab terjadinya infeksi antara
lain :
3.3.1 Infeksi bakteri
3.3.1.1 Neisseria gonorhoeae menyebabkan Gonoroe
3.3.1.2 Chlamydia trachomatis menyebabkan Klamidiasis
3.3.1.3 Gardnerella vaginalis menyebabkan Vaginosis
3.3.1.4 Mycoplasma homonis dan Ureaplasma urealyticum menyebabkan
Mikroplasmosis
3.3.2 Infeksi virus
3.4.1.1 Herpes virus ( H, simpeks, H. Zoster, Varicella)
3.4.1.2 Pox virus menyebabkan Moluskum kontagiosum
3.4.1.3 Papova virus menyebabkan Kondiloma akuminata.
3.3.3 Infeksi Jamur.FLOUR ALBUS
3.3.3.1 Candida albicans menyebabkan Kandidiasis.
041
5.
4.8.2
4.8.3
Kandidiasis diterapi dengan anti jamur 4 x 250 mg/hari per oral selama 14 hari
Catatan mutu
5.1 status pasien dalam rekam medik
FLOUR ALBUS
041
PROSEDUR KLINIS
MYOMA UTERI
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015
Revisi
:Dibuat oleh :
Dahlia Mustika Sari, Amd Keb.
No. Dokumen :
Halaman
: 042
Diperiksa oleh :
Disetujui oleh :
Sulami, S. SIT
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf :
Paraf :
Paraf
1. Tujuan
Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan myoma uteri di poli kebidanan dan kandungan
2. Ruang lingkup
Semua pasien di poli kebidanan dan kandungan dengan myoma uteri
3. Uraian umum
Myoma uteri adalah tumor jinak miometrium. Klasifikasinya berdasarkan letak tumor yaitu :
korporal dan servikal, submukosa, intramural, subserosa, intraligamenter, dan parasitik.
Sebab utama belum jelas salah satu teori dihubungkan dengan keadaan hiperestogenisme.
Penyakit pada kelainan ini adalah perdarahan, torsi ( pada tumor yang bertangkai) infeksi,
degenerasi merah,. Degenerasi ganas ( miorsarkom ) dan infertil.
4. Prosedur
4.1 Dokter melakukan anamnesa :
4.1.1 Kemungkin tanpa gejala.
4.1.2 Mungkin terdapat gangguan haid, berupa menorragi, metrorragi, atau
dismenore
4.1.3 Gangguan akibat penekanan tumor : Disuri, polakisur, retensi urin,
konstipasi.
4.2 Dokter melakukan pemeriksaan fisik ; mungkin tanpa gejala klinis atau terdapat gejala seperti
dalam anamnesa.
4.3 Dokter melakukan pemeriksaan ginekologis : terdapat pembesaran uterus, konsistensi
kenyal padat, berbatas tegas, permukaannya berbenjol benjol pada umumnya multipel.
4.4 Dokter melakukan pemeriksaan penunjang :
4.4.1 USG, Histeroskopi.
042 agak tua (
MYOMA
UTERI
4.4.2 Kuratase pada
pasien yang
disertai gangguan haid terutama pada usia yang
menyingkirkan hiperplasia endometrium dan adenokarsinoa endometrium )
4.5 Dokter memberikan pengobatan tergantung pada :
Besar tumor, adanya keluhan dan komplikasi,umur dan paritas pasien.
4.6 Bila ukuran uterus sama atau kurang dari kehamilan 12 minggu, tanpa disertai penyulit, maka
dilakukan observasi. Dilakukan pengawasan berkala setiap 6 bulan sekali.
4.7 Bila fungsi reproduksi masih diperlukan (masih ingat anak ) dan dari segi teknis
memungkinkan maka dilakukan rujukan untuk miomektomi.
4.8 Bila fungsi reproduksi sudah tidak diperlukan, pertumbuhan tumor cepat, dilakukan rujukan
untuk histerektomi.
4.9 Pada pasie yang menolak pembedahan dan tanpa keluhan dapat diberikan terapi hormon
seperti progesteron dan GnRH analog.
5
Catatan mutu
5.1 Status pasient dalam rekam medik
MYOMA UTERI
042
PROSEDUR KLINIS
PENCABUTAN IUD
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015
Revisi
:Dibuat oleh :
Dahlia Mustika Sari, Amd Keb.
