Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEPERAWATAN BAYI DAN ANAK DENGAN GAGAL TUMBUH

(FAILURE TO THRIVE) *

Ns.Ni Putu Indah Rosita,S.Kep.,M.Kes

A. Deskripsi tentang Gagal Tumbuh atau Failure To Thrive.

Dikatakan gagal tumbuh bila bayi dan anak balita terutama BADUTA
mengalami peningkatan berat badan dan panjang badan tidak sesuai dengan
yang seharusnya sesuai grafik atau kurva normal sesuai umur atau < dari 3
Percentile. Berat badan /Panjang badan <-3 SD sampai dengan<-2SD (Wasting).
Panjang badan/umur juga <-3 SD sd <-2SD (Stunting) menurut WHO 2010 dalam
(KemenKes RI,2012)

Gagal tumbuh organik (Organic Failue to Thrive) sering terjadi karena faktor fisik,
seperti kelainan kongenital, system saraf pusat terganggu, gangguan system
pencernaan, penyakit infeksi kronis, kelainan metabolik dan kelainan genentik.

Gagal tumbuh Inorganik (Inorganic Failure to Thrive) lebih sering terjadi dari
pada Organic Failure To Thrive. Terjadi akibat lingkungan dan kondisi sosial
dimana bayi dan anak berada. Terjadi hubungan sosial yang tidak serasi antara
bayi anak baduta dan pengasuh primer. Bayi dan anak dengan In Organic Failure
to thrive akan mengalami selain gangguan pertumbuhan juga mengalami
hambatan dalam pembentukan afeksi dan emosi, kemampuan motorik,
hubungan sosial, kemampuan bahasa atau vokalisasi.

1
B. Asuhan Keperawatan

1. Diagnose keperawatan

1.1 Gangguan Nutrisi tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh.

Dapat berhubungan dengan Asupan makanan yang menghasilkan energi


dan zat gizi makro dan mikro tidak sesuai kebutuhan untuk aktivitas tubuh dan
pertumbuhan dan perkembangan.

1.1.1 Hal ini dapat terjadi karena:

• Asupan energy dan zat gizi makro maupun mikro kurang dari kebutuhan
karena Pola makan tidak teratur baik jumlah,jadwal, jenis.
• Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (kurang dari 2500 gram).
• Hubungan yang tidak akrab antara bayi/anak dengan pengasuh.
• Pengetahuan pengasuh atau orang tua tidakmemadai tentang
kebutuhan gizi dan perawatan anak.
• Terjadi diare persisten dan penyakit infeksi lainnya.

1.1.2. Karakteristik data bayi anak gagal tumbuh ( Marasmic/ wasting):

• Tampak sangat kurus hingga seperti tulang terbungkus kulit.Wajah


seperti

orang tua.

• Anak cengeng dan rewel.Kulit keriput karena kekurangan cairan

dan cadangan lemak.Iga gambang, perut pada umumnya cekung.

• Sering mengalami penyakit infeksi ( berulang) diare persisten.


• Dapat ditemukan tanda tanda kegawatan seperti renjatan/ sy
Hypoglikemia (gula darah <54 mg/dl dan Hypotermia(suhu aksiler
<36,5derajad, renjatan/sock( terjadi diare, dehydrasi, capillary refill lebih
dari3 detik).

1.1.3 Karakteristik anak gagal tumbuh (Kwashiorkor).

• Perubahan status mental: apatis rewel.


• Rambut tipis, kemerahan, seperti rambut jagung, mudah rontok.

2
• Wajah membulat dan sembab.
• Pandangan mata sayu, pembesaran hati, otot mengecil, kelainan kulit
(dermatosis) edema pada kedua punggung kaki dan Pitting edema pada
kedua punggung kaki sampai edema seluruh tubuh.
• Asupan energi Protein dan mineral yang cukup dengan tanda:
• Bayi anak tidak mual muntah, tidak diare dan dehydrasi, tidak
menunjukkanletargi dan apatis, peningkatan berat badan badan secara
bertahap setelah memasuki fase transisi dan rehabilitasi. Tidak terjadi
renjatan /syok,Hypotermi, Hypoglycemia.

