Anda di halaman 1dari 21

KEBIJAKAN DAERAH DALAM PERCEPATAN

PENCEGAHAN STUNTING KABUPATEN MALANG

Oleh:
Ir.TOMIE HERAWANTO, MP.
KEPALA BAPPEDA KABUPATEN MALANG

Malang, 23 Juli 2019


PENDAHULUAN
• Anak Indonesia masa depan harus sehat, cerdas, kreatif, dan
produktif. Jika anak-anak terlahir sehat, tumbuh dengan baik dan
didukung oleh pendidikan yang berkualitas maka mereka akan
menjadi generasi yang menunjang kesuksesan pembangunan
bangsa. Sebaliknya jika anak-anak terlahir dan tumbuh dalam
situasi kekurangan gizi kronis, mereka akan menjadi anak kerdil
(stunting).
• Kerdil (stunting) pada anak mencerminkan kondisi gagal tumbuh
pada anak Balita (Bawah 5 Tahun) akibat dari kekurangan gizi
kronis, sehingga anak menjadi terlalu pendek untuk usianya.
Kekurangan gizi kronis terjadi sejak bayi dalam kandungan hingga
usia dua tahun. Dengan demikian periode 1000 hari pertama
kehidupan seyogyanya mendapat perhatian khusus karena
menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan
produktivitas seseorang di masa depan.
Lanjutan ….. PENDAHULUAN

• Saat ini, Indonesia merupakan salah satu negara dengan


prevalensi stunting yang cukup tinggi dibandingkan dengan
negara-negara berpendapatan menengah lainnya. Situasi ini jika
tidak diatasi dapat mempengaruhi kinerja pembangunan Indonesia
baik yang menyangkut pertumbuhan ekonomi, kemiskinan dan
ketimpangan.

• Penanganan stunting perlu koordinasi antar sektor dan melibatkan


berbagai pemangku kepentingan seperti Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, Masyarakat Umum, dan lainnya.
Presiden dan Wakil Presiden berkomitmen untuk memimpin
langsung upaya penanganan stunting agar penurunan prevalensi
stunting dapat dipercepat dan dapat terjadi secara merata di
seluruh wilayah Indonesia.
Gambaran Anak Normal dan Anak Stunting

Sumber: Bank Dunia, 2017


KERANGKA PENYEBAB MASALAH STUNTING
DI INDONESIA
PREVALENSI STUNTING PADA BALITA
DI KABUPATEN MALANG

PREVALENSI STUNTING
PADA BALITA NASIONAL
TAHUN 2016: 27.5%
TAHUN 2017: 35.2%

TAHUN 2018: 30.8% TARGET


JAWA TIMUR
RIKERDAS,
RISKESDAS,2018
2018 2016 : 22.9%
2017 : 28.3 % V 2016 : 27.2%
2017 : 26.2 %
2018 : 20.0 %
Survei PSG 2017
S 2018 : 25.2 %

Operasi Timbang
Pebruari 2018
3 KOMPONEN
Faktor
PENCEGAHAN STUNTING
Perilaku DARI SISI PERILAKU

POLA
DERAJAT ASUH
KESEHATAN
Faktor Faktor Pelayanan
Lingkungan : Kesehatan POLA
(Sanitasi dan Air Bersih)
(TTD, PMT, ANC, Imunisasi) MAKAN

POLA
HIDUP
Faktor Genetika
(Keturunan) BERSIH
TEORI H.L. BLUM (1974)
KEBIJAKAN TERKAIT INTERVENSI STUNTING

1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005–


2025 (Pemerintah melalui program pembangunan nasional ‘Akses
Universal Air Minum dan Sanitasi Tahun 2019’, menetapkan bahwa
pada tahun 2019, Indonesia dapat menyediakan layanan air minum
dan sanitasi yang layak bagi 100% rakyat Indonesia);
2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2015-2019
(target penurunan prevalensi stunting menjadi 28% pada 2019);
3. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015, Bappenas,
2011;
4. Undang-Undang (UU) No. 36/2009 tentang Kesehatan;
5. Peraturan Pemerintah (PP) No.33/2012 tentang Air Susu Ibu
Eksklusif;
6. Peraturan Presiden (Perpres) No. 42/2013 tentang Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi;
Lanjutan …. KEBIJAKAN TERKAIT INTERVENSI STUNTING

7. Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No.


