Anda di halaman 1dari 39

Otonomi Daerah di Indonesia

1 2 3
Teori Teori Kebijakan

Kebijakan Teori

Praktek Praktek Praktek

4
Teori Kebijakan Praktek

dadang-solihin.blogspot.com 1
Pasal 18 UUD
1) Negara Kesatuan Republik Indonesia 4) Gubernur, Bupati dan Walikota
dibagi atas daerah-daerah provinsi dan masing-masing sebagai Kepala
daerah provinsi itu dibagi atas Pemerintah Daerah Provinsi,
kabupaten dan kota, yang tiap-tiap Kabupaten dan Kota dipilih secara
provinsi, kabupaten, dan kota itu demokratis.
mempunyai pemerintahan daerah, yang 5) Pemerintah daerah menjalankan
diatur dengan undang-undang. otonomi seluas-luasnya, kecuali
2) Pemerintahan daerah provinsi, daerah urusan pemerintahan yang oleh
kabupaten, dan kota mengatur dan undang-undang ditentukan sebagai
mengurus sendiri urusan pemerintahan urusan Pemerintah Pusat.
menurut asas otonomi dan tugas 6) Pemerintahan daerah berhak
pembantuan. menetapkan peraturan daerah dan
3) Pemerintahan daerah provinsi, daerah peraturan-peraturan lain untuk
kabupaten, dan kota memiliki Dewan melaksanakan otonomi dan tugas
Perwakilan Rakyat Daerah yang pembantuan.
anggota-anggotanya dipilih melalui 7) Susunan dan tata cara penyelenggaraan
pemilihan umum. pemerintahan daerah diatur dalam
undang-undang.

dadang-solihin.blogspot.com 2
Hubungan
wewenang
Pasal 18A UUD
1) Hubungan wewenang antara pemerintah
pusat dan pemerintah daerah provinsi,
kabupaten, dan kota atau antara provinsi
dan kabupaten dan kota, diatur dengan
Undang- undang dengan
memperhatikan kekhususan dan
keragaman daer ah. Hubungan
keuangan
2) Hubungan keuangan, pelayanan umum,
pemanfaatan sumber daya alam dan
sumber daya lainnya antara pemerintah
pusat dan pemerintahan daerah diatur
dan dilaksanakan secara adil dan selaras
berdasarkan undang-undang.

dadang-solihin.blogspot.com 3
Pasal 18B UUD Daerah
1) Negara mengakui dan menghormati Khusus
satuan-satuan pemerintahan daerah
yang bersifat khusus atau bersifat
Masyarakat istimewa yang diatur dengan Undang-
Tradisional undang.
2) Negara mengakui dan menghormati
kesatuan-kesatuan masyarakat hukum
adat serta hak-hak tradisionalnya
sepanjang masih hidup dan sesuai
dengan perkembangan masyarakat dan
prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia, yang diatur dalam undang-
undang.

dadang-solihin.blogspot.com 4
dadang-solihin.blogspot.com 5
Pemisahan dan Pembagian Kekuasaan
 Teori pemisahan kekuasaan (separation of power) oleh
Montesquieu.
 Kekuasaan negara dipisahkan secara horizontal melalui fungsi
legislatif, eksekutif, dan judikatif.

 Konsep pembagian kekuasaan (distribution of power atau


division of power).
 Kekuasaan negara dibagikan secara vertikal dalam hubungan ‘atas-
bawah’.
 Biasa digunakan dalam mekanisme pembagian kekuasaan antara
pemerintah federal dan negara bagian.

