Anda di halaman 1dari 35

LEVEL OF EVIDENCE

“US Agency for Health Care Policy and Research” (1993)

Ia Evidence obtained from meta-analysis of RCT

Ib Evidence obtained from at least one RCT


IIa Evidence obtained from at least one well-design controlled
study without randomization
IIb Evidence obtained from at least one other type of well-design
quasi experimental study.
III Evidence obtained from well-design non-experimental
descriptive studies, such as comparative studies, correlation
studies and case studies.

IV Evidence obtained from expert committee report or opinions


and/or clinical experiences of respective authorities.
KLASIFIKASI PRODUK HERBAL UNTUK OBAT
MENURUT BADAN POM RI
PERSYARATAN KLAIM
a. Aman sesuai dengan persyaratan yang Sesuai dengan tingkat pembuktian yang
JAMU ditetapkan umum dan medium
b. Klaim kasiat dibuktikan secara empirik Harus diawali dengan ”secara tradisional
c. Memenuhi persyaratan mutu yang digunakan untuk ….” atau sesuai
berlaku registrasi

a. Aman sesuai dengan persyaratan yang Sesuai dengan tingkat pembuktian yang
HERBAL ditetapkan umum dan medium
TERSTAND b. Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/
praklinis
AR c. Telah dilakukan standarisasi bahan baku
yang digunakan untuk produk jadi
d. Memenuhi persyaratan mutu yang
berlaku
a. Aman sesuai dengan persyaratan yang Sesuai dengan tingkat pembuktian
FITOFARMA ditetapkan medium dan tinggi
KA b. Klaim khasiat harus dibuktikan
berdasarkan uji klinis
c. Telah dilakukan standarisasi bahan baku
yang digunakan untuk produk jadi
d. Memenuhi persyaratan mutu yang
berlaku
FITOFARMAKA DI JAWA
TENGAH SAAT INI

NAMA KHASIAT
Rheumaneer Nyeri sendi
Tebokan Meningkatkan sirkulasi
darah saraf pusat
Tensigard Hipertensi
X-Gra Disfungsi ereksi
Hepagard Kesehatan/ fungsi hati
Herbal terstandard di Jawa Tengah

NAMA KHASIAT
Diabmeneer Diabetes
ASRAT Nyeri: asam urat
KOLESMIN Antihiperlipidemia
Cipta Kunyit Asem Sirih Antihiperlipidemia
Tensidun Antihipertensi
Mahkota Dewa Antihistamin
Singkuat Stamina pria
Bagaimana suatu obat bisa diterima dalam
Jalur Pelayanan Kesehatan Formal?

HARUS TERBUKTI BERMANFAAT


DAN AMAN BAGI PASIEN
Bentuk sediaan herbal untuk
penelitian
• untuk uji invitro dan invivo
• Dipilih secara tepat
• Bahan yang diuji dibuat ekstrak
• Ekstraksi dapat dilakukan dengan pelarut
polar dan non polar

• Pelarut polar........ Yg larut dalam air


• Pelarut non polar ....... Yg larut dalam
lemak
• Agar tetap stabil dan berefek maksimal
maka dibuat dalam bentuk:

• Larutan
• Air/non air (minyak)
• Bila tidak larut dalamair bisa ditambahkan
cosolvent DMSO

• Infus
• Tidak stabil
• Suspensi
• Suspensi
• Bahan padat yang terdispersi dalam media
cair dengan kelarutan yang rendah
• Pakai stabilisator atau suspensator
• Contoh: PGA, twen 80, CMC, sodium
alginat, PEG, gelatin, bentonit, dll
• Emulsi
• Bahan cair yang terdispersi dalam media
cair, dalam bentuk tetesan kecil dengan
kelarutan yang rendah
• Dikocok sebelum diberikan
• Lotion
• Sediancair berbentuk suspensi. Diberikan
secara topikal
• Krim
• Sediaan setengah padat yang berbentuk
emulsi
• Untuk kosmestik,lebih aman,sedikit
berminyak
• Lebih mudah dibersihkan dengan air
• Salep
• Sediaan setengah padat dengan media
berminyak
• Contoh basis minyak: vaselin, parafin,
• Basis yang larut air: PEG
• Pasta
• Sediaan setengah padat dengan jumlah
bahan padat 20-50% terdispersi dalam
basis salep
INVENTARISASI OBSERVASISELEKSI

P UJI PRAKLINIK OT
E Hewan
N
G
E Aman + Aman + Aman - Aman -
M Khasiat + Khasiat - Khasiat + Khasiat -
B
A Terus beredar di
N
Boleh beredar
masyarakat Tidak dipakai Dilarang beredar
tanpa klim
G
ditambah label sampai dan dilarang
manfaat/ indikasi
DepKes penelitian lanjut dipakai
(jalur non formal)
A (jalur non formal)