1.1.4 Intervensi Keperawatan yang mungkin:

Pada fase Stabilisasi:

• Pada fase ini anak diberikan makanan untuk menstabilkan kondisi


bukan untuk meningkatkan berat badan.
• Energi yang dibutuhkan 80 sd 100 kkal/kg berat badan, protein 1-
1.5 gram/kg Berat badan, cairan 100-150 ml/kg berat badan/hari, bila
ada udema cairan yang diberikan hanya 100 ml/kgBb/hari.
• Bayi/anak tetap diberikan Air susu ibu setelah menghabiskan porsi
formula sesuai takaran dan jadwal pemberian.
• Bila ada diare persisten atau disentri dapat menggunakan Formula
WHO F75 dapat dimodifikasi dengan tepung beras dengan
osmolaritas 333 mOsm/Liter.Fase Stabilisasi berlangsung selama hari
pertama dan kedua masa perawatan.

Intervensi pada fase Transisi:

• Bertujuan mempersiapkan anak menerima energi dan cairan


semakin meningkat.
• Diberikan F100 dengan kandungan energi100-150 Kkal/kg
BB/hari,protein 2-3 gram kg/Bb/hari, cairan sebanyak 150
ml/kg/berat badan perhari dalam 8 kali pemberian. Setiap 100 ml
F100 mengandung energi 100 kalori, protein 2.9 gram,Osmolaritas
419 mOsm/Liter.

3
• Bila anak gagal tumbuh atau gizi burk <6 bulan berhenti ASI
dilakukan relaktasi selama dua minggu. Fase transisi berlangsung
hari ke3 sampai ke7.

Intervensi pada fase Rehabilitasi.

• Pada fase rehabilitasi yang berlangsung mulai minggu kedua


sampai satu bulan, pasien dirawat jalan.
• Energi yang dibutuhkan 150-220 kkal/kgBB, protein 4-6 gram/kg
BB,cairan 150-200 ml. Untuk anak wasting energi yang berasal dari
lemak minimal 40% dari total energi sehari. Selain F100 anak dapat
diberikan formula padat gizi lokal sesuai kondisi anak.
• Bila berat badan <7 kg dapat diberikan makanan bayi (bubur
tepung, bubur beras,bubur susu) makann lumat(nasi tim saring.
Makanan lembek (nasi tim).
• Bila berat badan >7kg dan umur >12 bulan diberikan makanan
biasa.
• Air susu ibu tetap diberikan setelah bayi/anak mendapatkan
formula makanan sesuai jadwal dan sesuai kebutuhan.
• Catat secara tepat jumlah asupan makanan terutama asupan kalori
sesuai kebutuhan anak.Timbang bayi setiap hari pada waktu yang
sama, dicatat dan dibandingkan.
• Kaji output urine dan frekuensi buang air besar pada marasmic
dengan diare utk mengetahui kecukupan cairan tubuh dan
mencegah syok.
• Kaji dan catat tanda Vital untuk mengetahui secara dini tandatanda
reHypotermi dan Hypoglikemia.
• Bila terjadi tanda tanda darurat renjatan,Hypotermi,Hypoglikemia
laksanakan intervensi kolaborasi medic.
• Kaji asupan makanan dengan cara recall 24 jam dibandingkan
dengan Angka kecukupan Gizi(AKG).
• Mengkaji interaksi antara bayi dan Anak Baduta dengan
pengasuh(orang tua) pada saat menyusui atau memberikanmakan
pada anak.
• Mencatat cara pengasuh atau orang tua memberikan makan pada
anak.

4
• Berikan contoh atau role model dan latihan teknik menggendong,
mendekap, menyuapi makanan, berinteraksi dengan anak, teknik
pengasuhan dan konseling tanpa memberikan penilaian atau
judgement (kritikan), berikan feedback dan pujian atas apa yang
dikerjakan pengasuh.
• Kaji dan catat perkembangan pengetahuan dan partisipasi ibu
dalam proses pengasuhan anak sesuai petunjuk dari perawat.
• Perhatian atas petunjuk perawat tentang teknik memberikan
makan, catat peningkatan asupan kalori dan peningkatan Berat
badan, panjang badan.Identifikasi tanda tanda gangguan nutrisi
seperti tahap sebelumnya.Catat dan dokumentasikan semua hasil
intervensi.
• Pastikan bahwa anak diberikan makan sesuai jadwal dan
dihabiskan.
• Bila Formula diberikan melalui NGT, formula jangan diblender
mencegah gas dan perut kembung.
• Pastikan berat badan apakah ada peningkatan. Catat bila ada tanda
tanda intoleran makanan, atau disertai muntah atau diare.
• Kaji pengetahuan orang tua dan kemampuan keluarga dalam
memberikan makan.