dadang-solihin.blogspot.com 6
Alasan Dianutnya Desentralisasi
(The Liang Gie, 1968)
Dari sudut politik:
• Untuk mencegah penumpukan kekuasaan pada satu pihak saja yang
akhirnya dapat menimbulkan tirani;
• Untuk menarik rakyat ikut serta dalam pemerintahan dan melatih diri dalam
mempergunakan hak-hak demokrasi;
Dari sudut teknis organisatoris pemerintahan: Efisiensi
• Apa yang dianggap lebih utama untuk diurus oleh pemerintah setempat,
pengurusannya diserahkan kepada daerah.
• Hal-hal yang lebih tepat di tangan pusat tetap diurus oleh pemerintah pusat.
Dari sudut kultural:
• Supaya perhatian dapat sepenuhnya ditumpahkan kepada kekhususan suatu
daerah, seperti geografi, keadaan penduduk, kegiatan ekonomi, watak
kebudayaan atau latar belakang sejarahnya;
Dari sudut kepentingan pembangunan ekonomi:
• Pemerintah daerah dapat lebih banyak dan secara langsung membantu
pembangunan tersebut.
dadang-solihin.blogspot.com 7
14 Manfaat Otonomi Daerah
(Shabbir Cheema dan Rondinelli, 1983)

1. Perencanaan dapat dilakukan sesuai 5. Representasi yang lebih luas dari


dengan kepentingan masyarakat di berbagai kelompok politik, etnis,
daerah yang bersifat heterogen. keagamaan di dalam perencanaan
2. Memotong jalur birokrasi yang rumit serta pembangunan yang kemudian dapat
prosedur yang sangat terstruktur dari memperluas kesamaan dalam
pemerintah pusat. mengalokasikan sumber daya dan
investasi pemerintah.
3. Perumusan kebijaksanaan dari
pemerintah akan lebih realistik. 6. Peluang bagi pemerintahan serta lembaga
privat dan masyarakat di Daerah untuk
4. Desentralisasi akan mengakibatkan meningkatkan kapasitas teknis dan
terjadinya "penetrasi" yang lebih baik dari managerial.
Pemerintah Pusat bagi Daerah-Daerah yang
terpencil atau sangat jauh dari pusat, di 7. Dapat meningkatkan efisiensi pemerintahan
mana seringkali rencana pemerintah tidak di Pusat dengan tidak lagi pejabat puncak
dipahami oleh masyarakat setempat atau di Pusat menjalankan tugas rutin karena hal
dihambat oleh elite lokal, dan di mana itu dapat diserahkan kepada pejabat
dukungan terhadap program pemerintah Daerah.
sangat terbatas.

dadang-solihin.blogspot.com 8
14 Manfaat Otonomi Daerah
(Shabbir Cheema dan Rondinelli, 1983)
8. Dapat menyediakan struktur di mana 11. Administrasi pemerintahan menjadi mudah
berbagai departemen di pusat dapat disesuaikan, inovatif, dan kreatif. Kalau mereka
berhasil maka dapat dicontoh oleh Daerah yang
dikoordinasi secara efektif bersama dengan
lainnya.
pejabat Daerah dan sejumlah NGOs di
berbagai Daerah. Propinsi, Kabupaten, dan 12. Memungkinkan pemimpin di Daerah menetapkan
pelayanan dan fasilitas secara efektif,
Kota dapat menyediakan basis wilayah
mengintegrasikan daerah-daerah yang terisolasi,
koordinasi bagi program pemerintah. memonitor dan melakukan evaluasi implementasi
9. Struktur pemerintahan yang proyek pembangunan dengan lebih baik dari pada
didesentralisasikan diperlukan guna yang dilakukan oleh pejabat di Pusat.
melembagakan partisipasi masyarakat 13. Memantapkan stabilitas politik dan kesatuan
dalam perencanaan dan implementasi nasional dengan memberikan peluang kepada
program. berbagai kelompok masyarakat di Daerah untuk
berpartisipasi secara langsung dalam pembuatan
10.Dapat meningkatkan pengawasan atas kebijaksanaan, sehingga dengan demikian akan
berbagai aktivitas yang dilakukan oleh elite meningkatkan kepentingan mereka di dalam
lokal, yang seringkali tidak simpatik dengan memelihara sistem politik.
program pembangunan nasional dan tidak 14. Meningkatkan penyediaan barang dan jasa di
sensitif terhadap kebutuhan kalangan tingkat lokal dengan biaya yang lebih rendah,
miskin di pedesaan. karena hal itu tidak lagi menjadi beban
pemerintah Pusat karena sudah diserahkan kepada
Daerah.