N
O
B
Standardisasi Tek. Farm
Isolat
sederhana (sediaan)
A
T
A Uji Klinik OT Uji Klinik OT Uji Klinik OT Manusia
L
A B e r man f a a t
M
PELAYANAN OBAT
KESEHATAN JADI
INVENTARISASI
OBSERVASISELEKSI

• Catat obat tradisional (OT) yang banyak


dipakai masyarakat dan bentuk sediaannya.
• Lakukan observasi apakah OT yang dipakai
menunjukkan manfaat, dan aman dan catat
juga cara pemakaiannya.
• Dari observasi beberapa OT, pilih yang paling
berpotensi dan mempunyai harapan untuk
dilanjutkan uji praklinik.
OT yang diuji
• Identitas OT perlu diungkap sebelum Uji pra-
klinik:
1. Simplisia yang digunakan diuraikan dalam
nama latin baik genus maupun spesiesnya.
2. Ukuran berat/ volume
3. Langkah-langkah proses pembuatan
(simplisiabentuk siap diujikan)
4. Dosis dan cara penggunaan (pemberian,
frekuensi, interval, lama pemberian)
• Simplisia
• Bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun
• Atau bahan yang telah dikeringkan
• Ekstrak
• Sedian pekat yang diperoleh dengan cara mengekstraksi zat
aktif dari simplisia menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk
yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa sehingga
memenuhi bahan baku yang ditetapkan.
• Suspensi
• Sediaan cair yang mengandung partikel padat yang
terdsipersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma
yang sesuai dan diujikan untk pemggunaan oral
• Sedian galenik

Ref: Depkes RI, 2006


FAKTOR PEMILIHAN BENTUK
SEDIAAN
1. FAKTOR BAHAN OBAT
HERBAL
2. FAKTOR SUBJEK PENELITIAN
Bentuk sediaan herbal untuk
peneltian
• untuk uji invitro dan invivo
• Dipilih secara tepat
• Bahan yang diuji dibuat ekstrak
• Ekstraksi dapat dilakukan dengan pelarut
polar dan non polar

• Pelarut polar........ Yg larut dalam air


• Pelarut non polar ....... Yg larut dalam
lemak
• Agar tetap stabil dan berefek maksimal
maka dibuat dalam bentuk:

• Larutan
• Air/non air (minyak)
• Bila tidak larut dalamair bisa ditambahkan
cosolvent DMSO

• Infus
• Tidak stabil
• Suspensi
• Suspensi
• Bahn padat yang terdispersi dalam media
cair dengan kelarutan yang rendah
• Pakai stabilisator atau suspensator
• Contoh: PGA, twen 80, CMC, sodium
alginat, PEG, gelatin, bentonit, dll
• Emulsi
• Bahan cair yang terdispersi dalam media
cair, dalam bentuk tetesan kecil dengan
kelarutan yang rendah
• Dikocok sebelum diberikan
• Lotion
• Sediancair berbentuk suspensi. Diberikan
secara topikal
• Krim
• Sediaan setengah padat yang berbentuk
emulsi
• Untuk kosmestik,lebih aman,sedikit
berminyak
• Lebih mudah dibersihkan dengan air
• Salep
• Sediaan setengah padat dengan media
berminyak
• Contoh basis minyak: vaselin, parafin,
• Basis yang larut air: PEG
• Pasta
• Sediaan setengah padat dengan jumlah
bahan padat 20-50% terdispersi dalam
basis salep
Bentuk sediian Herbal: uji
preklinik berdasarkan bentuk
1. Cair (Infus, Suspensi, emulsi)
fisik
2. Padat
3. Semi padat (Krim, Salep, Pasta, jely)
Berdasarkan cara
pembuatan
a) ORAL (Larutan, Suspens, Emulsi, infus)
b) TOPIKAL (KRIM, SALEP, PASTA, JELLY)
UJI PRA-KLINIK OT

Terdiri dari:
1. Uji toksikologik, untuk menilai keamanan OT
yang diuji dan menetapkan spektrum efek
toksik.
2. Uji Farmakodinamik, untuk memberikan
informasi tentang khasiat.
• Merupakan penelitian eksperimental dengan
binatang coba (in Vivo maupun in Vitro)
UJI TOKSISITAS OT
1. Toksisitas akut
 OT dipakai secara singkat
Tujuan:
a. Menetapkan potensi toksisitas akut (LD50)
b. Menilai berbagai gejala klinik
c. Mengetahui spektrum efek toksik
d. Mengetahui mekanisme kematian
 Hewan coba species pengerat
 Dosis OT bertingkat, terendah sesuai empirik
 Pengamatan 7-14 hari
 Hewan mati  otopsi : makroskopik dan
mikroskopik
 Hewan hidup  otopsi : makroskopik dan
mikroskopik
 diamati terjadinya pemulihan
2. Toksisitas jangka panjang

• Tujuan untuk mengetahui spektrum efek toksik serta


hubungan dosis dan toksisitas pada pemberian berulang pada
jangka waktu lama
• Uji toksisitas subakut sekurang-kurangnya 1-3 bulan
• Uji toksisitas kronik sekurang-kurangnya 3-6 bulan
• Hewan coba: hewan pengerat
• Dosis 3 tingkat, terendah dosis efektif sesuai hewan coba,
dosis tertinggi diharapkan terjadi perubahan hematologik,
biokimia, anatomik-histologik namun mayoritas masih hidup.
• Dapat mengungkap batas keamanan (margin of safety)
3. Uji toksisitas khusus

• Termasuk uji mutagenik, teratogenik, karsinogenik.


