Anda di halaman 1dari 14

PENILAIAN MUTU PROTEIN PRODUK PMT OLAHAN "BOBI"

UNTUK BALITA USIA 6-59 BULAN

Untuk memenuhi tugas mata kuliah


Pengembangan Resep
yang dibina oleh Dr Ir Endang Sutjiati, M.Kes

Oleh
Kelompok 2
Kunthi Sanid (P17111205003)
Diyan Tauhidah R. (P17111205009)
Hanifa Kurniawati (P17111205013)
Shabrina Dwi Alyani (P17111205023)
Erisa Mahmudah (P17111205035)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MALANG
JURUSAN GIZI
SARAJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan hidayah-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah dengan judul “PENILAIAN MUTU PROTEIN PRODUK
PMT OLAHAN "BOBI" UNTUK BALITA USIA 6-59 BULAN” untuk memenuhi tugas
mata kuliah Pengembangan Resep.
Penulis menyadari bahwa menyelesaikan makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati pada kesempatan kali ini
penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.
Penulis juga menyadari dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena
keterbatasan waktu, tenaga, dan pikiran. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan
oleh kami demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata yang bisa penulis sampaikan dengan kerendahan hati, penulis berharap semoga
tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Malang, 13 September 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH 1
1.2 TUJUAN UMUM 2
1.3 TUJUAN KHUSUS 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 DESKRIPSI PRODUK 3
2.2 IDENTIFIKASI PRODUK 3
2.3 EVALUASI MELALUI ZAT GIZI 4
2.3.1 KANDUNGAN ZAT GIZI 4
2.3.2 VALUASI ZAT GIZI 5
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 10
3.1 KESIIMPULAN 10
3.2 SARAN 10
9
DAFTAR PUSTAKA 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH

Makanan tambahan adalah makanan yang bergizi sebagai tambahan selain


makan utama bagi balita untuk memenuhi kebutuhan gizi. Makanan tambahan bagi
balita dapat berupa makanan yang dibuat dengan bahan pangan lokal yang tersedia
dan mudah diperoleh oleh masyarakat dengan harga yang terjangkau atau makanan
hasil olahan pabrikan (Kemenkes RI, 2011).
Secara umum pemberian makanan tambahan bertujuan untuk memperbaiki
keadaan gizi pada anak golongan rawan gizi yang menderita kurang gizi, dan
diberikan kepada anak balita dengan kriteria tiga kali berturut-turut tidak naik
timbangannya serta yang berat badannya pada KMS terletak di bawah garis merah.
Pemberian makanan tambahan memiliki tujuan untuk menambah energi dan zat gizi
esensial, serta tujuan pemberian makanan tambahan (PMT) pemulihan pada bayi dan
balita gizi buruk, antara lain untuk memberikan makanan tinggi energi, tinggi
protein, dan cukup vitamin mineral secara bertahap, guna mencapai status gizi
optimal (Kesmas, 2015).
Jenis-jenis pemberian makanan tambahan (PMT) menurut Kemenkes RI
(2011), terdiri dari PMT-Pemulihan dan PMT-Penyuluhan. PMT-Penyuluhan
merupakan makanan bergizi yang diberikan untuk balita satu kali perbulan saat
kegiatan penimbangan di Posyandu. Tujuan PMT-Penyuluhan salah satunya
peragaan (demo) mengenai cara-cara menyiapkan makanan sehat bagi balita yang
dilakukan oleh petugas dibantu kader. Pada kegiatan PMT-Penyuluhan terdapat
beberapa hal yang harus dilakukan yaitu penyuluhan/penjelasan tentang triguna
makanan (makanan pokok sebagai sumber tenaga, lauk pauk sebagai zat
pembangun, serta sayur dan buah sebagai zat pengatur), penyuluhan mengenai
makanan sehat dan manfaatnya untuk tubuh serta kesehatan.
Menurut Kemenkes RI (2011), terdapat persyaratan dalam pemberian
makanan tambahan diantaranya yaitu :
1. Makanan tambahan diutamakan berbasis bahan makanan atau makanan local
2. Makanan tambahan diberikan untuk memenuhi kebutuhan gizi balita sasaran
1
dengan kandungan energi sebesar 300-400 kkal/anak/harI, protein sebesar 10-15
g/hari/anak.
3. Makanan tambahan balita diutamakan berupa sumber hewani maupun nabati
(misalnya telur, ayam, ikan, daging, kacang-kacangan, dan hasil olahan lainnya)
serta sumber vitamin mineral dari sayur dan buah di daerah setempat;
4. Makanan tambahan diberikan berkala biasanya selama 90 hari berturut- turut;
5. Makanan tambahan berbasis bahan makanan/makanan lokal terdapat 2 jenis
berupa: MP-ASI (untuk usia 6-23 bulan) dan makanan tambahan untuk anak usia
24-59 bulan berupa makanan keluarga;
6. Pemberian makanan tambahan untuk balita berbasis makanan lokal dapat
diberikan berupa kudapan lainnya;
Selama ini pemberian PMT Penyuluhan di posyandu terkesan asal, tidak
memperhatikan nilai nilai gizi dan pastinya tidak sesuai dengan persyaratan
Pemberian makanan Tambahan . Banyak ditemui PMT Penyuluhan yang disajikan
di posyandu berbentuk makanan pabrikan atau siap saji. Hal ini jauh dari harapan
kita bersama untuk memberikan contoh makanan yang sehat untuk balita bagi ibu
ibu yang dating ke posyandu.
Karena itulah kader balita Kecamatan Bululawang beserta ahli gizi
Puskesmas Bululawang mencoba untuk membuat kreasi beberapa PMT Penyuluhan
yang sesuai persyaratan dalam pemberian makanan tambahan, dengan harapan
pemberian PMT Penyuluhan di posyandu nantinya bisa menjadi contoh bagi ibu
ibu balita yang datang ke posyandu tentang makanan kudapan yang sehat bagi
anaknya.

1.2 TUJUAN UMUM


Memberikan PMT kepada balita yang sesuai dengan persyaratan Kemenkes RI.

1.3 TUJUAN KHUSUS


1. Menyajikan PMT yang sesuai dengan persyaratan Kemenkes RI
2. Memberikan contoh makanan yang sehat bagi ibu ibu balita yang dating ke posyandu.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. DESKRIPSI PRODUK


Bola ubi atau bobi adalah salah satu makanan tambahan balita yang kaya
akan zat gizi yang bagus untuk pertumbuhan dan perkembangan balita. Selain
kaya akan kandungan gizi, balita sangat menyukai makanan yang kering
sehingga dipilihkan makanan yang digoreng dengan renyah dibagian luar
namun tetap lembut dibagian dalam menjadikan bola ubi cocok sabagai salah
satu makanan tambahan untuk balita.
“BOBI” sangat lengkap kandungan gizinya dimana ubi jalar putih sebagai
karbohidrat, daging ayam sebagai protein serta daun kelor dan wortel sebagai
sayur untuk melengkapi kebutuhan vitamin dan mineral balita. Bola ubi
memiliki rasa yang gurih sehingga balita tertarik untuk mengkonsumsinya.
“BOBI” mengandung tinggi protein, asam amino essensial, tinggi serat,
kalsium, tinggi Fe, tinggi Vit. A, C, dan B yang bermanfaat untuk
pertumbuhan balita, kesehatan pencernaan balit, antioksida, dan sebagai anti
infeksi yang ampuh.

2.2. IDENTIFIKASI PRODUK

BOBI
( 5 PORSI )

Bahan :
500 gram ubi jalar putih
1 butir kuning telur ayam
50 gram tepung kanji
Bumbu : bawang putih,merica, gula garam secukupnya

3
Bahan Isi :
100 gram wortel, dikupas dipotong kecil-kecil
150 gram daging ayam, dicacah
50 gram daun kelor
1 potong tahu

