Anda di halaman 1dari 15

1

PENGARUH FITOHORMON TERHADAP


PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
TANAMAN

Premi Yuni Imawati Maulidia Rahmawati


Saka Wisnu Saputtera Fila Oxi Wardhani

Dosen Pengampu:
Dini Ermavitarini, S. Si., M. Si.
2

PENDAHULUAN

METODOLOGI

PEMBAHASAN
• Auksin
• Hormon tumbuhan (fitohormon) merupakan • Sitokinin
senyawa yang diperlukan untuk membantu • Giberelin
pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan • Etilen
perkembangan. • Asam Absisat
• Fitohormon merupakan substansi organik yang
disintesis pada organ-organ tertentu dan dapat Baca & Elmerich, 2003
ditranslokasikan pada bagian lain dalam tanaman.

• Mengamati pengaruh IAA dalam menginduksi terbentuknya


bunga dan penentuan jenis kelamin bunga
• Mengetahui pengaruh sitokinin dalam mempertahankan
kesegaran daun dan mahkota bunga polong
• Mengevaluasi efek sukrosa (yang dapat menginduksi sintesis
asam absisat) pada perkecambahan biji non dorman.
Auksin memainkan peran penting dalam pengembangan bunga. Auxin
diperlukan untuk inisiasi primordia bunga, terhambatnya biosintesis
auksin akan menyebabkan kegagalan pembentukan bunga. Auksin juga
memainkan peran penting dalam menentukan jumlah organ dan identitas
bunga.

Sitokinin memiliki peran yang bersifat menunda senescence. Konsentrasi


sitokinin pada mahkota bunga anyelir menurun sejalan dengan
bertambahnya umur, dan penambahan sitokinin eksogen dapat
memperlambat proses penuaan. Namun tidak semua bunga potong akan
merespon adanya sitokinin eksogen untuk menanggulangi efek
etilenyang dihasilkan oleh bunga tersebut. Respon sitokonin tergantung
dari jenis bunga, tingkat perkembangan bunga dan konsentrasi sitokinin.

Abscisic acid (ABA) adalah salah satu hormon yang berperan penting
dalam pengendalian dormansi dan perkecambahan. Dormansi biji sangat
penting terutama bagi tumbuhan yang kekurangan air ketika akan
berkecambah. Sejumlah faktor lingkungan diketahui mempengaruhi
dormansi biji, tetapi pada banyak tanaman ABA, bertindak sebagai
penghambat utama perkecambahan.
5

6 polibag diisi campuran Bibit kedelai 2 tanaman disemprot IAA 10 ppm,


media tumbuh : kompos ditanam, diberi 2 tanaman disemprot IAA 50 ppm
(1:1) label dan disiram 2 tanaman disemprot air
tiap 2 hari Tiap tanaman diberi 10 ml

Dibuat grafik hubungan


Dicatat jumlah bunga Ulangi langkah ketiga setiap
jumlah hari untuk
yang terbentuk dan minggu hingga bunga pertama
membentuk bunga, jumlah
amati kelamin bunga muncul dan dicatat hari yang
bunga dan kelamin bunga
yang terbentuk dibutuhkan
tiap perlakuan
6

Dibuat larutan dasar yang Dibuat larutan sitokinin 0 ppm, 25 Pangkal bunga
mengandung 5% sukrosa ppm, 50 ppm, 75 ppm, dan 100 dipotong dan
dan 250 ppm asam ppm tiap 2 x 200 ml lalu dimasukkan tiap
benzoat sebanyak 2 liter dimasukkan botol dan diberi label. botol perlakuan

Dibuat analisa mengenai


hubungan sitokinin dengan Dicatat perubahan morfologi Dicatat pH harian
kesegaran bunga dan didukung daun dan mahkota bunga dan diamati
dengan nilai pH harian dengan sistem skoring 1, 2, 3, 4 kesegaran bunga
7

