Anda di halaman 1dari 32

NUTRISI ORAL

PA D A N E O N AT U S
OLEH :
ALFIAN SATRIA WICAKSANA
TEOFILUS ABDIEL
ADIAJI AKBAR
L ATAR
BEL AK ANG
LATAR BELAKANG

• Dalam pelayanan kesehatan paripurna baik rawat inap maupun


rawat jalan diperlukan 3 asuhan
– Asuhan medik  pemberian obat dan pembedahan
– Asuhan keperawatan  berbagai kegiatan perawatan
–  pemberian zat gizi untuk memenuhi kebutuhan pasien
secara optimal
• Meningkatkan kualitas SDM
 memberikan Asuhan
Nutrisi yang tepat

 ANP
diberikan pada anak sehat
maupun sakit
• Malnutrisi di masyarakat 
60% dari 10,9 juta kematian anak per tahun
• 2/3 dari kematian tersebut terkait  Neonate and Infant
Feeding Practice
• Kurangnya perhatian terhadap ANP disebabkan 
TUJUAN
TUJUAN
• Tujuan Asuhan Nutrisi
– Anak Sehat  menunjang pencapaian tumbuh kembang yang
optimal
– Anak Sakit 
tetap memelihara tumbuh kembang, proses penyembuhan,
memperpendek masa perawatan, mengurangi terjadinya
komplikasi, menurunkan morbiditas dan mortalitas, mencegah
terjadinya malnutrisi akibat tindakan medis
LANGKAH-LANGKAH
ASUHAN NUTRISI
LANGKAH-L ANGKAH

ASUHAN
NUTRISI
1. ASSESSMENT
MENILAI STATUS GIZI DAN MASALAH PASIEN
M A S A L A H DA L A M
S TAT U S G I Z I D I AG N O S I S K L I N I S P RO S E S P E M B E R I A N
PA S I E N MAKANAN
Bila pada hasil pengukuran didapatkan, terdapat potensi gizi lebih (>+1 SD ) maka grafk IMT sesuai usia
dan jenis kelamin digunakan untuk menentukan adanya obesitas. Untuk anak <2 tahun, menggunakan
grafk IMT WHO 2006 dengan kriteria overweight Z score > + 2, obesitas > +3
2. PENENTUAN KEBUTUHAN
TENTUKAN KEBUTUHAN ZAT GIZI

Kalori = BB-ideal x RDA menurut usia tinggi


2. PENENTUAN KEBUTUHAN
PADA ANAK SAKIT

• Tentukan kebutuhan energi basal (BEE)


• Tentukan faktor stress
• Kebutuhan kalori total = BEE x faktor stress
• Tentukan kebutuhan protein pasien (Sesuai tabel RDA)
• Kebutuhan protein total = RDA x faktor stress
• Evaluasi dan sesuaikan kebutuhan berdasarkan hasil pemantauan

Setelah hari 7-10, kebutuhan kalori dan


protein dinilai kembali menggunakan RDA
3. PENENTUAN CARA PEMBERIAN
TENTUKAN FUNGSI SALURAN CERNA

Indikasi Pemberian Nutrisi Oral


• Pemberian nutrisi untuk neonatus harus dimulai sedini mungkin khususnya bagi neonatus
yang memiliki sistem pencernaan normal dan kondisi hemodinamika yang stabil.
• Untuk neonatus dengan berat badan lahir lebih dari 1000 gram, pemberian makanan/asupan
kalori harus dimulai dalam 12 jam setelah persalinan
• untuk neonatus dengan
– asfiksia perinatal yang berat (Apgar score 5 menit <4)
– neonatus yang dipasang kanul pada arteri umbilicalis
– neonatus yang memiliki berat badan lahir kurang dari 1000 gram
pemberian asupan kalori dapat ditunda hingga 24-48 jam pasca persalinan
(CSPEN, 2013)
3. PENENTUAN CARA PEMBERIAN
TENTUKAN FUNGSI SALURAN CERNA

Kontraindikasi Pemberian Nutrisi Oral


• Pemberian nutrisi oral harus ditunda pada
– neonatus yang memiliki kelainan kongenital pada sistem gastrointestinal
– neonatus yang menunjukkan tanda-tanda adanya Necrotizing Enterocolitis (NEC)
– neonatus dengan kondisi hemodinamik yang tidak stabil, seperti: neonatus yang
membutuhkan terapi resusiatasi cairan atau nonatus yang menggunakan obat-obatan
vasoaktif (dopamine > 5ug/kgBB/menit)
– neonatus dengan disfungsi organ tertentu
(CSPEN, 2013)
3. PENENTUAN CARA PEMBERIAN
TENTUKAN FUNGSI SALURAN CERNA

