PROSES PEMURNIAN
Oleh:
Ir. Bambang Subekti, MM
PENGALAMAN KERJA
1
4/23/2014
A. BAHAN BAKU
Tebu yang sudah masak ditebang setelah berumur 10-12
bulan, kemasakan tebu ditunjukkan oleh kandungan gula
(sucrose) yang optimum didalam batang tebu. Ketika
kemasakan tebu sudah lewat biasanya kandungan gula
dalam tebu akan mengalami penurunan. Penebangan
dilakukan dengan cara manual maupun dengan
menggunakan mesin cane harvesting.
Jumlah tebu yang ditebang biasanya menyesuaikan
kapasitas pabrik gula ditambah overstock sekitar 15%.
Diharapkan design proses pembuatan gula dengan kualitas
tebu rata-rata : pol%cane >10,50, purity > 80,77, fiber > 13,5 ,
ICUMSA tebu sekitar < 24.000 IU, trash < 3 %.
2
4/23/2014
KOMPONEN NIRA
• Air = sebagai pelarut
• Dispersi kasar = (>0,0001 mm):
-Pasir, Tanah,Lempung, lilin, ampas halus.
• Suspensi koloid = (0,0001 - 0,000001 mm)
- Lemak , Gum, pektin, zat warna.
• Dispersi Molekuler = (< 0,000001 mm)
- Sucrosa, glukosa & monosacharida lain
- Kation : K+, Na+, Ca+2, Mg+2, Fe, Al+3
- Anion : P2O5, SO4-2, Cl-, SiO2-2
- Garam - garam
- Asam asam bebas
Kursus Persiapan Chemiker
Leuconostoc Mesenteriodis
Tumbuhnya bakteri dapat dideteksi awal dari nampak adanya lendir dan adanya bau
kecut.
Bakteri yang biasanya terdapat di unit giliingan adalah Leuconostoc mesenteriodis
dengan karakteristik :
Adalah bakteri asam laktat yg berbentuk cocci (bulat) dengan ukuran diameter 1/60.000
cm.
Dapat tumbuh dengan baik pada pH 4,1 – 8,5 dan suhu 10 – 37 OC.
Tumbuh kurang baik pada pH 3,75 & pertumbuhannya mulai terhambat pada temp 44
OC.
3
4/23/2014
Reaksi tahap pertama dikatalisis enzim invertase dan reaksi tahap kedua
dikatalisis oleh dekstran sukrose. Kedua ensim tersebut dimiliki oleh
Leuconostoc sp.
Penampang Melintang
Epidermis (kulit)
Corteks
Parenchyma (daging)
rendah tinggi
4
4/23/2014
KOMPOSISI TEBU
(ISSCT)
Kotoran (juga sabut)
Sabut tebu (ft)
Tak terlarut (ft)
12.5
Zat kering (zkt) Pol (pt) gula
27.5 12.5
Terlarut (bt)
15.0
BG organik
Nira tak diencerkan 1.5
Tebu ( t ) Nira tebu (nt) Bukan gula (bgt)
100 85.0 2.5
Indonesia BG anorganik
1.0
Mengandung brix (wnt) Nira mutlak (ISSCT)
70 87.5
Air ( wt )
72.5
0
Bebas brix (w t)
2.5
KOMPOSISI NIRA
No. Komposisi Nilai (%)
1. Air 73 – 76
2. Sukrosa 10 – 12
3. Monosakarida 0.5 – 1.5
4. Asam Organik 0.1 – 0.5
5. Senyawa Nitrogen 0.1 – 0.5
6. Senyawa an organik 0.5 – 1.5
7. Senyawa Lipida 0.005 – 0.015
8. Senyawa Organik Komplek 11 – 19
9. Zat Warna + 0.002
5
4/23/2014
• AIR
– Zat pelarut dalam batang tebu
– Komponen terbesar dalam batang tebu
• SUKROSA
– Mudah larut dalam air dan kelarutan cukup besar
– Makin tinggi suhu akan makin tinggi sukrosa yang larut dalam air
– Terhidrolisa dalam suasana asam, semakin tinggi suhu semakin besar
perpecahan sukrosa
– Pada suasana alkalis, sukrosa tahan (stabil)
6
4/23/2014
• Dispersi Kasar:
– Berupa dispersi tanah, partikel ampas, dan lain lain
– Dapat dihilangkan dengan cara filtrasi,
– ketika musim panen adalah musim hujan, partikel kasar%NM > 5%
• Koloid :
– Berasal dari tanah dan tebu, meliputi: partikel tanah, wax, fats,
protein, gum, pectin, tannin dan bahan pewarna. Bahan-bahan ini
ketika diekstraksi selama musim giling akan berada dalam kondisi
larutan koloid.