450/Menkes/SK/IV/2004 tentang Pemberian Ais Susu Ibu (ASI)
Secara Eksklusif Pada Bayi di Indonesia;
8. Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No.15/2013 tentang Tata
Cara Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui dan/atau Memerah Air
Susu Ibu;
9. Permenkes No.3/2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM);
10. Permenkes No.23/2014 tentang Upaya Perbaikan Gizi;
11. Kerangka Kebijakan Gerakan Nasional Percepatan Gizi Dalam
Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan (Gerakan 1.000 HPK), 2013;
12. Hari Pertama Kehidupan (Gerakan 1000 HPK), 2013.
Pemerintah Kabupaten Malang
menjabarkan penurunan stunting
yang merupakan prioritas nasional
ke dalam
program dan kegiatan prioritas
Kabupaten Malang melalui
mekanisme perencanaan dan
penganggaran daerah
10 LOKUS TAHUN 2018
(KEMENTERIAN)
• Desa Wonorejo, Kecamatan Bantur;
• Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjingwetan;
• Desa Baturetno, Kecamatan Dampit;
• Desa Mulyoasri, Kecamatan Ampelgading;
• Desa Wonoayu, Kecamatan Wajak;
• Desa Purwosekar, Kecamatan Tajinan;
• Desa Pujon Kidul, Kecamatan Pujon;
• Desa Wiyurejo, Kecamatan Pujon;
• Desa Pait, Kecamatan Kasembon;
• Desa Brongkal, Kecamatan Pagelaran.
Pelaksanaan Pencegahan Stunting
terdiri dari 8 Aksi, yang mana
Kabupaten Malang diawali dengan
pelaksanaan Aksi #1 dengan
menetapkan 22 lokus stunting
untuk tahun 2020. 22 lokus
stunting tersebut antara lain:
1. Desa Dilem, Kecamatan Kepanjen;
2. Desa Pandarejo Kecamatan Wagir;
3. Desa Sumbermanjingkulon, Kecamatan
Pagak;
4. Desa Pringu, Kecamatan Bululawang;
5. Desa Pandanrejo, Kecamatan Pagak;
6. Desa Sukoraharo, Kecamatan Kepanjen;
7. Desa Sumberkerto, Kecamatan Pagak;
8. Desa Codo Kecamatan Wajak;
9. Desa Dadapan, Kecamatan Wajak;
10. Desa Wonorejo, Kecamatan Singosari;
11. Desa Mentaraman, Kecamatan
Donomulyo
12. Desa Karangsari, Kecamatan Bantur;
13. Desa Bringin, Kecamatan Wajak;
14. Desa Jambearjo, Kecamatan Tajinan;
15. Desa Kedungrejo, Kecamatan Pakis;
16. Desa Wandanpuro, Kecamatan
Bululawang;
17. Desa Madiredo Kecamatan Pujon;
18. Desa Tamanharjo Kecamatan Singosari;
19. Desa Pandanlandung, Kecamatan Wagir;
20. Desa Dalisodo, Kecamatan Wagir;
21. Desa Rejosari, Kecamatan Bantur;
22. Desa Gondanglegikulon, Kecamatan
Gondanglegi.
Lokus stunting didasarkan pada hasil data form
cakupan program intervensi percepatan
penurunan stunting dengan 20 indikator,
antara lain:
1. Cakupan Bumil (Ibu Hamil) KEK (Kurangan Energi Kronis) yang
mendapat PMT (Pemberian Makanan Tambahan) pemulihan;
2. Cakupan bumil mendapat IFA (TTD) minimal 90 tablet selama
kehamilan;
3. Cakupan Balita kurus yang mendapat PMT;
4. Cakupan kehadiran di Posyandu (rasio yang datang terhadap
total sasaran);
5. Cakupan Bumil K4;
6. Cakupan anak usia 6-59 bulan yang memperoleh Vitamin A;
7. Cakupan anak usia 0-11 bulan telah diimunisasi dasar secara
lengkap;
8. Cakupan balita diare yang memperoleh suplementasi zinc;
9. Cakupan remaja putri mendapat TTD;
10. Cakupan layanan Ibu Nifas (Bufas);
11. Cakupan kelas bumil (ibu mengikuti konseling gizi dan
kesehatan);
12. Cakupan keluarga yang mengikuti Bina Keluarga Balita;
13. Cakupan rumah tangga yang menggunakan sumber air
minum layak;
14. Cakupan rumah tangga yang menggunakan sanitasi layak;
15. Cakupan orang tua yang mengikuti kelas parenting;
16. Cakupan anak usia 2-6 tahun terdaftar (peserta didik) di
PAUD;
17. Cakupan rumah tangga peserta JKN/Jamkesda;
18. Cakupan KPM PKH yang mendapatkan FDS gizi dan
kesehatan;
19. Cakupan keluarga 1000 HPK kelompok miskin sebagai
penerima BPNT;
20. Cakupan desa menerapkan KRPL.
Setelah penetapan 22 lokus
stunting untuk tahun 2020, maka
dilanjutkan dengan Aksi #2
Menyusun Rencana Kegiatan,
yaitu dengan menyusun
program/kegiatan Perangkat
Daerah untuk tahun 2020
(termuat dalam Rencana Kerja
Perangkat Daerah tahun 2020)
• Setelah Aksi #1 dan #2 terlaksana,
akhirnya hari ini kita bisa melaksanakan
Aksi #3 Rembuk Stunting yang
merupakan suatu langkah penting yang
harus dilakukan pemerintah
kabupaten/kota untuk memastikan
terjadinya integrasi pelaksanaan
intervensi penurunan stunting secara
bersama-sama antara OPD penanggung
jawab layanan dengan sektor/lembaga
non-pemerintah dan masyarakat.
PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai