Anda di halaman 1dari 28

TETANUS

Dr. ABDUL MUIS,SP.S(K)


PENDAHULUAN
• Kata tetanus diambil dari bahasa Yunani yaitu
tetanos dari teinein yang berarti menegang.
• Tetanus adalah penyakit akut, paralitik spastik
yang disebabkan oleh tetanospasmin,
neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium
tetani.
• Tetanus memiliki nama lain yaitu lock jaw dan
seven days disease.
• Tetanus disebabkan oleh Clostridium tetani. Organisme ini
merupakan bakteri gram-positif, obligat anaerobik, berbentuk
tongkat yang di ujungnya membentuk spora sehingga secara
mikroskopik memberikan gambaran seperti pukulan genderang
atau raket tenis.
• Bakteri ini dapat dijumpai pada tinja binatang seperti kuda, domba,
sapi, anjing, kucing, tikus, babi, dan ayam, juga bisa pada manusia
dan pada tanah yang terkontaminasi dengan tinja binatang
tersebut.
• Spora dari bakteri C. tetani live in the soil and are found around the
world. tetani tinggal di tanah dan ditemukan di seluruh dunia. In
the spore form, C. Dalam bentuk spora, C. tetani may remain
inactive in the soil, but it can remain infectious for more than 40
years. tetani dapat tetap tidak aktif di dalam tanah, tetapi dapat
menularkan penyakit selama lebih dari 40 tahun.
• Spora tetanus dapat bertahan hidup dalam air mendidih
dan didalam autoklaf pada 249,8ºF (121ºC) selama 10-15
menit, tetapi sel vegetatif terbunuh oleh antibiotik, panas
dan desinfektan baku.
• Tidak seperti banyak klostridia, Clostridium tetani bukan
organisme yang menginvasi jaringan, malahan
menyebabkan penyakit melalui toksinnya.
• Bakteri ini menghasilkan 3 macam toksin, yaitu
tetanospasmin yang bersifat neurotoksik, non convulsive
neurotoxin, dan tetanolisin yang bersifat kardiotoksik dan
menyebabkan hemolisis. Toksin tetanus umumnya diartikan
sama dengan tetanospasmin, walaupun kedua jenis toksin
lain berperan dalam gambaran klinik tetanus.
• Tetanus terjadi di seluruh dunia dan endemik
pada 90 negara yang sedang berkembang,
tetapi insidennya bervariasi. Penyakit ini
merupakan penyakit tropis yang khas dan
insidennya terutama bergantung pada
sosioekonomi, demografi, dan faktor
lingkungan
PATOGENESIS
• Walaupun kebanyakan kasus tetanus terjadi
akibat dari kontaminasi luka oleh tanah atau
objek yang telah berkontak dengan tanah,
tetanus juga dapat ditularkan oleh pecandu
obat dengan jarum hipodermik yang kotor
atau permukaan kulit yang terkontaminasi
(“skin popers”).
• Tetanospasmin adalah toksin yang menyebabkan spasme,bekerja
pada beberapa level dari susunan syaraf pusat, dengan cara :
a. Menghalangi neuromuskular transmisi  menghambat pelepasan
acethyl-choline dari terminal nerve di otot.
b. Kharakteristik spasme dari tetanus ( seperti strichmine ) terjadi
karena toksin mengganggu fungsi dari refleks synaptik di spinal
cord.
c. Kejang pada tetanus, mungkin disebabkan pengikatan dari toksin
oleh cerebral ganglioside.
d. Beberapa penderita mengalami gangguan dari Autonomik
Nervous System (ANS) dengan gejala : berkeringat, hipertensi yang
fluktuasi, periodisiti takikhardia, aritmia jantung, peninggian
cathecholamine dalam urine.
• Kerja dari tetanospamin analog dengan strychmine,
dimana ia mengintervensi fungsi dari arcus refleks
yaitu dengan cara menekan neuron spinal dan
menginhibisi terhadap batang otak.
• Timbulnya kegagalan mekanisme inhibisi yang normal,
yang menyebabkan meningkatnya aktifitas dari neuron
yang menyarafi otot masetter sehingga terjadi trismus.
Oleh karena otot masetter adalah otot yang paling
sensitif terhadap toksin tetanus tersebut. Stimuli
terhadap afferen tidak hanya menimbulkan kontraksi
yang kuat, tetapi juga dihilangkannya kontraksi agonis
dan antagonis sehingga timbul spasme otot yang khas.
• Toksin tetanospamin menyebar dari saraf perifer