No. Dokumen :
Halaman
: 043
Diperiksa oleh :
Disetujui oleh :
Sulami, S. SIT
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf :
Paraf :
Paraf
Pengertian
Suatu asuhan yang integral dengsn pemasangannya di mana ketrampilan tindakan ini
harus memiliki seorang profider pelayanan kontrasepsi bagi pasien.
Tujuan
Agar pasien yang akan di lepas IUD mendapat pelayanan yang cepat, puas dan sesuai
kebutuhan.
Kebijakan
1.
2.
3.
4.
Prosedur
1) Member penjelasa pada calon peserta mengenai keuntungan, efek samping dan cara
menanggualangi efek samping.
2) Melaksanakan anamnesa umum, keluarga, media dan kebidanan.
3) Melaksanakan pemeriksaan umum meliputi timbang badan, mrngukur tensimeter.
4) Siapkan alat-alat yang di perlukan.
5) Mempersiapkan calon peserta untuk berbaring di bed gynekologi dengan posisi
litotomi.
6) Bersihkan vagina dengan cairan anti septik.
7) Melaksanakan pemeriksaan dalam untuk menentukan keadaan dan posisi uterus.
8) Pasang speculum.
9) Mencari benang IUD kemudian di lepas dengan tangpontang.
10) Setelah IUD berhasil di lepas, alat-alat di bereskan.
11) Pasien di rapikan kembali.
12) Memberi penjelasan kepada peserta gejala-gejala yang mungkin terjadi setelah AKDR
di lepas dan kapan harus kontrol.
13) Mencatat data pelayanan dalam kartu dan buku catatan register KB untuk di laporkan
ke bagian rekam medik.
PENCABUTAN IUD
SOP Puskesmas SINE
043
PROSEDUR KLINIS
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
PEMERIKSAAN USG
No. Dokumen :
Halaman
: 044
Diperiksa oleh :
Disetujui oleh :
Sulami, S. SIT
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf :
Paraf :
Paraf
Pengertian
USG adalah sebuah teknik diaknostik pencitraan menggunakan syara ultra yang
di gunakan untuk mencintrakan organ internal dan otot, ukuran mereka struktur,
dan luka patologi, membuat teknik ini berguna untuk memeriksa organ.
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
1.
2.
3.
4.
5.
6.
PEMERIKSAAN USG
SOP Puskesmas SINE
044
PROSEDUR KLINIS
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
EPISIOTOMI
Paraf :
Paraf :
Paraf
Pengertian : Episiotomi adalah pengguntingan kulit dan otot antara vagina dan anus
Tujuan
Indikasi
: Untuk melebarkan jalan lahir. Biasanya dokter akan memberikan anestesi local untuk
menghilangkan nyeri. Namun, dalam keadaan darurat Episiotomi dilakukan tanpa anestesi
local.
: Episiotomi dilakukan untuk melebarkan jalan lahir, jika ;
1) Persalinan pervaginam dengan penyulit ( sungsang, distosia bahu, extrasi cunam,
vakum )
2) Gawat janin
3) Daerah otot-otot perineum sangat kaku, sehingga kemungkinan anda akan mengalami
luka yang lebih luas di perineum atau labia ( lipatan disisi kanan dan kiri vagina ) jika
tidak dilakukan episiotomi.
4) Perlindungan kepala bayi prematur jika perineum ketat.
Persiapan : 1) Alat
a) Alat pelindung diri ( handscoen )
b) Obat anestesi ( Lignokain 0,5% )
c) Spuit 10cc
d) Gunting perineum
e) Bak Instrumen
f) Bengkok
g) Safety Box
2) Pasien
3) Lingkungan
Pelaksanaan :
Infiltrasi Perineum ;
1) Siapkan semprit 10ml dengan lignokain 0,5%.
SOP Puskesmas SINE
2) Jelaskan kepada ibu apa yang akan dilakukan dan bantulah ia untuk rileks.
3) Tempatkan 2 jari di antara kepala janin dan perineum ibu.
4) Masukkan seluruh panjang jarum mulai dari fourchete, menembus persis di bawah kulit dan otot
perineum, sepanjang garis episiotomi.
Catatan ; Aspirasi untuk meyakinkan suntikan lignokain tidak masuk dalam pembuluh darah.
