Anda di halaman 1dari 25

TEKNOLOGI PRODUKSI

TANAMAN PERKEBUNAN
TEBU
Oleh :
Kelompok 1
Yoggy Indra Wahyudi (175040118113001)
Indria Cahyani (175040118113011)
Wiwin Puji Lestari (175040118113017)
Muhammad Ruhil M (175040118113019)
Adhytia Hardiansyah H (175040118113030)
Bagus Tri Wibowo (175040118113044)
Tahapan Budidaya Tebu
Pembukaan Lahan
Pemilihan Varietas Tebu
Penanaman
Penerapan Teknologi
Pemeliharaan
Panen dan Pasca Panen
Budidaya Tanaman Tebu
Syarat Tumbuh Tebu (Saccarum officinarum)
• Tumbuh di daerah dataran rendah yang kering. Iklim
panas yang lembab dengan suhu antara 24°C-30°C
• Curah hujan kurang dari 1500-2500 mm/tahun
• Tanah tidak terlalu masam, pH 5,5-7,0 Ketinggian dari
dataran rendah-1400 mdpl. Tetapi pada ketinggian
1200 mdpl sudah mengalami penurunan
pertumbuhan
( Tim penulis PTPN XI, 2010)
Pembukaan Lahan

Sistem Mekanisasi
• Pembuatan Kairan untuk bibit, dilakukan
pada lahan kering atau tegalan.
Sistem Reynoso
• Pembuatan Got dengan menggunakan
tenaga manusia.
Lanjutan
Contoh lahan: Padang rumput, Semak belukar, Tegalan,
Bekas perkebunan
• Pembajakan 1: contoh lahan 10 Ha, digunakan
bulldozer dengan pembajakan kedalaman 25-30 cm.
tujuannya untuk membalik tanah dan memotong sisa-
sisa kayu
• Pembajakan 2: 3 minggu setelah pembajakan 1
• Penggaruan: digunakan untuk menghancurkan
bongkahan tanah setelah tanah dibajak
• Pengumpulan akar
• Pembuatan alur tanam
Pemilihan Varietas

Varietas Genjah (Masak Awal)

Masak Tengah (Masak Sedang)

Masak Akhir
Penanaman
• Dibuat juringan: pada musim kemarau
pendek dimasukkan stek tebu 3 mata
ditanam dengan cara end to end atau
overlapping
• Pupuk
1. Mesin Bud Chips
Teknologi percepatan pembibitan
dengan satu mata tunas yang
diperoleh dengan menggunakan alat
mesin bor.

Kelengkapan mesin bud chips terdiri


dynamo penggerak, pisau bud chips,
handle, dan stop kontak untuk
mengatur hidup dan mematikan
motor penggerak.

Akselerasi  penggunaan bahan tanam


tebu bud chips merupakan penerapan
teknologi budidaya tebu dalam upaya
pencapaian program swasembada
gula nasional
8
2. Teknologi Juring ganda dan Juring Tungal

• Sistem tanam juring ganda menghasilkan populasi


tanaman yang lebih banyak dibandingkan sistem
tanam juring tunggal (45,75% lebih banyak).

• Namun dengan pengaturan jarak yang serupa


dengan sistem jajar legowo 2:1 pada tanaman padi,
pertambahan populasi tersebut tidak menghambat
pertumbuhan tanaman.
9
• Penerapan sistem tanam juring ganda mampu
meningkatkan produktivitas sebesar 83,8%
dari sistem tanam juring tunggal.  Peningkatan
jumlah batang per meter juring pada sistem
tanam juring ganda terjadi karena penggunaan
jumlah bibit bagal dua kali lipat dari sistem
tanam juring tunggal.
• Struktur Biaya dan Pendapatan Pembiayaan
sistem tanam juring ganda lebih tinggi dari
sistem tanam juring tunggal. Bertambahnya
faktor juring, maka akan bibit, pupuk,
herbisida, dan tenaga kerja menjadi lebih
tinggi dibandingkan sistem tanam juring
tunggal.

10
3. Kultur jaringan

• Teknologi kultur jaringan dilakukan dengan


perbanyakan bibit tebu melalui kultur jaringan, dan
proses aklimatisasi dan produksi bibit tebu di
lapangan.
1. Teknik perbanyakan dengan cara mengisolasi bagian
dari tanaman tebu berupa jaringan somatis (daun)
atau meristematis (tunas apikal dan tunas aksilar)
dalam media kultur yang aseptik pada rungan yang
terkontrol.
2. Proses aklimatisasi adalah proses penyesuaian
pertumbuhan  tanaman hasil perbanyakan melalui
kultur jaringan pada lingkungan luar (ex-vitro)