1.2 Hambatan Pertumbuhan Linier dan Perkembangan Motorik

1.2.1 Dapat berkaitan dengan dengan:

• Asupan zat gizi dan energi tidak memenuhi kebutuhan tubuh utk
pertumbuhan dan perkembangan.
• Anak tidak mendapatkan inisiasi ASI secara dini, Anak tidak
diberikan ASI eksklusif sampai dengan usia 6 bulan.
• Pemberian Makanan pendamping ASI tidak tepat waktu, jenis dan
jumlah.
• Anak disapih dini sebelum usia 23 bulan, imunisasi tidak lengkap
sering terpapar penyakit infeksi. Riwayat berat badan lahir rendah
(BBLR). Anak tidak diasuh oleh orang tua kandung karena berbagai
alasan.

5
1.2.2 Karakteristik:

• Panjang badan/Tinggi badan tidak sama dengan anak seusia,


Panjang badan perumur <-3SD atau <3 percentil. Lingkar Kepala
dan lingkar dada tidak sesuai umur.
• Gerakan motorik kasar maupun motorik halus tidak sesuai umur.
• Bayi lahir BBLR dengan berat badan dan tinggi badan sesuai
dengan usia kehamilan atau Prematur/SMK atau Simetrical IUGR/
Stunting IUGR). Refleks mengisap atau menelan belum terbentuk
sempurna.

1.2.3 Hasil yang diharapkan:

• Bayi Baduta yang lahir dengan dapat mencapai tumbuh kejar untuk
mencapai panjang badan dan perkembangan berdasarkan umur
pasca Natal.
• Bayi lahir dengan (Stunting IUGR) tidak mengalami obesitas karena
diberikan formula padat gizi.
• Pengetahuan dan pemahaman orang tua meningkat tentang pola
asuh dan pola pemberian makanan serta stimulasi tumbuh
kembang sesuai umur.

1.2.4 Intervensi yang dapat dilakukan:

• Konseling kepada setiap calon pengantin (remaja puteri) ibu hamil, ibu
menyusui tentang pentingnya meningkatkan asupan gizi untuk
mempersiapkan cadangan energi/lemak untuk inisiasi menyusui dini.
• Pemberian ASI eksklusif sampai dengan 6(enam) bulan untuk
mempercepat pertumbuhan, mencegah diare dan penyakit ifeksi
lainnya, mencegah terjadinya obesitas dan pembentukan afeksi atau
kedekatan ikatan antara ibu dan anak.
• Memberikan makanan pendamping ASI tepat waktu, jumlah, jadwal
dan jenis makanan, dan terus menyusui s/d anak berusia 23 bulan.(2
tahun).
• Perawat mengajarkan ibu menyusi tentang dalam teknik menyusui,
cara menggendong,mengatur posisi / memeluk dan mendekap saat

6
menyusui serta mempertahankan kontak mata untuk pembentukan
afeksi.
• Bayi/anak diberikan ASI on demand (setiap dibutuhkan) bila sudah
berusia 6 bulan diberikan makanan pendamping ASI mengandung
cukup protein dan mineral makro miro.
• Stunting dengan berat badan normal atau lebih pemberian makanan
dengan energi dalam ukuran sedang. (Makanan kandungan padat gizi
dapat berdampak terjadinya obesitas dengan segala akibatnya pada
anak dengan stunting ).
• Catat hasil pengukuran Panjang badan dan tahap tahap perkembangan
yang dicapai. Catat jenis dan jumlah maknan yang dimakan dan kalau
perlu hitung jumlah kalori untuk dibandingkan dengan kebutuhan.
• Lakukan simulasi motorik sambil mengajarkan pada pengasuh atau
orang tua atau latihan jalan, berenang, bermain sepeda 3 roda.
• Kepada Ibu Bayi dan Balita diberikan pendidikan dan pelatihan untuk
mengenali tanda tanda anak lapar dan kenyang dan pelatihan
membuat MP ASI pangan local dengan bumbu yang tidak merangsang
dan tidak merusak pola makan anak. Ambang batas rasa rasa asin,
manis dan gurih akibat garam,gula,lemak perlu ditata sejak dini.

1.3. Diagnose Keperawatan: Hambatan Perkembangan Afeksi dan


Kemampuan

Berinteraksi dengan Lingkungan

1.3.1 Dapat berhubungan dengan:

• Kurangnya stimulasi lingkungan sosial, mungkin ada cacat bawaan.


• Orang tua sibuk, cerai atau meninggal anak tidak cukup mendapatkan
perhatian.
• Kurangnya pengetahuan tentang pola pengasuhan anak.
• Masalah lingkungan keluarga kurang memberikan stimulasi afeksi,emosi
pengasuh labil berhubungan dengan masalah ekonomi dan social.
• Kurangnya asupan energy dan zat gizi baik makro maupun mikro, Orang
tua dengan beban psiko social,ekonomi.