Kejang dan kematian dapat terjadi jika lignokain diberikan lewat pembuluh darah (IV).
5) Suntikkan pada garis tengah ; Suntikkan secara merata sambil menarik jarumnya keluar.
6) Suntikkan pada sisi dari garis tengah ; miringkan arah tusukan jarum ke sisi lain dari garis tengah.
Sebelum menyuntik, ulang aspirasi untuk meyakinkan suntikan lignokain tidak masuk dalam
pembuluh darah. Ulang pada sisi lain dari tengahnya.
7) Suntikkan ke bagian tengah dari dinding belakang vagina. Lindungi kepala bayi dengan
meletakkan jari-jari diantara kepala bayi dan jarum.
8) Tunggu 2 menit setelah suntikan agar obat anestesi bekerja.
Cara Episiotomi ;
1) Episiotomi dilakukan bil perineum telah tipis atau kepala bayi tampak sekitar 3-4cm.
2) Letakkan 2 jari diantara kepala bayi dan perineum dengan menggunakan sarung tangan steril.
3) Gunakan gunting dan buatan sayatan 3-4cm mediolateral.
4) Jaga perineum dengan tangan pada saat kepala bayi lahir agar insisi tidak meluas.
PROSEDUR KLINIS
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
Paraf :
Paraf :
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Paraf
LANGKAH
PERSIAPAN
Menyiapkan alat dan bahan.
Menyapa ibu dan memberitahu ibu tentang tindakan yang akan
dilakukan.
PELAKSANAAN
Mencuci tangan sebelum tindakan dan keringkan
Menyiapkan posisi ibu, baju bagian atas dibuka dan meletakkan
handuk dibahu dan pangkuan ibu.
Mengompres kedua putting susu dan areola mamae dengan
menggunakan kapas yang telah diolesi minyak kelapa/baby oil selama
2-5 menit.
Membersihkan putting susu dan areola mamae dengan kapas.
Melicinkan kedua telapak tangan dengan minyak kelapa/baby oil.
Mengurut payudara dimulai kearah atas, lalu ke samping.
Mengurut payudara secara melintang, telapak tangan mengurut ke
depan, lalu kedua tangan dilepas dari payudara secara perlahan-lahan.
Menyokong payudara kiri dengan tangan kiri, lalu dua atau tiga jari
tangan kanan membuat gerakan memutar sambil menekan mulai dari
pangkal payudara dan berakhir pada putting susu.
Menyokong payudara kiri dengan satu tangan, sedangkan tangan
kanan mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah tepi ke arah
putting susu.
Menyokong payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan lain
mengurut payudara dengan tangan mengepal dari arah tepi ka arah
PERAWATAN PAYUDARA IBU
putting susu.
Mengompres payudaraNIFAS
dengan waslap menggunakan air hangat dan air
dingin secara bergantian.
Membantu ibu untuk memakai kembali pakaiannya dan menganjurkan
SOP Puskesmas SINE
045
15.
045
PROSEDUR KLINIS
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
LASERASI PERINEUM
Paraf :
Paraf :
Paraf
A. PENGERTIAN
Laserasi perineum adalah terpotongnya selaput lender vagina, cincin selaput dara, serviks,
portio septum rektovaginalis akibat dari tekanan benda tumpul.
B. TUJUAN
1. Untuk mencegah perdarahan post partum.
2. Untuk mengurangi jumlah kematian ibu melahirkan.
3. Untuk mengurangi morbiditas nifas.
4. Untuk mengetahui penatalaksanaan laserasi perineum.
C. KEBIJAKAN
Berkaitan dengan MDGs, target yang hendak dicapai adalah menurunkan angka kematian ibu
hingga tiga perempatnya antara tahun 1990 sampai 2015.
D. PERALATAN
1. APD
2. Lampu
3. Haecting set
4. Tranfusi set
5. Abocath No. 18
6. Ringer laktat
7. Lidocain
SOP Puskesmas SINE
8. Spuit 5 cc
9. Aquabidest
10. Antibiotic
11. Analgetik
12. Povidon iodine
13. Kasa
14. Sarung tangan DTT pendek
E. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Persiapkan alat
2. Perhatikan kondisi umum ibu.
3. Apabila terjadi syok harus diatasi lebih dulu dengan infuse I.v cairan elektrolit dan tranfusi
darah.