– Variasi jumlah karena pengaruh pertumbuhan bakteri
– Jumlahnya tdk banyak dalam nira, 0.05 -0.3 % Nira Mentah
• Dispersi Ion/Molekul
– Meliputi komponen gula dan bahan mineral / Abu
• SENYAWA ANORGANIK
– Kation : K, Na, Ca, Mg, Fe, Al, Si
– Anion : P2O5, SO3, SiO2
– K, Na tidak berubah dalam pemberian kapur
– Fe, Al dalam bentuk suspensi dalam partikel tanah, yang dapat
dihilangkan pada pemberian kapur sampai pH = 8
– Phosfat sebagian besar dalam bentuk terlarut dan 80 -90 % dapat
diendapkan pada pemberian kapur
– Silikat sebagian besar dalam bentuk suspensi SiO2 yang dapat
dihilangkan dengan pemberian kapur
– Magnesium terendapkan pada pH tinggi sebagai Mg(OH)2, dimana
pengendapannya berpengaruh terhadap kecepatan pengendapan Ca
phosfat dan Ca carbonat menjadi naik (DEER)
7
4/23/2014
• ASAM ORGANIK
– Meliputi : Asam aconat, asam oksalat, asam suksinat, asam malic,
fumaric dan phosphoric
– Berpengaruh besar karena menentukan pH nira, dimana semakin
tinggi kadar asam organik dalam nira maka penambahan kapur akan
semakin besar
• SENYAWA NITROGEN
– Meliputi : Protein dan asam amino
– Merupakan senyawa yang tidak larut (bentuk koloid)
– Dapat diendapkan pada titik isoelektris
• SENYAWA LIPIDA
– Meliputi : lilin tebu, asam lemak
– Berbentuk suspensi kasar tidak larut dan dapat dihilangkan terikut
dalam ampas
– Pada pemberian air imbibisi panas, maka lilin tebu akan mencair dan
terdispersi dalam nira dan dipisahkan dalam blotong
• SENYAWA ORGANIK KOMPLEKS
– Protein, berbentuk koloid dan dapat dihilangkan pada titik
isoelektriknya
– Getah / Gum, terdiri dari pentosan (koloid) yang dapat menaikkan
viskositas larutan
– Pektin, merupakan koloid hidrofil seperti getah/gum, terhidrolisa pada
suasana alkalis menghasilkan asam pektin, bila ditambah kapur
membentuk Calcium pektat yang mengendap
8
4/23/2014
• ZAT WARNA
Dikelompokkkan menjadi:
o Zat Warna asli : Clorophil, Saccharetin, Anthoxianin
o Zat warna hasil reaksi
Disebabkan polifenol (tannin) bersenyawa dengan besi, menyebabkan
warna gelap
o Zat warna yang aslinya tidak berwarna dan terbentuk selama proses
Akibat dari sukrosa atau gula reduksi mengalami perpecahan pada
suhu tinggi membentuk warna gelap
9
4/23/2014
KOLOID LYOPHOBIC :
• Daya hydrasi rendah.
• Terutama terdiri dari lilin dan lemak, partikel tanah dan bahan –
bahan lain yang keluar pada saat proses pemerahan nira di stasiun
gilingan.
• Merupakan dispersi yang lebih stabil dan berpengaruh kecil
terhadap viscositas.
• Hidrophobik
– Stabilitas koloid ini disebabkan oleh muatan listrik dari partikel koloid.
– Netralisasi muatan listrik koloid akan menyebabkan koloid-koloid bergabung
membentuk agregat/flok
– Netralisasi dilakukan dengan memasukkan ion yang bermuatan berlawanan
– Krn keberadaan ion dalam larutan sangat ditentukan oleh pH maka pH juga
mempengaruhi reaksi flokulasi
– Koloid ini biasanya senyawa anorganik (senyawa silikat, Fe(OH)3, Al(OH)3.
• Hidrophilik
– Stabilitas koloid ini disebabkan oleh kelarutan partikel.
– Flokulasi terjadi dengan menghilangkan molekul air yang berada disekeliling
partikel koloids.