dadang-solihin.blogspot.com 9
Mengapa Otonomi Daerah?
1. Indonesia masih belum memungkinkan menganut federasi.
• Harus mempersiapkan UUD baru untuk sebuah Negara Federasi
Indonesia
• Harus menetapkan mekanisme "Checks and Balances" antara
Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif yang mencakup Pemerintah
Nasional serta Propinsi atau Negara Bagian.
• Setiap propinsi atau negara bagian harus memiliki semacam
"Konstitusi Negara Bagian ".
• Dll.

dadang-solihin.blogspot.com 10
2. Pilihan otonomi luas merupakan pilihan yang sangat
strategis dalam rangka memelihara nation state (negara
bangsa).
• Mengembalikan "Hak-Hak Dasar" masyarakat di Daerah
dengan memberikan kewenangan yang utuh dalam rangka
rekrutmen politik lokal.
• Memberikan supervisi agar Daerah tidak melakukan tindakan yang
menyimpang dari kepentingan nasional.
• Daerah yang kuat di dalam membangun masyarakatnya, mereka
dengan sendirinya akan mendukung Negara Kesatuan, dan tidak ada
alasan bagi mereka untuk mendukung gerakan separatisme.

dadang-solihin.blogspot.com 11
3. Sentralisasi telah terbukti gagal mengatasi krisis nasional.
• Tugas Pemerintah tidak lagi mengurus dan memikirkan masalah-
masalah Daerah, diserahkan saja sepenuhnya kepada Daerah.
• Ketika sumber daya kekuasaan sepenuhnya dikontrol oleh Presiden,
ternyata sama sekali tidak mampu menghadapi krisis ekonomi yang
dimulai pada tahun 1997.

4. Untuk memantapkan kehidupan demokrasi di masa-masa yang


akan datang
• Demokrasi tanpa ada penguatan politik lokal akan menjadi sangat
rapuh.
• Politik tidak seharusnya menjadi dominasi orang-orang di Jakarta saja.

dadang-solihin.blogspot.com 12
5. Aspek keadilan
• Desentralisasi/otonomi daerah akan mencegah terjadinya
kepincangan di dalam menguasai sumber daya yang dimiliki
dalam sebuah negara.
• Kebijakan desentralisasi/otonomi daerah diberlakukan untuk
menghentikan segala bentuk kebijakan yang mengalienasikan
kepentingan masyarakat setempat yang berkaitan dengan
penguasaan sumber daya alam.

dadang-solihin.blogspot.com 13
dadang-solihin.blogspot.com 14
Tujuan Otonomi Daerah
 Mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui
 peningkatan pelayanan,
 pemberdayaan dan peran serta
masyarakat.
 Meningkatkan daya saing
daerah
dengan memperhatikan
 prinsip demokrasi,
 pemerataan,
 keadilan,
 keistimewaan dan kekhususan
serta
 potensi dan keanekaragaman daerah
dalam sistem NKRI.
dadang-solihin.blogspot.com 15
Sumber: UU 32/2004 (Penjelasan Umum)
Sasaran Otoda
1. Tercapainya sinkronisasi dan harmonisasi peraturan perundang-
undangan pusat dan daerah.
2. Meningkatnya kerjasama antar pemerintah daerah;
3. Terbentuknya kelembagaan pemerintah daerah yang efektif, efisien, dan
akuntabel;
4. Meningkatnya kapasitas pengelolaan sumberdaya aparatur
pemerintah daerah yang profesional dan kompeten;
5. Terkelolanya sumber dana dan pembiayaan pembangunan secara
transparan, akuntabel, dan profesional; dan
6. Tertatanya daerah otonom baru.

Sumber: RPJM 2004-2009

dadang-solihin.blogspot.com 16
Pembagian Urusan Pemerintahan
Urusan Pemerintah:
1. Politik Luar Negeri.
2. Pertahanan.
3. Keamanan.
4. Yustisi.
5. Moneter dan Fiskal Nasional.
6. Agama.

Urusan Pemerintahan Daerah:


• Menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas
pembantuan.

dadang-solihin.blogspot.com 17
Beberapa Pengertian
Prinsip otonomi seluas-luasnya:
• Daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan
pemerintahan di luar yang menjadi urusan Pemerintah.

Asas otonomi:
• Pelaksanaan urusan pemerintahan secara langsung oleh
pemerintahan daerah itu sendiri,

Asas tugas pembantuan:


• Penugasan oleh pemerintah provinsi ke pemerintah kabupaten/kota dan
desa,
• Penugasan dari pemerintah kabupaten/kota ke desa.

dadang-solihin.blogspot.com 18
Kriteria Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan

1. Kriteria Eksternalitas
• Pendekatan dalam pembagian urusan pemerintahan dengan
mempertimbangkan dampak/akibat yang ditimbulkan dalam
penyelenggaraan urusan pemerintahan tersebut.
• Apabila dampak yang ditimbulkan bersifat lokal, maka urusan
pemerintahan tersebut menjadi kewenangan kabupaten/kota, apabila
regional menjadi kewenangan provinsi, dan apabila nasional menjadi
kewenangan Pemerintah.
2. Kriteria Akuntabilitas
• Pertimbangan bahwa yang menangani sesuatu bagian urusan adalah tingkat
pemerintahan yang lebih langsung/dekat dengan dampak/akibat dari urusan
yang ditangani tersebut.
3. Kriteria Efisiensi
• Pertimbangan tersedianya sumber daya (personil, dana, dan peralatan) untuk
mendapatkan ketepatan, kepastian, dan kecepatan hasil yang harus dicapai
dalam penyelenggaraan bagian urusan.

dadang-solihin.blogspot.com 19
Hubungan antar Pemerintahan
 Antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah
• Hubungan dalam bidang keuangan
• Hubungan dalam bidang pelayanan umum
• Hubungan dalam bidang pemanfaatan sumber daya alam dan
sumber daya lainnya

 Antar Pemerintahan Daerah


• Hubungan dalam bidang keuangan
• Hubungan dalam bidang pelayanan umum
• Hubungan dalam bidang pemanfaatan sumber daya alam dan
sumber daya lainnya

dadang-solihin.blogspot.com 20
Arah Kebijakan Pembentukan DOB
Pembentukan daerah secara umum adalah untuk mempercepat
peningkatan kesejahteraan rakyat melalui:
• Peningkatan Pelayanan kepada Masyarakat;
• Percepatan Pertumbuhan Kehidupan Demokrasi;
• Percepatan Pelaksanaan Pembangunan Perekonomian Daerah;
• Percepatan Pengelolaan Potensi Daerah;
• Peningkatan Keamanan dan Ketertiban;
• Peningkatan Hubungan yang Serasi antara Pusat dan Daerah.

dadang-solihin.blogspot.com 21
dadang-solihin.blogspot.com 22
Kewenangan yang Tumpang Tindih
• Pelaksanaan otonomi daerah masih kental diwarnai
oleh kewenangan yang tumpang tindih antar
institusi pemerintahan dan aturan yang berlaku,
baik antara aturan yang lebih tinggi atau aturan
yang lebih rendah.

Anggaran
• Dalam otonomi daerah, paradigma anggaran
telah bergeser ke arah apa yang disebut dengan
anggaran partisipatif.
• Dalam prakteknya, keinginan masyarakat akan
selalu bertabrakan dengan kepentingan elit,
sehingga dalam penetapan anggaran belanja
daerah, lebih cenderung mencerminkan
kepentingan elit daripada keinginan masyarakat.

dadang-solihin.blogspot.com 23
Elit Lokal
• Otonomi daerah diwarnai oleh kepentingan elit
lokal yang mencoba memanfaatkan otonomi
daerah sebagai momentum untuk mencapai
kepentingan politiknya, dengan cara memobilisasi
massa dan mengembangkan sentimen kedaerahan,
seperti “putra daerah” dalam pemilihan kepala
daerah.