4. Berikan dukungan dan penguatan emosional.
5. Pasien dianjurkan untuk berbaring dalam posisi litotomi dilakukan pembersihan luka
dengan cairan antiseptic dan luas robekan detentukan dengan seksama.
6. Gunakan sarung tangan DTT.
7. Beri anestesi local otot-otot diafragma urogenitalis dengan lidocain.
8. Memeriksa uterus dan memastikan bahwa uterus berkontraksi.
9. Periksa vagina, perineum, dan serviks secara cermat.
10. Jika robekan perineum panjang dan dalam, inspeksi untuk memastikan bahwa tidak
terdapat robekan derajat III dan IV.
11. Masukkan jari yang memakai sarung tangan kedalam anus.
12. Angkat jari dengan hati-hati dan identifikasi sfingter.
13. Periksa tonus otot atau kerapatan sfingter.
14. Ganti sarung tangan yang bersih, steril atau DTT.
15. Lakukan penjahitan pada robekan.
16. Jahit secara jelujur pada otot perineum.
17. Jahit secara subkutis pada kulit perineum.
18. Bersihkan dengan cairan antiseptic.
19. Dekontaminasi peralatan.
20. Dokumentasikan tindakan
SOP Puskesmas SINE
PROSEDUR KLINIS
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
INVERSION UTERI
Paraf :
Paraf :
Paraf
A. PENGERTIAN
Inversion uteri adalah bagian atas uterus memasuki cavum uteri, sehingga fundus uteri sebelah
dalam menonjol ke dalam cavum uteri.
B. TUJUAN
1. Untuk mencegah perdarahan post partum.
2. Untuk mengurangi jumlah kematian ibu melahirkan.
3. Untuk mengurangi morbiditas nifas.
4. Untuk mengetahui penatalaksanaan inversion uteri.
C. KEBIJAKAN
Berkaitan dengan MDGs, target yang hendak dicapai adalah menurunkan angka kematian ibu
hingga tiga perempatnya antara tahun 1990 sampai 2015.
D. PERALATAN
1. APD
2. Lampu
3. Tensimeter
4. Stetoskop
5. Tranfusi set
6. Abocath No. 18
SOP Puskesmas SINE
7. Ringer laktat
8. Oksitosin 20 unit
9. Ergometrin 0,2 mg
10. Antibiotic 2 g
11. Povidon iodine
12. Kasa
13. Sarung tangan DTT pendek
14. Sarung tangan DTT panjan
E. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Perhatikan kondisi umum ibu.
2. Apabila terjadi syok harus diatasi lebih dulu dengan infuse I.v cairan elektrolit dan tranfusi
darah.
3. Lakukan vagina toucher untuk mengetahui seberapa tingkat keluarnya uterus.
4. Melakukan reposisi uterus segera secara manual.
5. Pengembalian posisi secara manual.
6. Menempatkan satu tangan di vagina dengan ujung-ujung jari menggerakkan dinding uterus
keatas sewaktu fundus dereposisi.
7. Lakukan dengan hati-hati agar tidak menusuk atau tidak membuat rupture dinding uterus
yang lunak.
8. Pada saat yang sama seluruh uterus diangkat tinggi keluar pelvis, di atas level umbilicus
dan tahan selama beberapa menit.
9. Bila plasenta masih melekat, jangan dilepas oleh karena itu tindakan ini akan memicu
perdarahan hebat.
10. Setelah reposisi berhasil, tangan yang ada di dalam harus tetap ada di dalam dan menekan
fundus uteri.
11. Berikan oksitosin dan setelah terjadi kontraksi, tangan dalam boleh dikeluarkan perlahan
agar inversio uteri tidak berulang.
12. Bila reposisi per vaginam gagal, maka dilakukan reposisi secara laparotomi
F. PERAWATAN PASCA TINDAKAN
1. Jika inverse sudah diperbaiki, berikan infuse oksitosin 20 unit dalam 500 ml I.V. (NaCI 0,9
% atau ringer laktat) 10 tetes/menit.
SOP Puskesmas SINE
PROSEDUR KLINIS
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
Solucio Placenta
Paraf :
Paraf :
Paraf
5. Pemasangan infus RL
6. Konsultasi ke Dokter
7. Penjelasan kepada keluarga tentang keadaan ibu
8. Rujuk ke Rumah Sakit.
PROSEDUR KLINIS
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
RETENSIO PLASENTA
Paraf :
Paraf :
Paraf
2.
Oksitosin
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Alat pelindung diri (APD) meliputi topi, masker, kacamata pelindung dan celemek.
D. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Pastikan bahwa kandung kemih kosong. Jika penuh dan dapat dipalpasi, lakukan katerisasi
menggunakan teknik aseptic.
2. Jepit tali pusat dengan klem/kocher, kemudian tegangkan tali pusat sejajar lantai.
3. Secara obstetric masukkan satu tangan (punggung tangan ke bawah) ke dalam vagina
dengan menelusuri sisi bawah tali pusat.
4. Setelah tangan mencapai pembukaan serviks, minta asisten atau keluarga untuk memegang
kocher, kemudian tangan lain penolong menahan fundus uteri.
5. Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam ke kavum uteri sehingga mencapai
tempat implantasi plasenta.
6. Buka tangan obstetric menjadi seperti memberi salam (ibu jari merapat ke pangkal jari
telunjuk).
7. Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah
-
Bila implantasi di korpus belakang, tangan dalam tetap pada sisi bawah tali pusat. Bila
implantasi di korpus depan, pindahkan tangan dalam ke sisi atas tali pusat dengan
punggung tangan menghadap ke atas
8. Implantasi di korpus depan maka lakukan penyisipan ujung jari diantara plasenta dan
dinding uterus dengan punggung tangan pada dinding uterus dengan punggung tangan pada
dinding dalam uterus bagian depan (menghadap).
E. DAFTAR PUSTAKA
1. Wiknyosastro, Gulardi, dkk. 2008. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Asuhan
Esensial, Pencegahan dan Penanggulangan Segera Komplikasi Persalinan dan Bayi Baru
Lahir. Jakarta : JNPK-KR
2. Saifudin, Abdul Bari, dkk. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
PROSEDUR KLINIS
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
ATONIA UTERI
Paraf :
Paraf :
Paraf
PROSEDUR KLINIS
PLASENTA MANUAL
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015
Revisi
:Dibuat oleh :
Dahlia Mustika Sari, Amd Keb.
Paraf :
Paraf :
Paraf
Bila implantasi di korpus belakang, tangan dalam tetap pada sisi bawah tali pusat. Bila
implantasi di korpus depan, pindahkan tangan dalam ke sisi atas tali pusat dengan
punggung tangan menghadap ke atas
Implantasi di korpus depan maka lakukan penyisipan ujung jari diantara plasenta dan
dinding uterus dengan punggung tangan pada dinding uterus dengan punggung tangan
pada dinding dalam uterus bagian depan (menghadap sisi atas tali pusat).
8. Kemudian gerakkan tangan dalam ke kiri dank e kanan sambil bergeser ke cranial sehingga
semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan. Catatan : sambil melakukan tindakan
perhatikan keadaan ibu (pasien), lakukan penanganan yang sesuai bila terjadi penyulit.
9. Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi ulangan untuk
memastikan tidakada bagian plasenta yang masih melekat pada dinding uterus.
10. Pindahkan tangan luar ke supra simfisis untuk menahan uterus pada saat plasenta
dikeluarkan.
11. Instruksikan asisten atau keluarga yang memegang kocher untuk menarik tali pusat sambil
tangan dalam menarik plasenta keluar (hindari percikan darah).
12. Letakkan plasenta ke dalam tempat yang telah disediakan.
13. Lakukan sedikit pendorongan uterus (dengan tangan luar) ke dorsokranial setelah plasenta
lahir.
-
14. Sementara masih menggunakan sarung tangan, kumpulkan semua barang, bahan atau
instrument bebas pakai dan bersihkan tubuh ibu dan ranjang tindakan. Kemudian lakukan
dekontaminasi sarung tangan dan semua peralatan yang tercemar darah atau cairan tubuh
lainnya.
15. Lepaskan sarung tangan dan segera cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir lalu
keringkan tangan dengan handuk pribadi yang bersih dan kering.
16. Periksa kembali tanda vital pasien segera lakukan tindakan dan instruksi apabila masih
diperlukan.
17. Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan di dalam kolom yang tersedia.
18. Buat instruksi pengobatan lanjutan dan hal-hal penting untuk dipantau.
19. Beritahukan pada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai tetapi pasien masih
memerlukan perawatan.
20. Ajarkan ibu dan keluarga tentang asuhan mandiri dan tand-tanda bahaya yang mungkin
terjadi. Minta keluarga segera melapor pada penolong jika terjadi gangguan kesehatan ibu
atau timbul tanda-tanda bahaya tersebut.
E. DAFTAR PUSTAKA
3. Wiknyosastro, Gulardi, dkk. 2008. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Asuhan
Esensial, Pencegahan dan Penanggulangan Segera Komplikasi Persalinan dan Bayi Baru
Lahir. Jakarta : JNPK-KR
SOP Puskesmas SINE
4. Saifudin, Abdul Bari, dkk. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
PROSEDUR KLINIS
PENATALAKSANAAN ABORTUS INCOMPLETE
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015
Revisi
:Dibuat oleh :
Dahlia Mustika Sari, Amd Keb.
Paraf :
Paraf :
Paraf
Penanganan spesifik
1. Melaksanakan advis dokter
2. Tentukan besar uterus (taksiran usia gestasi), kenali dan atasi setiap komplikasi (perdarahan
hebat, syok, infeksi/sepsis)
3. Hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks yang di sertai perdarahan hingga ukuran
sedang, dapat dikeluarkan secara digital atau cunam ovum. Setelah itu evaluasi perdarahan :
Bila perdarahan berhenti : beri ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400 mg per
oral
Bila perdarahan terus berlangsung : evaluasi sisa hasil konsepsi dengan Aspirasi
Vakum Manual (AVM) atau dilatasi dan kuretase (pilihan tergantung usia gestasi,
pembukaan serviks dan keberadaan bagian-bagian janin)
4. Bila tak ada tanda-tanda infeksi, beri antibiotika profilaksis (ampisilin 500 mg oral atau
doksisiklin 100 mg)
5. Bila terjadi infeksi, beri ampisilin 1 g dan metronidazol 500 mg setiap 8 jam
6. Bila terjadi perdarahan hebat dan usia dan usia gestasi di bawah 16 minggu, segera lakukan
evaluasi dengan AVM
7. Bila pasien tampak anemis, berikan sulfas ferosus 600 mg per hari selama 2 minggu
(anemia sedang) atau tranfusi darah (anemia berat)
E. DAFTAR PUSTAKA
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Jakarta :EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo
PROSEDUR KLINIS
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
Paraf :
Paraf :
Paraf
Penanganan spesifik
1. Melaksanakan advis dokter
2. Lakukan prosedur evaluasi hasil konsepsi
Bila usia gestasi 16 minggu, evaluasi dilakukan dengan peralatan Aspirasi Vakum Manual
(AVM) setelah bagian-bagian janin di keluarkan
Bila usia gestasi 16 minggu, evaluasi dilakukan dengan prosedur Dilatasi dan kuretase
(D&K)
3. Bila prosedur evaluasi tidak dapat segera dilaksanakan atau usia gestasi lebih besar dari 16
minggu, lakukan tindakan pendahuluan dengan :
Infus Oksitosin 20 unit dalam 500 ml NS atau RL mulai dengan 8 tetes/menit yang
dinaikkan hingga 40 tetes/menit, sesuai dengan kondisi kontraksi uterus hingga
terjadi pengeluaran hasil konsepsi
Misoprostol 400 mg per oral dan apabila mesih diperlukan, dapat diulangi dengan
dosis yang sama setelah 4 jam dari dosis awal
4. Hasil konsepsi yang tersisa dalam kavum uteri dapat dikeluarkan dengan AVM atau dilatasi
dan kuretase (hati-hati risiko perforasi)
E. DAFTAR PUSTAKA
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Jakarta :EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo
PROSEDUR KLINIS
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
Paraf :
Paraf :
Paraf
2. Menghentikan perdarahan
C. PERALATAN
1. Cairan Ringer Laktat (RL)
2. Abocath no. 20
3. Transfusi set
4. Bengkok
5. Plester
6. Kapas
7. Alkohol
8. Sarung tangan
9. Bengkok
10. Standar infus
D. PROSEDUR PELAKSANAAN