11
Gambar Proses perbanyakan tebu melalui
kultur jaringan

Gambar Aklimatisasi bibit tebu hasil perbanyakan melalui


kultur jaringan
12
Pemeliharaan
1. Penyulaman
2. Pemupukan
3. Pengairan
4. Pengendalian Gulma
5. Pembumbunan
6. Pengendalian HPT
7. Roges (klentek
Panen dan Pasca Panen
Panen yang dilakukan dengan cara
penebangan dan sekaligus pengangkutan
dari kebun menuju pabrik.
Pemanenan tebu menurut Indrawanto
(2010), secara manual dapat dilakukan
dengan tiga cara, yaitu:
a. Bundled Cane (Tebu Ikat)
b. Loose Cane (Tebu Urai)
c. Chopped Cane (Tebu Cacah)
Perbedaan Gula Kristal Putih
dengan Gula Kristal Refinasi
Keterangan Gula Kristal Putih (WhiteGula Kristal Refinasi
Sugar) (Refined Sugar
Kualitas Warna agak kecoklatan, Warna gula putih lebih
rasa lebih manis, butirancerah, butiran kristal lebih
gula agak besar halus dan lembut
Kegunaan Untuk konsumsi umum Untuk industri makanan dan
minuman sebagai bahan
baku
Proses pengolahan Sulfitasi (menggunakan Carbonasi
hidrolisa kapur dan gas (menggunakan hidrolisa
sulfur sebagai bahan kapur dan CO2 untuk
pemurnian) menghasilkankualitas gula
putih lebih baik)
ICUMSA 100-150 < 100
(International
Commission For
Uniform Methods
of Sugar Analysis) /
Grade Kualitas
Warna Gula
Perhitungan Kebutuhan Bibit
Tebu
•  
Perhitungan Kebutuhan Lahan

• Luas lahan = 1 ha (10.000 m²). Lahan


tebu yang efektif 90%, sehingga luas
lahan 9000 m².
• Luas leng 1 ha = 9 m x 1 m = 9 m².
Maka jumlah leng dalam 1 ha =(Luas
Lahan)/(Luas Leng)=9000/9=1000
• Panjang bagal = 25 cm = 0,25 m
Maka jumlah bagal dalam 1 ha
=(Panjang leng)/(Panjang
Bagal)=9/0,25=36
Lanjutan
• kebutuhan bagal menyesuaikan dengan pola
tanam. Penanaman End to End membutuhkan
bibit dalam 1 ha yaitu
• jumlah leng/ha x jumlah bagal/ha = 1000 x 36 =
36. 000 bibit.
• Sedangkan untuk metode Double Row dalam 1
ha membutuhkan
• x 36.000 = 72.000 bibit.
• Berat bobot per bagal = 300 gr = 0,3 kg.
• Maka bobot bibit bagal dalam 1 ha dengan
menggunakan metode penanaman menyambung
End to End yaitu jumlah bibit x bobot bibit =
36.000 x 0,3 kg = 10.800 kg = 10,8 ton.
Sedangkan untuk metode Double Row
dibutuhkan 21,6 ton bibit.
Lanjutan
• Jika kebutuhan bibit 10,8 ton bibit tebu,
maka untuk memenuhi kebutuhan 21.600
ha, dibutuhkan :
Kebutuhan bibit/ha x luas lahan = 10,8 x
21.600 = 233.280 ton
• Kebutuhan bibit tanaman tebu dapat
dipenuhi dengan cara melakukan
penanaman sendiri oleh PG di lahan yang
dimiliki PG, atau melakukan kemitraan
dengan petani bibit tebu, karena bibit tebu
diambil dari tanaman tebu yang berusia
antara 6 sampai 8 bulan.
Hubungan Varietas Genjah, Sedang,
Dalam dengan Pola Tanam
Berpengaruh pada tingkat rendemen
tebu yang dihasilkan.
Keterkaitan Varietas dengan Pola Tanam
Terhadap Masa Giling Pabrik Gula

Untuk memenuhi bahan baku tebu di


pabrik gula, pada masa giling.
Hablur Gula
Hablur merupakan gula sukrosa yang
dikristalkan, hablur yang dihasilkan
mencerminkan rendemen tebu.
Penyebab Harga Gula Bervariasi
• Produktivitas hasil produksi gula
domestik yang cenderung menurun
sehingga dapat menyebabkan daya saing
produk yang berkurang.
• Permintaan gula domestik baik
permintaan bagi industri maupun rumah
tangga yang terus meningkat namun
tidak diimbangi dengan produktivitas
hasil produksi gula domestik yang
meningkat.
• Sistem distribusi yang kurang efisien.
Dasar Penetapan Harga Gula
oleh Pemerintah
Harga gula internasional turun dari
USD 350 menjadi USD 303, apabila
harga gula naik maka dinilai tidak
inefiesien sehingga perlu disesuaikan
Thank You

Anda mungkin juga menyukai