secara ascending bermigrasi secara sentripetal
atau secara retrogard mcncapai presynaptic
inhibitory neuron di sistem saraf pusat melalui
alpha motor neuron setelah berikatan dengan
reseptor, yang bernama GD1b ganglioside dan
menginhibisi GABA (γ-amino butirat acid).
Penjalaran terjadi didalam axis silinder dari
sarung perineural menuju ke mototor neuron
terutama interneuron Renshaw.
GAMBARAN KLINIS
• Gejala pertama biasanya rasa sakit pada luka, diikuti
trismus (kaku rahang, sukar membuka mulut lebar -
lebar), risus sardonikus (wajah setan).
• Kemudian diikuti kaku kuduk, kaku otot perut, gaya
berjalan khas seperti robot, sukar menelan, dan
laringospasme.
• Pada keadaan yang lebih berat terjadi opistotonus
(posisi cephalic tarsal), dimana pada saat kejang badan
penderita melengkung dan bila ditelentangkan hanya
kepala dan bagian tarsal kaki saja yang menyentuh
dasar tempat berbaring.
• Dapat tejadi spasme diafragma dan otot –
otot pernapasan lainnya. Pada saat kejang,
penderita tetap dalam keadaan sadar. Suhu
tubuh normal hingga subfebris,sekujur tubuh
berkeringat
• Karakteristik penyakit :
• Kejang bertambah berat selama 3 hari pertama,
dan menetap selama 5-7 hari
• Setelah 10 hari kejang mulai berkurang
frekuensinya
• Setelah 2 minggu kejang mulai hilang
• Biasanya didahului dengan ketegangan otot
terutama pada rahang dari leher, kemudian
timbul kesukaran membuka mulut (trismus,
lockjaw) karena spasme otot masetter
• Kejang otot berlanjut ke kaku kuduk (opistotonus,
nuchal rigidity)
• Rhisus sardonikus spasme otot muka dengan gambaran
alis tertarik ke atas, sudut mulut tertarik ke luar dan ke
bawah, bibir tertekan kuat.
• Gambaran umum yang khas berupa badan kaku
dengan opistotonus, tungkai dengan ekstensi, lengan
kaku dengan mengepal, biasanya kesadaran tetap baik
• Karena kontraksi otot yang sangat kuat, dapat terjadi
asfiksia dan sianosis, retensi urin, bahkan dapat terjadi
fraktur collumna vertebralis (pada anak)1
Stadium Klinis pada orang dewasa. Terdiri dari :
• Stadium 1 : trismus
• Stadium 2 : opistotonus
• Stadium 3 : kejang rangsang
• Stadium 4 : kejang spontan
KLASIFIKASI
1. Lokal tetanus merupakan bentuk yang jarang
ditemukan pada tetanus. Dimana pasien
mengalami kontraksi otot yang persisten di
daerah anatomis yang sama dengan tempat
luka. Dijumpai adanya kontraksi otot yang
persisten (agonis, antagonis dan fiksator). Hal
inilah merupakan tanda dari tetanus lokal.
Kontraksi otot tersebut biasanya ringan, bisa
bertahan dalam beberapa bulan tanpa progresif
dan biasanya menghilang secara bertahap.
2 Generalized tetanus adalah bentuk yang paling
banyak ditemukan, mewakili sekitar 80% dari kasus.
Trismus merupakan gejala utama yang sering
dijumpai (50%), yang disebabkan kekakuan otot-
otot masseter, bersamaan dengan kekakuan otot
leher yang menyebabkan terjadinya kaku kuduk dan
kesulitan menelan. Gejala lain berupa risus
sardonikus (sardonic grin) yakni spasme otot-otot
muka, opistotonus (kekakuan otot punggung),
kejang dinding perut.
3. Cephalic tetanus is a rare form of the disease,
occasionally occurring with otitis media (ear
infections) in which C. Cephalic tetanus
merupakan bentuk yang jarang dari tetanus.
Masa inkubasi berkisar 1-2 hari, yang berasal
dari otitis media kronik (seperti yang dilaporkan
di India), luka pada daerah muka dan kepala,
termasuk adanya benda asing dalam rongga
hidung..
4. Neonatal tetanus is a form of generalized
tetanus that occurs in newborn infants.Tetanus
neonatal biasanya disebabkan infeksi C.tetani,
yang masuk melalui tali pusat sewaktu proses
pertolongan persalinan. Spora yang masuk
disebabkan oleh proses pertolongan persalinan
yang tidak steril, baik oleh penggunaan alat yang
telah terkontaminasi spora C.tetani, maupun