Penilaian awal
Untuk penanganan yang memadai, segera lakukan penilaian dari :
1. Keadaan umum pasien
2. Tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan sistolik 90 mmHg, nadi
112 x/menit
3. Bila syok disertai dengan massa lunak di adneksa, nyeri perut bawah, adanya cairan bebas
dalam kavum pelvis, pikirkan kemungkinan kehamilan ektopik yang terganggu
4. Tanda-tanda infeksi atau sepsis ( demam tinggi, sekret berbau pervaginam, nyeri perut
bawah, dinding perut tegang, nyeri goyang portio, dehidrasi, gelisah atau pingsan )
5. Tentukan melalui evaluasi medik apakah pasien dapat di tatalaksana pada fasilitas kesehatan
setempat atau dirujuk ( setelah dilakukan stabilisasi )
6. Konsul dokter
Penanganan spesifik
1. Melaksanakan advis dokter
2. Tidak diperlukan pengobatan medik yang khusus atau tirah baring secara total
3. Anjurkan untuk tidak melakukan aktifitas fisik secara berlebihan atau melakukan hubungan
seksual
4. Bila perdarahan :
SOP Puskesmas SINE
Berhenti : lakukan asuhan antenatal terjadual dan penilaian ulang bila terjadi
perdarahan lagi
E. DAFTAR PUSTAKA
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Jakarta :EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo
PROSEDUR KLINIS
PENATALAKSANAAN PENCEGAHAN INFEKSI
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015
Revisi
:Dibuat oleh :
Dahlia Mustika Sari, Amd Keb.
Paraf :
Paraf :
Paraf
Ajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mengerti situasi ibu dan latar belakangnya. Lakukan
klarifikasi bila diperlukan dan jangan menghakimi.
046
Identifikasi kebutuhan ibu, masalah ibu, dan informasi yang belum diketahui ibu. Pelajari
setiap masalah yang ada serta dampaknya terhadap berbagai pihak (ibu, suami, keluarga,
komunitas, tenaga kesehatan, dan sebagainya).
Tanyakan pendapat ibu mengenai solusi alternatif apa yang dapat dilakukan untuk
menyelesaikan masalah yang ia hadapi.
Identifikasi kebutuhan ibu terhadap informasi, sumber daya, atau dukungan lain untuk
memecahkan masalahnya.
Susun prioritas solusi dengan membahas keuntungan dan kerugian dari berbagai alternatif
pemecahan masalah bersama ibu.
Minta ibu untuk menentukan solusi apa yang paling memungkinkan untuk mengatasi
masalahnya.
Evaluasi pelaksanaan rencana tindak lanjut tersebut pada pertemuan konseling berikutnya.
E. DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan. Jakarta: Kemenkes RI.
046
PROSEDUR KLINIS
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
Paraf :
Paraf :
Paraf
A. PENGERTIAN
1. Apabila bokong dengan atau tanpa kaki merupakan bagian terendah (Sarwono
Prawirohardjo) :
a.
Pada pemeriksaan abdomen (kepala teraba di bagian atas, bokong pada daerah pelvis.
Auskultasi menunjukkan DJJ lokasinya lebih tinggi daripada yang diharapkan dengan
presentasi vertex).
b.
2. Menurut Prof. Dr. Rustam Moechtar, MPH (1998), janin yang letaknya memanjang
(membujur) dalam rahim, kepala berada di fundus dan bokong di bawah (Prof. Dr. Rustam
Moechtar, MPH).
B. TUJUAN
1. Mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial.
2. Merencanakan asuhan kebidanan.
3. Melaksanakan asuhan kebidanan yang telah direncanakan.
4. Mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan.
C. KEBIJAKAN
Mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) and Angka Kematian Bayi (AKB).
D. PERALATAN
SOP Puskesmas SINE
1. Tensimeter
2. Lampu
3. Celemek Plastik
4. Alat perlindungan pribadi : masker, kacamata, alas kaki tertutup, handscoen
5. Handscoen obstetric (panjang)
6. Partus set :
-
kocher
Gunting episiotomi
Kateter
Kasa secukupnya
Nailfooder
Plain catgut
Pinset sirugi
Gunting
Jarum
Mencuci tangan
2.
b. Tahap Orientasi
1.
2.
3.
4.
5.
7.
8.