Nutrisi Enteral Minimal


• Nutrisi Enteral Minimal disarankan untuk
– neonatus dengan disfungsi sistem pencernaan, namun tanpa kontraindikasi untuk mendapatkan nutrisi
enteral.
– Tujuan dari nutrisi enteral minimal adalah untuk menginduksi maturasi fungsi dan meningkatkan
toleransi dari sistem pencernaan neonatus
• Nutrisi Enteral minimal harus diberikan segera setelah persalinan.
• ASI atau susu formula diberikan pada neonatus melalui nasogastric tube (NGT) secara kontinu
atau secara intermiten dengan menggunakan infusion pump
• Dosis nutrisi enteral minimal yang direkomendasikan adalah 10-20 ml/kgBB/hari
• Nutrisi enteral minimal diberikan selama 3-5 hari
(CSPEN, 2013)
4. PENENTUAN JENIS MAKANAN
• Pada pemberian makan melalui oral bentuk makanan disesuaikan dengan usia dan kemampuan
oromotor pasien. (Neonatus  ASI dan/formula)
• Jenis Nutrisi Oral Neonatus :
1)ASI
Neonatus harus diberikan ASI sedini mungkin setelah dilahirkan, khususnya pada neonatus
kurang bulan. Namun, ada beberapa kondisi yang perlu diperhatikan, yakni (CSPEN, 2013):
– Pemberian ASI tidak direkomendasikan untuk neonatus dengan ibu pengidap HIV dan HTLV.
– Neonatus dengan ibu pengidap TB aktif dapat diberi ASI yang sudah dipasteurisasi melalu botol.
Pemberian ASI secara normal dapat diberikan 7-14 hari setelah ibu selesai diterapi dengan OAT.
– Neonatus dengan ibu yang terinfeksi atau merupakan carrier dari virus Hepatitis B dapat diberi ASI
setelah diberi imunoglobulin B dan vaksin hepatitis B dalam 24 jam setelah persalinan.
4. PENENTUAN JENIS MAKANAN
– Ibu yang terinfeksi atau merupakan carrier dari cytomegalovirus (CMV) dapat memberi ASI untuk
neonatus. Neonatus kurang bulan memiliki resiko terinfeksi CMV lebih tinggi daripada neonatus
cukup bulan, oleh karena itu, neonatus kurang bulan lebih disarankan untuk minum ASI yang telah
dipasteurisasi.
– Neonatus dengan ibu yang terinfeksi herpes simpleks (HSV) boleh mendapat ASI dari ibunya apabila
lesi pada kulit ibu telah sembuh.
– Neonatus dengan ibu yang terinfeksi Treponema pallidum tidak diperbolehkan untuk mendapat ASI
dari ibunya sampai 24 jam setelah ibu berhenti mengkonsumsi obat. Selain itu, untuk bisa memberi
ASI, pada payudara ibu tidak boleh didapatkan lesi.
– Ibu yang sedang menjalani terapi dengan bahan radioaktif atau menjalani kemoterapi, tidak
diperbolehkan untuk menyusui sampai radioisotop dan obat-obat kemoterapi tidak lagi ditemukan
pada ASI.
– Fenilketonuria dan galaktosemia bukanlah kontraindikasi mutlak dari pemberian ASI. Kombinasi
antara ASI dan susu formula yang tidak mengandung fenilalanin dan galaktosa dapat diberikan pada
neonatus dengan catatan perlu pengawasan khusus terhadap kadar dari serum fenilalanin dan
galaktosa-1-fosfat.
4. PENENTUAN JENIS MAKANAN
2.Human Milk Fortifier (HMF)
Human Milk Fortifier (HMF) direkomendasikan untuk neonatus kurang bulan dengan berat badan lahir
kurang dari 2000 g
3.Preterm Formula
Susu formula untuk neonatus kurang bulan ini deirekomendasikan untuk neonatus yang lahir dari usia
gestasi < 34 minggu atau dengan berat badan lahir < 2000 g
4.Preterm Post-discharge Formula
Susu formula yang direkomendasikan untuk neonatus dengan retardasi pertumbuhan saat keluar rumah
sakit. Neonatus dengan indeks pertumbuhan yang sudah mencapai persentil 25-50 pada kurva
pertumbuhan (dengan usia koreksi) dapat beralih ke susu formula standar untuk bayi
5.Susu Formula Standar
Susu formula ini direkomendasikan untuk neonatus cukup bulan dengan sistem pencernaan normal, serta
untuk neonatus kurang bulan dengan usia gestasi > 34 minggu dan berat badan lahir > 2000g
4. PENENTUAN JENIS MAKANAN
6.Susu formula dengan protein terhidrolisis dan susu formula dengan asam amino
Susu formula dengan kandungan protein terhidrolisis dan susu formula dengan asam amino
direkomendasikan untuk neonatus yang memiliki alergi terhadap susu. Susu formula dengan asam amino
tidak direkomendasikan untuk neonatus kurang bulan karena tekanan osmotiknya yang tinggi. Susu formula
dengan protein terhidrolisis direkomendasikan bagi neonatus dengan kelainan pencernaan, dan neonatus
dengan intoleransi susu formula standar
7.Susu formula bebas laktosa (Lactose-free formula)
Susu formula ini direkomendasika bagi neonatus dengan intoleransi laktosa primer maupun sekunder dan
noenatus dengan disfungsi sistem pencernaan (diare persisten, intestinal fistula)
8.Susu Formula Khusus
Susu formula ini direkomendasikan untuk bayi dengan kelainan metabolik, yakni: fenilketonuria dan maple
urine syndrome
5. PEMANTAUAN DAN EVALUASI
• Pemantauan dan evaluasi meliputi pemantauan terhadap
akseptabilitas atau penerimaan makanan, dan
toleransi (reaksi simpang makanan).
• Reaksi simpang yang dapat terjadi pada pemberian oral
dan enteral antara lain adalah mual/muntah,
konstipasi dan diare.
• Pada pasien rawat inap evaluasi dan monitoring
dilakukan setiap hari, dengan membedakan antara
pemberian jalur oral/enteral dan parenteral.
• Pada pasien rawat jalan evaluasi dilakukan sesuai
kebutuhan.
5. PEMANTAUAN DAN EVALUASI
• Pemantauan dan evaluasi meliputi pemantauan terhadap
akseptabilitas atau penerimaan makanan, dan
toleransi (reaksi simpang makanan).
• Reaksi simpang yang dapat terjadi pada pemberian oral
dan enteral antara lain adalah mual/muntah,
konstipasi dan diare.
• Pada pasien rawat inap evaluasi dan monitoring
dilakukan setiap hari, dengan membedakan antara
pemberian jalur oral/enteral dan parenteral.
• Pada pasien rawat jalan evaluasi dilakukan sesuai
kebutuhan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai