Anda di halaman 1dari 9

MODEL

PERENCANAAN
SOSIAL
Oleh:
Dr. Purwowibowo, M.Si
Ada 2 (dua) Model

• MODEL PERENCANAAN
SOSIAL:
1.Top down
2.Bottom-up
TOP-DOWN

MODEL PERENCANAAN SOSIAL TOP-DOWN


Dilaksanakan oleh sekelompok elit politik:
1. melibatkan lebih banyak teknokrat,
2. Mengandalkan otoritas & diskresi.

Argumentasi top-down:
1. Efisiensi
2. Penegakan aturan (enforcement)
3. Konsistensi input-target-output
4. Publik/masyarakat masih sulit dilibatkan
BOTTOM-UP
MODEL PERENCANAAN BOTTOM-UP:
1. Dilaksanakan secara kolektif,
2. melibatkan unsur-unsur governance,
3. mengandalkan persuasi,
4. co-production.

Argumentasi bottom-up:
1. Efektivitas
2. Kinerja (performance, outcome),
3. bukan sekadar hasil seketika
4. Social WISDOM (kearifan sosial)
5. Masyarakat diasumsikan sudah paham hak-hak dan apa yang
mereka butuhkan.
MODEL PERENCANAAN BOTTOM-UP
PARTISIPATIF
1. Demokrasi dan partisipasi sangat penting
peranannya dalam pengembangan
kemampuan dasar
2. Instrumental role untuk memastikan bahwa
rakyat bisa mengungkapkan dan mendukung
klaim atas hak-hak mereka,
3. di bidang politik , sosial, dan ekonomi
PERENCANAAN PARTISIPATIF
1. Constructive role dalam merumuskan
“kebutuhan” rakyat dalam konteks sosial;
2. Memperbesar aset kelompok miskin dengan
memberi akses kepada layanan kesehatan
dan pendidikan yang bermutu
3. Memperhatikan efek distributif dari
investasi publik,
4. mengurangi subsidi yang kurang produktif
PERENCANAAN PARTISIPATIF
5. Memanfaatkan modal SDM dengan
menyediakan tanah, kredit, pelatihan, dan
kesempatan kerja bagi orang miskin
6. Melengkapi investasi SDM dengan reformasi
ekonomi dan keterbukaan pasar yang
meningkatkan produktivitas pendidikan
CONTOH KASUS PERENCANAAN
SOSIAL BOTTOM-UP
• REHABILITASI DAN KONSERVASI HUTAN
MANGROVE DI DESA PASAR BANGGI
REMBANG, JAWA TENGAH;
• REHABILITASI DAN KONSERVASI HUTAN
MANGROVE DI DESA WRINGIN PUTIH,
KECAMATAN MUNCAR BANYUWANGI. JAWA
TIMUR.
WASSALAM

Anda mungkin juga menyukai