Informasikan kepada ibu apa yang akan dilakukan dan diberikan dukungan agar ibu
percaya diri dan berani bertanya
9.
c.
Tahap Kerja
12. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun, keringkan dengan
handuk yang bersih
13. Memakai sarung tangan DTT
14. Membersihkan daerah vulva dengan kapas yang diberi air DTT
15. Jika diperlukan kateterisasi kandung kemih
16. Jika pembukaan lengkap dan bokong telah mencapai vagina, suruh ibu meneran
bersamaan dengan his
17. Jika perineum tampak kaku lakukan episiotomi
18. Biarkan bokong sampai scapula lahir dan kelihatan di vagina
19. Pegang bokong dengan hati-hati, jangan lakukan penarikan
20. Jika kaki tidak lahir spontan, lahirkan satu kaki terlebih dahulu :
- Tekan belakang lutut
- Genggam tumit dan lahirkan kaki
- Ulangi untuk melahirkan kaki yang lain
21. Pegang pinggul bayi
22. Jika tangan menempel pada dada biarkan lahir dengan spontan:
- Jika lengan pertama lahir, angkat bokong ke arah perut ibu agar lengan kedua lahir
spontan
- Jika tangan tidak lahir spontan, tempatkan 1 atau 2 jari di siku bayi dan tekan agar
tangan turun melewati muka bayi
23. Jika lengan lurus ke atas kepala atau terjungkir di belakang kepala (Nuchel arm)
gunakan perasat atau cara Lovset:
- Setelah bokong dan kaki bayi lahir, pegang pinggul bayi dengan kedua tangan
- Putar bayi 180 derajat sambil tarik ke bawah dengan lengan bayi yang terjungkit ke
arah penunjuk jari tangan yang menjungkit, sehingga lengan posterior berada di
bawah symphisis (depan)
- Bantu melahirkan lengan dengan memasukkan 1 atau 2 jari pada lengan atas serta
menarik secara perlahan tangan bawah melalui dada (seolah-olah tangan bayi
mengusap dadanya) sehingga siku dalam keadaan fleksi dan lengan depan lahir.
Untuk melahirkan lengan kedua, putar kembali 180 derajat ke arah yang berlawanan
ke kiri/kanan sambil ditarik secara perlahan sehingga lengan belakang menjadi
lengan depan dan lahir di depan.
24. Jika badan bayi tidak dapat diputar, lahirkan bahu belakang terlebih dahulu:
- Pegang pergelangan kaki dan angkat ke atas
- Lahirkan bahu belakang/posterior
- Lahirkan lengan dan tangan
- Pegang pergelangan kaki dan tarik ke bawah
- Lahirkan bahu dan lengan depan
25. Melahirkan kepala dengan cara Mauriceau Smelle veit :
- Masukkan tangan kiri penolong ke dalam vagina
- Letakkan badan bayi di atas tangan kiri penolong sehingga badan bayi seolah-olah
menunggang kuda
- Letakkan jari telunjuk dan jari manis kiri pada maxilla bayi, dan jari tangan di
dalam mulut bayi
- Tangan kanan memegang/mencengkeram tengkuk bahu bayi dan jari tengah
mendorong aoksipita sehingga kepala menjadi fleksi
- Dengan koordinasi tangan kiri dan kanan secara hati-hati tariklah kepala dengan
gerakan memutar sesuai dengan jalan lahir
- Minta asisten menekan atas tulang pubis ibu, sewaktu melahirkan kepala
- Angkat badan bayi (posisi menunggang kuda) ke atas untuk melahirkan mulut,
hidung dan seluruh kepala
26. Bila perlu, setelah melahirkan bayi periksa apakah ada perlukaan jalan lahir
27. Jahit luka epiotomi jika sebelumnya dilakukan episiotomi
28. Lakukan asuhan segera pada ibu post partum dan bayi baru lahir
29. Sebelum melepaskan sarung tangan, buang terlebih dahulu kapas atau kasa dan sampah
lainnya ke dalam tempat sampah yang telah disediakan
30. Rendam instrument ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit untuk
dekontaminasi
31. Rendam kedua sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit lepaskan
dari dalam ke luar, buang dalam tempat sampah medis
SOP Puskesmas SINE
32. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, kemudian keringkan dengan handuk bersih
33. Observasi 2 jam post partum
Lakukan proses pendokumentasian