penggunaan obat-obatan untuk tali pusat yang
telah terkontaminasi.
DIAGNOSIS
1. Anamnesis :Ada riwayat luka biasanya 5-14 hari
disertai ketegangan otot yang makin bertambah
terutama pada rahang (trismus) dan dapat
disertai kejang.
2. Pemeriksaan Fisik :
– Trismus, risus sardonikus, opistotonus, spasme otot
perut dan kejang perut.
– Refleks fisiologis meningkat, refleks patologis negatif.
– Kadang-kadang ditemukan gangguan SSO antara lain
retensi urine dan hiperpireksia.
DIAGNOSIS BANDING
Adapun diagnosa banding dari tetanus, yaitu :
• Reaksi Diastonia
• Tetani
• Meningitis
• Rabies
• Abses retropharingeal, abses gigi, subluksasi
mandibula
• Kelainan psikogenik.
PENATALAKSANAAN
• Penatalaksanaan Umum
• Tujuan terapi ini adalah untuk mengeliminasi
kuman tetani, menetralisirkan peredaran toksin,
mencegah spasme otot dan memberikan bantuan
pernapasan sampai pulih.
– Merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya,
yaitu membersihkan luka, irigasi luka, eksisi jaringan
nekrotik, membuang benda asing dalam luka serta
kompres dengan H2O2, dalam hal ini penatalaksanaan
terhadap luka tersebut dilakukan 1-2 jam setelah ATS
dan pemberian antibiotika. Sekitar luka disuntik ATS.
– Diet cukup kalori dan protein, bentuk makanan
tergantung membuka mulut dan menelan. Bila
ada trismus, makanan dapat diberikan personde
atau parenteral
– Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti
suara dan tindakan terhadap penderita
– Oksigen, pernapasan buatan dan trakeostomi bila
perlu
– Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit
2. Farmakologik
1 Antibiotika
• Diberikan parenteral Peniciline 1,2 juta unit/ hari selama 10
hari, IM. Sedangkan tetanus pada anak dapat dapat
diberikan Peniciline dosis 50.000 unit/ kg BB/ 12 jam secara
IM diberikan selama 7-10 hari. Bila sensitif terhadap
Peniciline, obat dapat diganti dengan preparat lain seperti
tetrasiklin dosis 30-40 mg/ kgBB/ 24 jam, tetapi dosis tidak
melebihi 2 gram dan diberikan dalam dosis terbagi (4
dosis). Bila tersedia Peniciline intravena, dapat digunakan
dengan dosis 200.000 unit/ kgBB/ 24 jam, dibagi 6 dosis
selama 10 hari.
2. Antitoksin
• Antitoksin dapat digunakan Human Tetanus
Immunoglobulin (TIG) dengan dosis 3000-
6000 U, satu kali pemberian saja, secara IM,
tidak boleh diberikan secara intravena karena
TIG mengandung “anti complementary
aggregates of globulin” yang mana ini dapat
mencetuskan reaksi alergi yang serius.
• Bila TIG tidak ada, dianjurkan untuk
menggunakan tetanus antitoksin, yang berasal
dari hewan, dengan dosis 40.000 U, dengan
cara pemberiannya adalah: 20.000 U dari
antitoksin dimasukkan kedalam 200 cc cairan
NaCl fisiologis dan diberikan secara intravena,
pemberian harus sudah diselesaikan dalam
waktu 30-45 menit. Setengah dosis yang
tersisa (20.000 U) diberikan secara IM pada
daerah sebelah luar.
3. Tetanus Toksoid
• Pemberian Tetanus Toksoid (TT) yang pertama,
dilakukan bersamaan dengan pemberian
antitoksin tetapi pada sisi yang berbeda
dengan alat suntik yang berbeda. Pemberian
dilakukan secara IM. Pemberian TT harus
dilanjutkan sampai imunisasi dasar terhadap
tetanus selesai.
4. Pelemas Otot
Jenis Obat Dosis Efek Samping

Diazepam 0,5-1,0 mg/kg BB/4 jam (Iv drips dalam larutan infus) Stupor, koma

Meprobamat 300-400 mg/4 jam (IM) Tidak ada

Klorpromasin 25-75 mg/4 jam (IM) Hipotensi

Fenobarbital 50-100 mg/4 jam(IM) Depresi pernapasan


PROGNOSIS
Dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat
memperburuk keadaan yaitu :
• masa inkubasi yang pendek
• neonatus dan usia tua
• frekuensi kejang yang sering
• kenaikan suhu badan yang tinggi
• pengobatan terlambat
• periode trismus dan kejang yang semakin sering
• adanya penyulit spasme otot pernapasan dan
obstruksi jalan napas

Anda mungkin juga menyukai