Bahan Taburan :
50 gram biscuit, diremas

Cara Membuat :
1. Kukus ubi sampai matang, kemudian lumatkan. Tambahkan tepung kanji dan 1
butir kuning telur ayam, tambahkan garam. Aduk, campur sampai kalis
2. Tumis bumbu sampai harum, masukkan wortel dan daging ayam, setelah
matang kentalkan dengan 1 sdt tepung kanji. Kemudian sisihkan
3. Pipihkan adonan ubi tadi, masukkan isi, bulatkan
4. Goreng dalam minyak panas dan tenggelam
5. Setelah matang gulingkan ke remasan biscuit

2.3 EVALUASI MELALUI ZAT GIZI


2.3.1 KANDUNGAN ZAT GIZI
Pemberian makanan tambahan memiliki tujuan untuk
menambah energi dan zat gizi esensial dengan memberikan makanan
tinggi energi, tinggi protein, dan cukup vitamin mineral secara bertahap
guna mencapai status gizi yang optimal (Dewi, 2015). Makanan
tambahan yang diberikan untuk balita pada produk BOBI berupa
makanan yang dibuat dengan bahan pangan lokal yang tersedia, mudah
diperoleh oleh masyarat dan harga yang tejangkau. Pemanfaatan ubi
jalar putih serta daun kelor merupakan bentuk olahan kreatif dan
inovatif dengan pemanfaatan pangan fungsional untuk menabah
kebutuhan zat gizi pada balita. Oleh sebab itu perlu dilakukan
perhitungkan kandungan zat gizi dari produk BOBI agar komponen zat
gizi dalam produk sesuai dengan kebutuhan balita usia 6-59 bulan.

4
Penyusunan kandungan zat gizi didasarkan pada bahan-bahan yang
digunakan dalam produk BOBI berdasarkan resep yang telah disusun.
Pada metode dan proses lamanya memasak sangat menentukan
ketersediaan zat gizi didalamnya. Kandungan zat gizi dalam 100 gr bobi
disajikan dalam Tabel 2.1 berikut ini

Tabel 2.1
Kandungan Nilai Gizi Untuk 100 gr/1 porsi PMT Bobi
Lemak (gr)
Berat Energi Protein KH Serat Zat besi Vit A
Bahan Makanan Omega Omega
(gr) (kkal) (gr) Total (gr) (gr) (mg) (mg)
3 6
Ubi jalar putih 500 560,5 12 0,5 0 0 131,5 7 4,5 0
Tepung tapioka 50 190,5 0,2 0,1 0 0 45,7 0,4 0,3 0
Telur ayam
25 69,5 4,8 5,2 0 0 0,6 0 0,3 47,5
bagian kuning
Daging ayam 150 427,3 40,3 28,3 0 0 0 0 2,1 58,5
Tahu 50 38 4,1 2,4 0 0 0,9 0,6 2,7 0
Wortel 100 25,8 1 0,2 0 0,1 4,8 3,6 2,1 1574
Daun kelor 50 30 2,7 0,4 0 0 5,6 1 1,1 350,5
Minyak kelapa
25 215 0 25 0 125 0 0 0 0
sawit
Biskuit 50 249,3 3,1 12,8 0,2 0,4 29,8 1 0,6 121,5
Total (5 Porsi) 1775,7 66,4 72,4 0,2 0,5 218,6 13,6 13,7 3402
Per Porsi/hari 355,2 13,28 14,5 0,04 0,1 43,72 2,72 2,75 680,4
2.3.2 EVALUASI ZAT GIZI
Angka kecukupan zat-zat gizi didasarkan atas beberapa hasil
penelitian yang terutama dikembangkan dari kebutuhan bayi dan orang
dewasa. Perbedaan kecukupan zat gizi antara kelompok anak cukup besar
sehingga angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan untuk anak dibagi
berdasarkan kelompok umur (Almatsier, 2015). Menurut Permenkes (2016)
standar makanan tambahan untuk balita usia 6-59 bulan dengan kategori
kurus harus memiliki kandungan zat gizi yang diperlukan balita derta
diperkaya dengan vitamiin dan mineral dengan atau tanpa penambahan
bahan tambahan pangan (BTP) sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Semua bahan yang digunakan harus bermutu, bersih, aman dan sesuai untuk
dikonsumsi balita usia 5-59 bulan. Berikut ini disajikan syarat mutu zat gizi
yang yang ditetapkan Kemenkes tahun 2016 dalam 100 gr produk harus
memenuhi persyaratan mutu sebagai berikut:

5
Tabel 2.2
Standar Zat Gizi Pada PMT Untuk Balita Usia 6-59 Bulan

No Zat gizi Satuan Kadar


1 Energi Kkal Minimum 400
2 Protein (kualitas protein tidak
g 8-12
kurang dari 70%)
3 Lemak g 10-18
- Asam linolenat (omega 3) g 0,4-0,6
- Asam linoleat (omega 6) g 1,7-2,9
4 Karbohidrat - -
- Serat g Maximum 5
- Sukrosa g Maximum 20
5 Vitamin A * Mcg 200-400
6 Vitamin D Mcg 5-10
7 Vitamin E Mcg 3-6
8 Vitamin K Mcg 4-6
9 Vitamin B1 (Thiamin) Mg 0,25-0,5
10 Vitamin B2 (Riboflavin) Mg 0,3-0,6
11 Vitamin B6 (Pyridoksin) Mg 0,2-0,4
12 Vitamin B12 (Cobalamin) Mcg 0,35-0,7
13 Vitamin B3 (Niasin) Mg 2,5-5
14 Folat Mcg 60-120
15 Besi ** Mg 4,0-7,0
16 Iodium *** Mcg 60-120
17 2-3,75
Seng Mg Perbadandingan
Fe : Zn = 1-2 :1
18 Kalsium **** Mg 225-450
19 Natrium Mg Max 300
20 Selenium ***** Mcg 7-14
21 180-275
Fosfor Mg Perbandingan
Ca : P = 1,2-2 : 1
22 Fluor ****** Mg Max 0,25
23 Air % Maxium 5
Sumber : Permenkes, 2016
Keterangan :
* Vitamin A ditambahkan dalam bentuk retinil asetat
** Besi ditambahkan dalam bentuk senyawa ferro fumarat
*** Iodium ditambahkan dalam bentuk kalium iodat
**** Kalsium ditambahkan dalam bentuk kalsium laktat
***** Selenium ditambahkan dalam betuk sodium selenite
****** Fulor tidak boleh ditambahkan hanya bawaan dari bahan baku

6
Dalam keberhasilan sebuah produk PMT olahan perlu dilakukan analisa
dan pengukuran berdasarkan standar yang telah ditetapkan pada Tabel 2.2 untuk
mengetahui kesesuaian produk BOBI dengan anjuran zat gizi PMT yang telah
ditetapkan oleh Permenkes tahun 2016.

Tabel 2.3
Energi Protein Lemak Karbohidrat
Perbandingan
(kkal) (gr) (gr) (gr)
AKG (PMK No. 28 Tahun 2019) 800 15 35 105
Kandungan Gizi 1 Porsi PMT 355,2 13,28 14,5 43,72
Standar PMT (Permenkes, 2016) 400 12 18 -
Persentase (%) Kandungan Gizi 1 44,4 88,53 41,43 41,64
porsi PMT: AKG
Persentase (%) Kandungan Gizi 1 88,8 110,67 80,56 -
porsi PMT : Standar PMT
Perbandingan Zat Gizi
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa persentase perbandingan energi
kandungan gizi untuk 1 porsi PMT adalah 44,4% dari AKG, untuk persentase
perbandingan protein 88,53% dari AKG, perbandingan lemak 41,43% dari AKG,
dan perbandingan karbohidrat 41,64% dari AKG. Sedangkan persentase
kandungan gizi 1 porsi PMT dengan standart PMT untuk energi termasuk
kedalam kategori sedang (88,8%), untuk protein termasuk kedalam kategori baik
(110,67%), lemak termasuk kedalam kategori sedang 80,56%. Berdasarkan
literatur lain menurut Kemenkes (2011) yang menjelaskan bahwa kandungan
energi pada makanan tambahan untuk balita adalah sekitar 300-400kkal/anak/hari.
Pada kandungan omega 3 dan omega 6 memang tidak memenuhi standart hal ini
berkaitan dengan penggunaan bahan makanan untuk produk BOBI bukan bahan-
bahan yang tinggi kandungan omega 3 dan omega 6 seperti ikan dan kacang-
kacangan. Penggunaan daun kelor pada produk BOBI diharapkan dapat
menambah zat besi didalam produk namun setelah dilakukan analisis secara
deskriptif jumlah penambahan daun kelor pada produk BOBI sebesar 50 gram
belum mencukupi standart zat besi pada PMT balita. Menurut Rahmawati (2019)
daun kelor mempunyai kandungan zat besi (fe) yang tinggi dalam 100 gr daun
kelor mengandung 7 mg Fe. Perlu diperhatikan pada produk BOBI penambahan
daun kelor yang terlalu banyak juga akan mempengaruhi organoleptiknya karena

7
daun kelor memiliki karakteristik aroma yang langu. Bahan makanan sumber
tinggi Vitamin A dalam produk BOBI ini adalah wortel dan juga daun kelor
namun jumlahnya melebihi standar PMT yang ditetapkan dengan capaian sekitar
170%.

2.3.3 Mutu Protein

Tabel 2.4
Skor Asam Amino
Bahan berat konsumsi isoleusi
leusin lisin metiononin fenilalanin treonin triptofan valin
Makanan (gr) protein n
Ubi jalar
100 2,4 115,92 137,28 113,28 43,92 133,44 113,28 41,28 180,00
putih
Tepung
10 0,04 0,93 1,92 1,79 0,41 0,93 0,50 1,43 1,19
tapioka
Telur ayam
bagian 5 0,96 49,15 82,94 73,82 19,97 40,61 38,50 46,08 46,75
kuning
Daging
30 8,06 310,31 625,46 617,40 220,84 319,18 379,63 76,57 320,79
ayam
Tahu 10 0,82 41,00 65,60 57,40 12,30 0,00 33,62 12,63 44,28
Wortel 20 0,2 4,88 11,12 6,00 1,78 8,88 8,22 1,56 6,74
Daun kelor 10 0,54 21,17 41,74 19,39 117,00 27,76 22,95 10,96 26,08
Minyak
kelapa 5 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
sawit
Biskuit 10 0,62                
Jumlah 13,64 543,36 966,06 889,07 416,22 530,79 596,70 190,51 625,83
Konsumsi AA/gr protein (mg/g) 39,84 1,78 0,92 0,47 1,28 1,12 0,32 3,28
Pola Kecukupan Asam Amino
48 66 58     34 11 35
Essensial (mg/g)
TAKE 82,99 2,69 1,59     3,31 2,90 9,39

Pada tabel 2.4 dapat diketahui bahwa PMT BOBI memiliki konsumsi
protein yaitu 13,64. Asam amino yang dihitung pada PMT BOBI ini adalah
isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, treonin, triptofan dan valin.
Konsumsi asam amino per gram protein dapat dihitung dengan cara yaitu jumlah
pada asam amino dibagi dengan jumlah konsumsi protein. Pada asam amino
isoleusin jumlahnya adalah 543.36 mg dibagi dengan jumlah konsumsi protein
yaitu 13,64 gr sehingga didapatkan hasil konsumsi asam amino isoleusin per gram
protein 39.84 mg/g. Pola kecukupan asam amino isoleusin yakni 48 mg/g, maka
didapatkan hasil tingkat kecukupan asam amino isoleusin 82.99.