– Proses dehydrasi/penghilangan lapisan air sangat dipengaruhi oleh panas
– Koloid ini biasanya merupakan senyawa organik (hemiselulosa dan senyawa N spt
pati)
10
4/23/2014
11
4/23/2014
PEMURNIAN / CLARIFICATION
TIGA TAHAPAN DASAR
TAHAP KOAGUALSI
PENETRALAN MUATAN PARTIKEL PIN FLOCK
TAHAP FLOKULASI
PEMBENTUKAN “PIN FLOCK” JADI FLOCK BESAR
TAHAP “SETTLING”
FLOCK YANG SDH BESAR MENGENDAP
12
4/23/2014
2. Purifikasi
- Tujuan purifikasi adalah untuk memisahkan kotoran terlarut maupun tidak terlarut
dengan penambahan larutan phospat sampai 300 ppm dan milk of lime
(Ca(OH)2 sampai pH netral 7 dan prosesnya disebut Defekasi.
- Sebelum diendapkan nira dilewatkan alat Flash tank untuk menghilangkan udara
terlarut untuk menghindari gangguan proses pengendapan., kemudian sebelum
masuk Juice Clarifier ditambahkan larutan flokulan sekitar 3 ppm (sebaiknya
berdasarkan jar test).
- Selanjutnya, kotoran yang sudah menggumpal dipisahkan dari nira jernih dengan
cara mengendapkan di dalam bejana pengendap (Juice Clarifier) dengan sistem
single tray.
- Nira encer (clear Juice) dialirkan ke evaporator. Nira kotor (mud) ditambah
ampas halus (bagacillo) 2 % tebu,
- Kemudian disaring di Rotary Vacum Filter (RVF) untuk memisahkan filtercake
(blotong) dan filtrat yang dikembalikan ke proses (mixed Juice), sedangkan filter
cake sebesar 3-5 % tebu .
- Parameter keberhasilan Stasiun Pemurnian adalah kejernihan clear juice < 100
NTU,
3. Evaporator
13
4/23/2014
4. A Sugar Crystallization
- Nira kental (syrup) menjadi masakan (massecuite) dengan cara
menguapkan kandungan air dalam pan masakan (Vacum Pan), pada
kondisi vakum 65 cmHg sampai memasuki daerah pembesaran kristal.
Pembesaran kristal dilakukan hingga ukuran kristal memenuhi sasaran
yang diinginkan.
- Proses pembesaran kristal disebut ”masak gula”. Masak gula biasanya
dilakukan dalam 3 tingkat masakan atau kemurnian (A-B-C).
- Parameter hasil kristalisasi adalah : ukuran pasir (grain size)
masecuite A sebesar 0,8 – 1,2 mm, Masecuite B sebesar 0,5 mm dan
masecuite C sebesar 0,3 mm
- Masakan A dimasak di vacum pan, dengan bahan utama yang diolah
dari raw syrup, W molasses dan green Mol (molasses dari hasil sugar
affination) akan mengasilkan A masecuite.
- Sedang masakan tingkat II (B Vacum Pan) bahan utamanya adalah A
molasses menghasilkan B massecuite .Dan masakan tingkat akhir
dengan bahan utama dari B molasses menghasilkan C massecuite.
5. Sentrifugasi
- Memisahkan hasil masakan (masecuite) dari molasses (strop) atau
larutannya dengan gaya sentrifugal dan dibantu air siraman dan
steam.dengan tekanan 3 bar, sehingga dihasilkan Gula Kristal Putih
(GKP).
- Alat puteran yang digunakan terdiri dari Low Grade Centrifugal
(LGC) untuk memisahkan massecuite B/C dan High grade
Centrifugal (HGC) untuk massecuite A dan white sugar.
- Hasil pemutaran A Massecuite adalah A Sugar dan A molasses,
kemudian hasil pemutaran B Massecuite adalah B Sugar dan B
molasses. Sedang C Massecuite diputar akan menghasilkan C
Sugar dan tetes (final molasses)
- A Sugar kemudian di remelt ke Karbonator,
- Sedang A molassesnya sebagai bahan baku utama masakan B
dan B molasses dipakai untuk sebagai bahan baku utama
masakan tingkat akhir (C Vacum Pan)
- B Sugar dipakai bibit masakan awal (A Vacum Pan) dan C Sugar
dipakai untuk bibit masakan B (B Vavum Pan), Final molasses
ditimbang untuk dijual atau bisa dipakai bahan utama pabrik
ethanol. Kursus Persiapan Chemiker
14
4/23/2014
15
4/23/2014
filtrat
A B C
B molasses
A molasses
B Sugar
Final molasses
C Sugar
Additinal A sugar
HGC LGC LGC
green mol
Mingler
Mingler
A sugar from cane Additional A Sugar
MELTER
Sugar remelt
Sugar remelt
W1/w2 PAN
95 C
RECIEVER
pH 10,5
CO2 CO2
Carbonated liquor
LEAF FILTER pH 8,5
Syrup CENTRIFUGAL
FILTER PRESS
Sludge
SUGAR DRYER
Sweet Water
Cake Run off
to A Vacum Pan
White sugar
16
4/23/2014
Mixed Juice
Lime milk
5 effect
Heater I,
70 C
Saccharate tank Lime juice
pH = 7,0 Heater, Heater II,
90 C 105 C Filter Cake
raw syrup
filtrat
A B C
B molasses
A molasses
B Sugar
Final molasses
C Sugar
Additinal A sugar
green mol
Mingler
Mingler
A sugar from cane Additional A Sugar
MELTER
Kursus Persiapan Chemiker
Sugar remelt
2. SULFITASI ASAM
• Nira mentah dipanasi di Primary Heater 55-60 C.
• Kemudian di Sulfitasi dengan menambahkan SO2
sampai pH 4-5.
• Dinaikan pH nya sampai 6,8 -7,2 dengan menambah
susu kapur.
• Dipanaskan di Secondary Heater sampai 105 C,
• Kemudian diendapkan di Juice Clarifier.
17
4/23/2014
SULFITASI ASAM
Primary Heater , 55-60 C
Flash tank
SO2
Ca (OH)2
pH 4-5 Clear Juice
pH 7-7,2
Filter Cake
Rotary Vacum Filter
18
4/23/2014
3. Carbonatasi I:
Proses karbonatasi I , yaitu pemberian susu kapur (Ca (OH)2
20 Be. Kriteria karbonatasi I adalah alkalinitas nira sekitar
400 mg CaO/l, dengan tujuan mengendapkan sebagian
besar dari kapur yang diberikan, dan dapat menghilangkan
kotoran sebanyak-banyaknya, seperti: asam silikat,
sesquioksid,phospat,MgO, zat protein, blendok, pektin, hasil
oksida phenol serta sebagian sulfat.
4. Filter Press I:
Tujuannya memisahkan sebagian kotoran yang suda diikat
oleh endapan CaCO3 dari proses karbonatasi I yang berupa
filter cake (blotong).
5. Karbonatasi II:
Kriteria karbonatasi II adalah pH 8,6 , angka ini diperkirakan
kadar kapur nira tapis II minimal, untuk menurunkan pH
dengan mengalirkan gas CO2
6. Secondary Heater : 70 C
Bertujuan untuk menghindari terjadinya peragian asam susu yang
hidup pada lingkungan pH 8,6 dan suhu 55 C. Adanya in kubasi
asam susu mengakibatkan nira tapis II menjadi keruh karena pH
akan menurun sehingga terjadi peptisasi.
7. Filter Press II:
Tujuannya untuk mendapatkan nira tapis sejernih mungkin dan
blotong (kotoran) yang dipisahkan dikembalikan ke peti tunggu
karbonatasi I
8. Sulfitator :
Bertujuan untuk menurunkan pH nira 6,8n -7,2 dengan
menggunakan gas SO2, karena nira encervakan diuapkan airnya
dengan pemanasan sehingga pH netral akan mengurangi
terpecahnya mono sakharida.
19
4/23/2014
Filter Press I
pH 10,5
CO2 400 CaO
Filter cake
Carbonator II
CO2 pH 8,6
To
Evapo
pH 7,0
Kursus Persiapan Chemiker
20
4/23/2014
PEMURNIAN OPTIMUM
• Adalah : berapa maksimum kotoran, dapat
dihilangkan pada reaksi proses pemurnian.
• Idealnya:
- Tahap I : pengendapan kotoran protein.
- Tahap II : Jenis lilin dihilangkan
- Tahap III: penghilangan zat organik (phospat,
sesquioxide)
21
4/23/2014
22
4/23/2014
23
4/23/2014
HYDRATE LIME Ca ( OH )2
KEMURNIAN TYPICAL 93% Ca(OH)2
BM = 74.1
24
4/23/2014
• Konsentrasi.
• Kandungan CaO.
• Dispersitas.
• Kecepatan pengendapan (settling test).
• Reaktivitas.
• Kandungan MgO.