7
1.3.2 Karakteristik:

• Panjang badan dan Tinggi badan Indikator perumur/<-3SD, atau lebih


rendah dari daftar dalam tabel.
• Nampak apatis menarik diri, tidak takut akan bahaya ( loncat dari
meja,membenturkan kepala) menghindari kontak mata, passive, tidak
bergembira/cengeng, tidak banyak bicara atau vokalisasi.
• Mengulangi aktifitas yang sama tanpa takut bahaya.(loncat tangga,
benturkan kepala,membakar organ tubuh, memakan debu(Picca),
menggigit lidah sendiri dll.

1.3.3. Rencana Intervensi keperawatan:

• Catat asupan zat gizi dan energy dan berkemih untuk mengetahui
kecukupan gizi dan kecukupan cairan.
• Timbang berat badan dan panjang badan dan dicatat serta dibandingkan
dengan data sebelumnya.
• Kaji dan catat kemajuan perkembangan anak .
• Berikan makanan sesuai jenis dan jumlah asupan makanan yang
dibutuhkan,
• Catat respon anak terhadap pemberian makanan seperti intoleransi dan
alergi makanan ,
• Kaji, amati dan catat interaksi antara anak dn pengasuh pada saat
pemberian ASI dan makanan pendamping.
• Berikan respon postif kepada pengasuh atas kemajuan yang dia alami
selama pemberian makanan pada anak. Jangan dikritik, berikan pujian
atau penghargaan.
• Berikan stimulasi bayi/anak dengan menempatkan obyek atau benda
benda berwarna untuk diraih seperti mobil mobilan atau bola bila
memungkinkan.Berbicara dengan bayi/anak dengan kontak mata saat
berinteraksi.

8
• Kaji dan catat pengetahuan dan kemampuan keluarga dalam
memberikan makan dan kemajuan yang dicapai dari latihan stimulasi
perkembangan anak.
• Mengawasi anak dari kemungkinan membahayakan diri. Lakukan
stimulasi atau bermain dalam kelompok. Berbicara dengan anak sambil
lakukan kontak mata.Berikan sentuhan, dekapan saat berinteraksidengan
anak. Peluk dan tepuk punggungnya sambil bersenandung. Awasi
terhadap tanda bahaya kecelakaan atau cedera fisik.

1.4. Kurangnya Kemampuan Parenting/Pengasuhan Anak

1.4.1 Dapat berkaitan dengan:

• Hambatan relasi antara anak dan pengasuh, pengetahuan orang


tua/pengasuh terbatas tentang pengasuhan anak.
• Pengasuh merasa rendah diri,stress berkaitan dengan kebutuhan
keluarga, pengasuh sendiri memiliki pengalaman ditelantarkan atau
diabaikan atau karena menjadi orang tua masih usia remaja.

1.4.2 Karakteristik:

• Pengasuh merasakan ketidak pastian tentang pengasuhan anak,


kehamilan dan anak yang tidak direncanakan/ diinginkan.
• Pengasuh tidak dapat mengekspresikan perasaan kepada orang yang
tepat, acuh tak acuh saat mengasuh anak, pengasuh gagal mendesain cara
pengasuhan anak, tidak peduli dengan kebutuhan anak untuk mengganti
popok atau memberikan makan, memberikan pernyataan negative
tentang pengasuhan anak atau menjadi ibu.

1.4.3 Intervensi keperawatan:

• Kaji dan catat interaksi antara anak dan orang tua setiap pergantian
tugas atau bila diperlukan.
• Berikan kesempatan kepada orang tua untuk mengambil bahagian
secara aktif dalam mengasuh anak.
• Demonstrasikan stimulasi perkembangan anak kepada orang tua seperti
memberikan pelukan, memangku atau mendekapkan tubuh anak ke

9
tubuh pengasuh,memberikan makan, memandikan dll serta mencatat
hasilnya atau merekam/ membukukan.
• Memberikan kesempatan kepada pengasuh atau orang tua untuk
mengungkapkan persaan ditolak anak atau kesulitan dalam memberikan
makanan.
• Menginisiasi pelayanan konsultasi ahli ( psikolog, Rohaniawan,ahrangtua
yang dipercayai untuk membantu.
• Berikan feedback positif kepada pengasuh bila mereka menunjukkansikap
perilaku yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak.
• Mendukung orang tua menghadiri kelas parenting dan mengikuti
komunitas pengasuh (parenting).

10
11

Anda mungkin juga menyukai