• Bukan syarat mutlak untuk masuk uji klinik
• Dilakukan secara selektif bila:
1. Formula OT mengandung bahan kimia yang
potensial memberikan efek khusus.
2. Formula OT yang potensial digunakan wanita
usia subur, perlu pertimbangkan efek
teratogenik
3. Formula OT yang secara epidemiologik terkait
dengan penyakit tertentu.
Uji Farmakodinamik OT
• Tujuan membuktikan kasiat dan menelusuri mekanisme
efek dari OT teruji.
• Eksperimental pada hewan sehat dan dibuat berpenyakit
tertentu. Dapat juga secara in vitro.
• Pemberian obat disesuaikan dengan penggunaan pada
manusia mencakup dosis dan cara penggunaan
(pemberian, interval, lama)
• Kelompok pembanding placebo atau obat standard
• Respons yang diamati secara kualitatif maupun kuantitatif
sesuai efek terapi yang diharapkan maupun respons pada
sistem-sistem lain.
UJI KLINIK OT
 Tujuan:
 1. Membuktikan manfaat OT sesuai dengan indikasi
yang diajukan
 2. Memastikan status keamanan penggunaan OT
pada manusia
 3. Mengungkap data untuk mendorong penemuan
dan pengembangan obat baru yang berasal dari
bahan alam.
 Memenuhi etik uji klinik seperti obat modern.
 OT yang sudah lama beredar luas dimasyarakat
dan tidak menunjukkan efek samping yang
merugikan selama uji praklinik boleh langsung uji
klinik fase III.
Tahapan Uji Klinik
• Uji Klinik Fase I:
• Merupakan penelitian farmakologi pada manusia
sukarela.
• Tujuan:
a. Mengetahui kesamaan pengaruh/ efek obat pada
manusia dengan hasil yang diperoleh pada hewan
coba.
b. Mengetahui efek pada fisiologi organ
c. Mengetahui farmakokinetik pada manusia dan
kesamaan/ perbedaan dengan farmakokinetik pada
hewan coba.
Tahapan Uji Klinik
• Uji Klinik Fase II:
Pada pasien dengan penyakit tertentu sesuai
dengan efek obat yang akan diteliti, dengan tujuan
untuk mengetahui:
1. Efektifitas obat terhadap penyakit dan
mekanisme kerjanya,
2. Efek samping dan efek toksik,
3. Dosis efektif, cara pemberian serta
lama penggunaan obat,
4. Farmakokinetik obat (lanjutan fase I),
5. Indikasi klinik yang tepat.
Tahapan Uji Klinik

• Uji Klinik Fase III:


Setelah yakin obat bermanfaat dan efek samping tidak
membahayakan pasien, dilakukan dengan pasien jumlah lebih
besar dengan pembanding (placebo atau obat standard yang
sudah ada). Tujuannya untuk mengetahui:
1. Idem fase II dalam jumlah pasien lebih
besar,
2. Informasi yang bermanfaat dan cukup
agar dapat menggunakan obat tersebut
secara tepat dengan hasil maksimal.
Tahapan Uji Klinik
• Uji Klinik Fase IV:
• Dilakukan setelah obat mendapatkan ijin peredaran
dan selama obat tersebut digunakan. Tujuannya
untuk mengetahui:
1. informasi tambahan tentang
penggunaan obat serta akibat
penggunaannya dalam jangka panjang,
2. kemungkinan indikasi lain,
3. Kemungkinan interaksi dengan obat
atau bahan lain,
4. Penyebab kemungkinan kegagalan
dalam penggunaan.
KESIMPULAN
1. Indonesia kaya akan tumbuhan bahan obat
2. Untuk bisa diterima dijalur pelayanan pengobatan formal
obat tradisional harus terbukti bermanfaat, aman dan
mempunyai standard kualitas.
3. Untuk mencapai hal tersebut perlu dilakukan penelitian
secara berjenjang, dimulai dari seleksi, uji pra klinik, dan
uji klinik bagi obat yang diketahui bermanfaat dan aman.
4. Obat yang telah lulus uji klinik dan sangat potensial untuk
dikembangkan lebih lanjut, perlu diteliti dan diisolasi
bahan aktif, sehingga bisa berupa obat yang akan lebih
diterima dijalur pelayanan kesehatan formal.
5. Good practices dijalankan untuk mendapatkan obat
herbal yang baik
6. Prospek obat dari bahan tumbuhan: baik

Anda mungkin juga menyukai