Politik Identitas Diri


• Menguatnya politik identitas diri selama
pelaksanaan otonomi daerah yang mendorong satu
daerah berusaha melepaskan diri dari induknya
yang sebelumnya menyatu.
• Otonomi daerah dibayang-bayangi oleh potensi
konflik horisontal yang bernuansa etnis.

dadang-solihin.blogspot.com 24
Orientasi Kekuasaan
• Otonomi daerah masih menjadi isu
pergeseran kekuasaan di kalangan elit
daripada isu untuk melayani masyarakat
secara lebih efektif.
• Langkah-langkah desentralisasi belumlah
dirasakan langsung manfaatnya oleh
masyarakat.
• Pemilihan Kepala Daerah Langsung yang
diharapkan menjadi pintu masuk bagi
demokratisasi politik, sosial dan ekonomi di
tingkat lokal, mengandung banyak peluang bagi
proses peminggiran kepentingan rakyat dan
menguntungkan kepentingan elit lokal.

dadang-solihin.blogspot.com 25
Dimana Posisi Otoda?

Visi Otoda

Strategi Otoda

Kinerja Otoda

dadang-solihin.blogspot.com 26
Dimana Posisi Otoda?

Sasaran Otoda

Strategi Otoda

Kinerja Otoda

dadang-solihin.blogspot.com 27
Permasalahan Otonomi Daerah
1. Penyelenggaraan otonomi daerah oleh Pemerintah Pusat selama ini
cenderung tidak dianggap sebagai amanat konstitusi sehingga proses
desentralisasi menjadi tersumbat.
2. Kuatnya kebijakan sentralisasi membuat semakin tingginya
ketergantungan daerah-daerah kepada pusat yang nyaris
mematikan kreatifitas masyarakat beserta seluruh perangkat
pemerintahan di daerah.
3. Adanya kesenjangan yang lebar antara daerah dan pusat dan antar-daerah
sendiri dalam kepemilikan sumber daya alam, sumber daya budaya,
infrastruktur ekonomi, dan tingkat kualitas sumber daya manusia.
4. Adanya kepentingan melekat pada berbagai pihak yang
menghambat penyelenggaraan otonomi daerah.
Sumber: Tap MPR No.
IV/MPR/2000

dadang-solihin.blogspot.com 28
Permasalahan Otonomi Daerah . . .
1. Belum Jelasnya Pembagian Kewenangan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah.
2. Berbedanya Persepsi Para Pelaku Pembangunan terhadap
Kebijakan Desentralisasi dan Otonomi Daerah.
3. Masih Rendahnya Kerjasama antar Pemerintah Daerah.
4. Belum Terbentuknya Kelembagaan Pemerintah Daerah yang
Efektif dan Efisien.
5. Terbatasnya dan Rendahnya Kapasitas Aparatur Pemerintah
Daerah.
6. Masih Terbatasnya Kapasitas Keuangan Daerah.
7. Pembentukan Daerah Otonom Baru (Pemekaran Wilayah) yang
Masih Belum Sesuai dengan Tujuannya.
Sumber: RPJM 2004-2009

dadang-solihin.blogspot.com 29
Urusan Pemerintahan
• Terjadi tumpang tindih antar tingkatan pemerintahan dalam pelaksanaan
urusan pemerintahan, karena belum sinkronnya antara UU Otoda dengan
UU Sektor.
• Terjadi tarik menarik urusan, khususnya urusan yang mempunyai
potensi pendapatan (revenue).
• Adanya gejala keengganan dari K/L untuk mendesentralisasikan urusan
secara penuh karena kekhawatiran daerah belum mampu melaksanakan
urusan tsb secara optimal.

dadang-solihin.blogspot.com 30
Kelembagaan Daerah
• Adanya kecenderungan daerah untuk menerapkan struktur gemuk akibat
tekanan birokrasi dan politisi
• Adanya nomenklatur struktur yang berbeda-beda sehingga
menyulitkan kordinasi dan pembinaan
• Struktur yg gemuk membutuhkan PNS yg banyak sehingga untuk gaji
dan insentif PNS menelan sebagian besar alokasi APBD dibandingkan
untuk pelayanan publik.
• Struktur organisasi yang ada belum sepenuhnya
mengakomodasikan fungsi pelayanan publik yaitu penyediaan
pelayanan dasar dan pengembangan potensi unggulan daerah.