8
Pada asam amino leusin jumlahnya adalah 966.06 mg dibagi dengan
jumlah konsumsi protein yaitu 13,64 gr sehingga didapatkan hasil konsumsi asam
amino leusin per gram protein 1.78 mg/g. Pola kecukupan asam amino leusin
yakni 66 mg/g, maka didapatkan hasil tingkat kecukupan asam amino leusin 2.69.
Pada asam amino lisin jumlahnya adalah 889.07 mg dibagi dengan jumlah
konsumsi protein yaitu 13,64 gr sehingga didapatkan hasil konsumsi asam amino
lisin per gram protein 0.92 mg/g. Pola kecukupan asam amino lisin yakni 58
mg/g, maka didapatkan hasil tingkat kecukupan asam amino lisin 1.59.
Pada asam amino metionin jumlahnya adalah 416.22 mg dibagi dengan
jumlah konsumsi protein yaitu 13,64 gr sehingga didapatkan hasil konsumsi asam
amino metionin per gram protein 0.47 mg/g.
Pada asam amino fenilalanin jumlahnya adalah 530.79 mg dibagi dengan
jumlah konsumsi protein yaitu 13,64 gr sehingga didapatkan hasil konsumsi asam
amino fenilalanin per gram protein 1.28 mg/g.
Pada asam amino treonin jumlahnya adalah 596.7 mg dibagi dengan
jumlah konsumsi protein yaitu 13,64 gr sehingga didapatkan hasil konsumsi asam
amino treonin per gram protein 1.12 mg/g. Pola kecukupan asam amino treonin
yakni 34 mg/g, maka didapatkan hasil tingkat kecukupan asam amino treonin
3.31.
Pada asam amino triptofan jumlahnya adalah 190.51 mg dibagi dengan
jumlah konsumsi protein yaitu 13,64 gr sehingga didapatkan hasil konsumsi asam
amino triptofan per gram protein 0.32 mg/g. Pola kecukupan asam amino triptofan
yakni 11 mg/g, maka didapatkan hasil tingkat kecukupan asam amino triptofan
2.90.
Pada asam amino valin jumlahnya adalah 625.83 mg dibagi dengan jumlah
konsumsi protein yaitu 13,64 gr sehingga didapatkan hasil konsumsi asam amino
valin per gram protein 3.28 mg/g. Pola kecukupan asam amino valin yakni 35
mg/g, maka didapatkan hasil tingkat kecukupan asam amino valin 9.39. Skor
asam amino terendah yang didapatkan yakni pada lisin yaitu 1.59.

9
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KESIMPULAN
1. Penggunaan ubi jalar dan tepung tapioka sebagai bahan baku sumber
energi masih belum memenuhi persentase capaian standar Pemenkes tahun
2016.
2. Persentase capaian zat gizi protein produk bobi sudah memenuhi standar
Permenkes tahun 2016.
3. Persentase capaian omega 3 dan omega 9 produk bobi masih belum
memenuhi standar Permenkes tahun 2016.

4. Penggunaan daun kelor pada produk BOBI diharapkan dapat menambah


zat besi didalam produk namun setelah dilakukan analisis secara deskriptif
jumlah penambahan daun kelor pada produk BOBI sebesar 50 gram belum
mencukupi standar zat besi pada PMT balita.

3.2 SARAN
1. Perlu adanya penambahan bahan lain sebagai bahan baku sumber energi,
lemak omega 3 dan omega 9 agar dapat memenuhi persentase capaian
standar Pemenkes tahun 2016 tentang PMT Balita.
2. Perlu adanya penambahan jumlah daun kelor ke dalam produk bobi agar
dapat memenuhi standar zat besi pada PMT balita sesuai Permenkes tahun
2016.

10
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier Sunita,2015. Prinsip Dasar Ilmu Gizi edisi ke 9, PT.Gramedia Pustaka


Utama, Jakarta
Dewi BTAS. Evaluasi Program Pemberian Makanan Tambahan bagi Balita di
Posyandu Melati V RW V di Kelurahan Lontar Kecamatan Sambikerep
Kota Surabaya. Jurnal Universitas Negri Surabaya. 2015.
Kemenkes, RI. 2011. Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan
Pemulihan bagi Balita Gizi Kurang dan Ibu Hamil KEK. Jakarta: Direktorat
Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu Anak.
Kemenkes RI. 2016. Standar Produk Suplementasi Gizi. Lampiran Peraturan
Mentri Kesehatran Republik Indonesia No. 1600 Tahun 2016
Mandasari, Rachmawati. O. 2015. Hubungan Konsumsi Asupan Protein, Zat Besi
dan Vitamin C dengan Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil di Desa Joho
Kecamata Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. Naskah Publikasi. Program
Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta. http://eprints.ums.ac.id/34352/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
(Diakses 11 September 2020)

11

Anda mungkin juga menyukai