Anda di halaman 1dari 20

FORMAT HUBUNGAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

 KULIAH 5
PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

DOSEN PENGAMPU : VICTOR.J.T.LEIWAKABESSY, ST., M.Sc


PWK - FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PATTIMURA
HUBUNGAN ANTARA PUSAT DAN DAERAH

Hubungan kerja atau kaitan tugas atau pertalian antara


perangkat pemerintah pusat dan perangkat pemerintah
daerah baik berupa hubungan vertikal, horizontal, maupun
diagonal.

PWK - FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS PATTIMURA
MODEL HPD

1. AGENCY MODEL (MODEL PELAKSANA) pemda


semata-mata dianggap sebagai pelaksana oleh
pempus.
2. PARTNERSHIP MODEL (MODEL MITRA) pemda
memiliki suatu tingkat kebebasan tertentu untuk
melakukan pemilihan di tingkat daerahnya.

PWK - FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS PATTIMURA
PRINSIP-PRINSIP HPD DI INDONESIA

1. Permusyawaratan dalam Sistem Pemerintahan


Negara
2. Pemeliharaan dan pengembangan prinsip-prinsip
pemerintahan asli
3. Kebhinekaan
4. Negara hukum

PWK - FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS PATTIMURA
MEKANISME HPD

1.Mekanisme di bidang tugas pembantuan


2.Mekanisme di bidang pengawasan
a.pengawasan represif (menangguhkan,
menunda, dan/atau membatalkan peraturang
perundang-undangan yang dibuat daerah)
b.preventif (pencegahan agar tidak melanggar
koridor dan rambu-rambu per-uu-an yang lebih
tinggi dan kepentingan umum)
3. Mekanisme di bidang susunan organisasi
4. Mekanisme di bidang keuangan

PWK - FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS PATTIMURA
PENDEKATAN HUBUNGAN KEUANGAN
PUSAT DAN DAERAH

1. Pendekatan kapitalisasi (Permodalan); pemda memperoleh


modaal permulaan yang diharapkan untuk dinvestasikan
menurut cara-cara yang dapat menghasilkan pendapatan
untuk menutup pengeluaran rutin.
2. Pendekatan pendapatan; pempus memberikan sejumlah
sumber pendapatan yang dipandang potensial di masing-
masing daerah. Pemda diberi otonomi untuk mengelola
sejumlah urusan untuk kemudian menjadi sumber
pembiayaan Pemda.

PWK - FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS PATTIMURA
3. Pendekatan pengeluaran; pempus memberikan sejumlah dana
pinjaman, bantuan (sumbangan) atau bagi hasil pungutan
kepada pemda untuk membiayai pengeluaran tertentu.
4. Pendekatan komprehensif; menggabungkan sasaran
pengeluaran dengan sumber-sumber dananya. Sumber-sumber
pendapatan diberikan kpd Pemda (PAD dan bagi hasil pajak
nasional), dan tg jawab dengan mempertimbangkan tingkat
kemampuan dan biaya yang ada.

PWK - FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS PATTIMURA
BENTUK HUBUNGAN KEUANGAN PUSAT DAN
DAERAH

• Desentralisasi
• Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
• Pinjaman daerah

Prinsip “money follows function”

PWK - FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS PATTIMURA
HUBUNGAN KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH
(DESENTRALISASI FISKAL)

• Hubungan keuangan mengacu pada UU no 32 1956 yang sangat


sentralistis dan didominasi kepentingan pusat
• Menimbulkan dampak politis dan ekonomi yang negatif bagi
daerah, ada ketidakpuasan daerah terutama di luar pulau jawa
• Budgetting policy yang sentralistis
• UU No. 25 Tahun 1999 dan UU No. 33 Tahun 2004 mengatur
desentralisasi keuangan dan fiskal dengan proporsi penerimaan
pemerintah daerah diatur secara lebih rasional, progresif dan
adil.

PWK - FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS PATTIMURA
• Desentralisasi fiskal adalah pelimpahan wewenang di bidang
keuangan dan fiskal kepada daerah dalam memobilisasi dan
memanfaatkan sumber-sumber pendapatan daerah
• Dengan DF, Daerah mempunyai wewenang mengatur dan
menggali potensi dan sumber-sumber keuangannya sendiri.
• DF merupakan komponen utama dari desentralisasi.
• Apabila Pemda melaksanakan fungsinya secara efektif dan
nmendapat kebebasan dalam pengambilan keputusan
pengeluaran di sektor publik, maka mereka harus mendapat
dukungan sumber-sumber keuangan yang memadai baik yang
berasal dari PAD, BHP dan BP, pinjaman, maupun
Subsidi/bantuan dari Pempus.
PWK - FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PATTIMURA
SEJARAH POLITIK DESENTRALISASI DI INDONESIA

• Konsep desentralisasi mulai dikenal pada jaman kekuasaan


pemerintah kolonial Belanda
• Decentralisatie Wet 1903, dijabarkan dalam Betuurshervorming
Wet 1922
• Ada pembagian daerah-daerah otonom: gewest, regenschaap,
dan staatgemeente
• Jaman Jepang ketentuan diatas tetap berlaku
• Sesudah merdeka, mengacu ke pasal 18 UUD 1945

PWK - FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS PATTIMURA
• Lahir undang-undang otonomi daerah:
• UU no.1 1945 tentang Komite Nasional Daerah dan ketenmtuan
pokok Pemerintahan Daerah berlaku sejak tgl 23 Nov 1945
• UU no 22 1948, uu otda pada masa RIS
• UUDS berlaku dan kembali ke bentuk negara kesatuan, UU n0
22 1948 tetap berlaku
• UU no 1 1957 sebagai uu organik yang baru
• Dekrit Presiden 5 Juli 1959 oleh Presiden Soekarno, lahir UU n0
6 1959 dan PP No 1 1963
• UU no 18 1965 tentang Pemerintahan daerah
• Zaman Orde Baru lahir UU no 5 1974 tentang Pokok-pokok
Pemerintahan Di Daerah
• UU no 22 1999
• UU no 32 2004
PWK - FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PATTIMURA
• Pada rejim orde baru, politik desentralisasi yang dianut bukan
desentralisasi demokratis.
• Dominasi dan keberpihakan pada kepentingan politik
kekuasaan pemerintah pusat atas daerah
• Menggambarkan perilaku negara otoriter birokratik yang dalam
kiprah politiknya selalu haus untuk mereproduksi kekuasaan
yang cenderung hegemonik
• UU no 5 1974 sebagai instrumen yang digunakan untuk
mengontrol dan mendeteksi daya kepatuhan politik (political
obedience)

PWK - FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS PATTIMURA
• Ada hirarki struktural: Pusat, DT I, DT II.
• Distribusi otoritas kekuasaan meruapakan sebuah piramida
terbalik, Pusat selalu memperoleh porsi kekuasaan yang lebih
besar
• Ide dasar politik pemerintahan orba adalah desentralisasi,
dekonsentrasi, dan medebewind.
• Politik Desentralisasi yang dijalankan lebih ke pseudo autonomy
(otonomi semu)
• Kepala Daerah merangkap sebagai Kepala Wilayah
• Selain sebagai daerah otonom, juga sebagai Wilayah
administratif

PWK - FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS PATTIMURA
FAKTOR - FAKTOR PENDUKUNG PELAKSANAAN
DESENTRALISASI FISKAL

• Pemerintah Pusat Yang Mampu Melakukan


Pengawasan Dan Enforcement.
• SDM yang kuat pada Pemda guna menggantikan
peran Pempus
• Keseimbangan dan kejelasan dalam pembagian
tgjawab dan kewenangan dalam melakukan
pungutan pajak dan retribusi daerah.

PWK - FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS PATTIMURA
TUJUAN UMUM DESENTRALISASI FISKAL
1. Meningkatkan efisiensi pengelolaan sumber daya nasional
maupun klegiatan Pemda
2. Dapat memenuhi aspirasi dari daerah, memperbaiki struktur
fiskal, dan memobilisasi pendapatan secara regional maupun
nasional
3. Meningkatkan akuntabilitas, transfaransi, dan partisipasi
masyarakat dalam pengambilan keputusan di tingkat daerah
4. Memperbaiki keseimbangan fiskal antar daerah dan
memastikan adanya pelayanan masyarakat yang berkualitas di
setiap daerah
5. Menciptakan kesejahteraan sosial bagi masyarakat
PWK - FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PATTIMURA
KRITERIA KEBIJAKAN PERIMBANGAN KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH
1. Memberikan otonomi daerah yang lebih luas, dalam arti daerah
diberi kebebasan dan fleksibilitas dalam menentukan prioritas
pengambilan keputusan di sektor publik
2. Ketersediaan sumber-sumber penerimaan daerah otonom yang
memadai untuk menjalankan fungsinya
3. Equality, alokasi bantuan pusat meskipun bervariasi antar
daerah otonom, tetapi mencerminkan kebutuhan fiskal (fiscal
needs) antar daerah otonom, sehingga porsi alokasi bantuan
pusat merupakan kebalikan (inverse) dari kemampuan masing2
daerah otonom dalam menggali PAD-nya
4. Bantuan pusat harus menjamin kepastian ketersediaan
dananya bagi daerah otonom (predetermined)
5. Netralitas, alokasi bantuan pusat harus netral terhadap pilihan
alokasi penggunaan dana untuk berbagai sektor yang
diinginkan oleh daerah otonom

PWK - FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS PATTIMURA
6. Kesederhanaan, formula pembagian bantuan pusat kepada
daerah otonom (hindari kriteria pembagian yang ambiguos dan
tidak operasional)
7. Insentif, desain bantuan pusat harus mampu memberikan
insentif kepada daerah otonom untuk melakukan efisiensi
ekonomi dalam menentukan pelayanan sektor publik
8. Memberikan kebebasan akuntabilitasdi tingkat daerah otonom,
antara lain dengan menempatkan DPRD sebagai satu-satunya
lembaga yang mengawasi dan memberi amanat kepada
gubernur, bupati, dan walikota dalam menjalankan tugas
pelayanan kepada masyarakat
9. Kewenangan daerah otonom dalam jangka panjang secara
bertahap diarahkan untuk mencakup semua kewenangan
dalam bidang pemerintahan, kecuali kewenangan yang tidak
boleh diserahkan kepada daerah otonom sesuai UU otonomi
daerah.
PWK - FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PATTIMURA
• DF harus mempertimbangkan kebijakan fiskal khususnya untuk
mendukung kebijakan makro ekonomi antara lain yang
berkaitan dengan fiscal sustainability dan tetap memberikan
ruang bagi pempus untuk mengadakan koreksi atas
ketimpangan antar daerah, sehingga taxing power yang
diberikan kpd daerah tetap tidak terlalu besar.
• Pemberian kewenangan pelayanan publik kepada daerah yang
semakin besar tetap mempertimbangkan expenditure efficiency
principles, sehingga tetap diperlukan adanya national guidelines
yang dibuat oleh masing-masing departemen yang
menggabungkan antara preferensi daerah dan nasional interest.

PWK - FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS PATTIMURA
Terima kasih atas
Perhatiannya

PWK - FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS PATTIMURA

Anda mungkin juga menyukai