dadang-solihin.blogspot.com 31
Kepegawaian
• Banyak Pemda mengalami kelebihan PNS dengan kompetensi
rendah dan kekurangan PNS dengan kompetensi yg memadai.
• Adanya gejala pengedepanan “Putera Asli Daerah” untuk
menduduki jabatan-jabatan strategis dengan mengabaikan
kompetensi/profesionalisme.
• Adanya gejala politisasi PNS (terutama dalam event Pilkada).
• Tidak terdapat kejelasan dalam career planning dan career
development akibat tidak adanya manpower planning di daerah.
• Penilaian kinerja yang sudah obselete (out of date); tidak ada
reward atau punishment terkait dengan kinerja.
• Kesejahteraan yg belum memadai sehingga PNS cenderung mencari
penghasilan tambahan dan tidak fokus pada tugas pokok.

dadang-solihin.blogspot.com 32
Keuangan Daerah
1. Keuangan daerah yang kurang mencukupi (Financial
Insufficiency).
2. Overhead cost pemda yang tinggi.
3. Kurangnya transparansi dan akuntabilitas dalam penyusunan
APBD.
4. Kurangnya kejelasan sistem pembiayaan melalui dekonsentrasi dan
tugas pembantuan.
5. Kurangnya manajemen aset Pemda.
6. Masih lemahnya kebijakan investasi di daerah

dadang-solihin.blogspot.com 33
Perwakilan
1. Ekses dari meningkatnya kewenangan DPRD.
2. Kurang terserapnya aspirasi masyarakat oleh DPRD.
3. Campur tangan DPRD dalam penentuan penunjukan pejabat karir.
4. Masih kurangnya pemahaman DPRD terhadap peraturan
perundangan.
5. Kurangnya kompetensi anggota DPRD dan lemahnya
networking.

dadang-solihin.blogspot.com 34
Pelayanan Publik
1. Masih rendahnya kualitas pelayanan
2. Masih besarnya peranan Pemda dalam penyediaan pelayanan.
3. Tidak jelasnya standar pelayanan.
4. Rendahnya akuntabilitas pelayanan.

dadang-solihin.blogspot.com 35
1/3
Daerah Otonom Baru
• Pada tahun 2000: 80% daerah otonomi baru telah gagal dalam upaya
mensejahterakan rakyat. Kebijakan pemekaran daerah justru
memunculkan beragam persoalan baru antara lain pecahnya konflik
horizontal, meluasnya praktek korupsi hingga bertambahnya beban
keuangan negara. Kecenderungan semacam ini jika dibiarkan akan
kontraproduktif terhadap ide awal pemekaran.
• Hanya 22,80% daerah otonomi baru yang mengalami perkembangan
yang baik. Sisanya, 77,80% daerah pemekaran belum menunjukkan
ketidaksiapannya untuk menjadi daerah otonom dan mandiri.

dadang-solihin.blogspot.com 36
2/3
Daerah Otonom Baru
• Hasil evaluasi terhadap 205 DOB yang meliputi 7 Provinsi, 164
Kabupaten dan 34 Kota dari Faktor Good Governance, Pelayanan
Publik, Daya Saing Daerah dan Kesejahteraan Masyarakat, secara umum
menunjukkan Pemda baru hasil pemekaran belum sepenuhnya berjalan
secara efektif. Bahkan kontribusinya terhadap peningkatan kesejahteraan
rakyat di masing-masing daerah masih rendah.
• Masih banyak kendala bagi DOB untuk meningkatkan Peningkatan
Kesejahteraan Rakyat, Perbaikan Kualitas Pelayanan Publik, Perbaikan
Tata Pemerintahan, dan Peningkatan Daya Saing.

dadang-solihin.blogspot.com 37
3/3
Daerah Otonom Baru
Implikasi penambahan daerah otonom baru, antara lain:
• Mengurangi kesempatan daerah lama untuk mendapat kenaikan dana
perimbangan (DAU, DAK, DBH);
• Kenaikan jumlah belanja gaji PNSD juga mengalami peningkatan
secara fluktuatif;
• Kenaikan anggaran instansi vertikal untuk kantor baru di daerah
otonom baru;
• Menambah jumlah daerah tertinggal akibat semakin semakin terbaginya
sumber pendapatan daerah, baik daerah induk maupun daerah otonom
baru;

dadang-solihin.blogspot.com 38
dadang-solihin.blogspot.com 39

Anda mungkin juga menyukai