Diletakkan 10 biji jagung


Disiapkan larutan Cawan petri diberi kapas dan pada setiap cawan petri
sukrosa Konsentrasi dituang larutan sukrosa sesuai dan dibuat 3 ulangan tiap
0, 5, 10, 20 dan 30 konsentrasi sebanyak 5 ml konsentrasi sukrosa

Dibuat grafik perbandingan


Dicatat jumlah biji yang Diamati perkecambahan biji
antara persen perkecambahan
mampu berkecambah selama 1 minggu
dengan konsentrasi sukrosa
8
Hasil yang diperoleh dari praktikum ini adalah biji kedelai yang disemai tidak mengalami pertumbuhan dikarenakan pada biji kedelai
tertutupi oleh miselium jamur sehingga biji kedelai yang disemai tidak dapat berkecambah. Pertumbuhan jamur pada biji kedelai
dimungkingkan karena adanya kelembaban yang tinggi pada biji kedelai sehingga jamur dapat tumbuh pada biji. Selain karena ditumbuhi
jamur, adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkecambahan biji kedelai yaitu lama penyimpanan benih, tingkat kemasakan benih,
ukuran benih, dormansi, suhu, oksigen, cahaya dan media penanaman (Purba et.al, 2014).

Menurut Mudyantini (2001), Pembungaan merupakan fase generatif yang dipengaruhi berbagai faktor, baik dari dalam maupun dari luar.
Faktor dari dalam antara lain florigen, endogen, gen dan umur tanaman. Faktor dari luar antara lain cahaya, suhu, ketinggian tempat, iklim,
unsur makro dan mikro serta pemberian hormon eksogen. Jika semua faktor tersebut terpengaruh, maka pembungaan dapat terjadi.

Salah satu hormon eksogen yang dapat ditambahkan pada tanaman untuk mendorong pembentukkan bunga adalah auksin. Hal tersebut
dikarenakan fungsi auksin dalam pertumbuhan tanaman, meliputi 1) memacu proses terbentuknya akar serta pertumbuhan akar menjadi lebih
baik, 2) auksin akan merangsang dan mempertinggi persentase pembentukan bunga dan buah, dan 3. memecah dormansi pucuk apikal, yaitu
suatu kondisi pucuk tanaman atau akar tidak mau berkembang (Dwiati, 2016).

Auksin merupakan zat pengatur tumbuh yang secara fisiologis mampu mendorong dan memperbesar bunga (Mudyantini, 2001). Dari hasil
penelitian Mudyantini (2001), pemberian auksin berupa NAA dengan konsentrasi 10 dan 20 ppm pada ujung batang tanaman mawar yang
sudah dipotong dapat mempercepat pembungaan mawar yang terjadi dalam 28 hari dan 33 hari setelah perlakuan.
9
10

SITOKININ Perkembangan tumbuhan (polinasi)  produksi etilen naik 


degradasi sitokinin, inaktivasi sitokinin

Penggunaan sitokinin  mempengaruhi jumlah enzim,


ETILEN penurunan biosintesis etilen

ASAM Sitokinin x Etilen


ABSISAT
11

Konsentrasi 0 ppm  kondisi alami  etilen naik


Akar dipotong  rendahnya produksi sitokinin  suplai nutrisi turun

Konsentrasi 25 ppm  konsentrasi optimum

Konsentrasi 75 dan 100 ppm  level viskositas dan konsentrasi


tinggi  larutan dalam sel hipertonik  sel kehilangan
turgiditas/mengalami plasmolysis  layu
12
100
90
80
presentase (%)

70
60
50 ulangan 1
40 ulangan 2
30 ulangan 3
20
10
0
0 5 10 20 30
Konsentrasi sukrosa (mM)
13

100
Presentase biji tumbuh (%)

90
80
70
ulangan 1
60
50 ulangan 2

40 ulangan 3
30
20
10
0 5 10 20 30
konsentrasi sukrosa (mM)
14

Anda mungkin juga menyukai