Kursus Persiapan Chemiker
25
4/23/2014
26
4/23/2014
• Hartmann (Chen-Chou):
• Pembuatan: 1 volume SK 15Be + 7 volume NK brix 68,
waktu reaksi 5 menit
• pH larutan sakarat 11-11.5
27
4/23/2014
1) Residu setelah 10 menit < 4% dan setelah 1 jam < 2%, dikelompokkan dalam
kualitas baik.
2) Residu setelah 10 menit < 4% dan setelah 1 jam > 2%, dikelompokkan dalam
kualitas memuaskan.
3) Residu setelah 10 menit 4-10% dan setelah 1 jam < 2%, dikelompokkan dalam
kualitas memuaskan.
4) Residu setelah 10 menit 4-10% dan setelah 1 jam 2-7%, dikelompokkan dalam
kualitas meragukan.
Spesifikasi CaO
5) Residu setelah 10 menit 4-10% dan setelah 1 jam > 7%, dikelompokkan
dalam kualitas tidak memuaskan.
6) Residu setelah 10 menit 10-20% dan setelah 1 jam < 5%, dikelompokkan
dalam kualitas meragukan.
7) Residu setelah 10 menit 10-20% dan setelah 1 jam > 5%, dikelompokkan
dalam kualitas tidak memuaskan.
8) Residu setelah 10 menit > 20%, dikelompokkan dalam kualitas tidak
memuaskan.
28
4/23/2014
Tobong kapur :
• Adalah alat membuat kapur tohor (CaO) dan gas belerang (CO2).
• Kebutuhan tobong kapur sebesar 3.5 M3 isi tobong/100 ton
tebu/24 jam.
• Proses perpecahan batu kapur (CaCO3) menjadi kapur tohor (CaO)
dan gas CO2. pada suhu yang tinggi sekitar 1200 ͦC sehingga
dibutuhkan batu tahan api di dinding tobong.
29
4/23/2014
Pemadam kapur:
Kapasitas alat = 2.5 ton CaO/24 jam
- Panjang = 5 M, diameter 1.2 M, rpm = 5-6 m
30
4/23/2014
31
4/23/2014
• Gas hasil pembakaran belerang harus segera didinginkan, karena jika tidak
dilakukan maka secara teoritis suhu yg dihasilkan secara teoritis dapat dihitung
sbg fungsi dari persen SO2 yg dihasilkan di dalam ruang pembakaran. Pada
konsentrasi 11-12% SO2 yg dihasilkan, secara teoritis suhu dalam ruang
pembakaran dapat mencapai 1050-1100oC.
• Tekanan uap leburan belerang meningkat seiring dengan suhu yg naik dan jika
persentase belerang dalam campuran gas meningkat diatas nilai tertentu maka
pembakaran yg sempurna akan sulit tercapai.
• Jika pembakaran tidak sempurna, campuran gas uap belerang dan udara jika
suhu turun belerang akan mendeposit di permukaan pipa yg menghubungkan
pembakar belerang dengan tangki sulfitasi, yg umumnya disebut sebagai
sublimasi.
2 SO2 + O2 2 SO3
• Reaksi pembentukan SO3 dari SO2 merupakan reaksi eksotermis, semakin turun
suhu maka jumlah SO3 yg terbentuk semakin banyak pada kesetimbangan.
• Karena reaksi berjalan sangat lambat, persen SO3 dalam sulfur burner umumya
rendah. Persen SO3 dalam sulfur burner dapat meningkat, hal ini dapat
dikarenakan adanya efek katalis dari besi oksid yang mungkin terbentuk pada
permukaan dalam dinding burner atau karena adanya uap air dalam air.
32
4/23/2014
33
4/23/2014
Spesifikasi Belerang
Berikut adalah spesifikasi belerang yang digunakan di
beberapa pabrik gula di jawa (kandungan maksimum) :
Moisture 1 %
Ash 0.1 %
Bituminous substance 0.1 %
Arsenic 0.05 %
menara sulfitasi.
34
4/23/2014
Tobong belerang:
a. Proses pembakaran :
- Bahan pembantu proses yang berupa gas sulfit SO2 dibuat dari
belerang , dengan reaksi :
S + O2 SO2
Reaksi ini berlangsung dalam phase gas dan merupakan reaksi
“exoterm” yang mengeluarkan panas 2.216 kcal/kg S
35
4/23/2014
Reaksi pembakaran berlangsung pada suhu 363 ͦC, bila pada suhu > 900 ͦC
akan terjadi :
SO2 + O2 SO4
Sulfat yang terbentuk tidak disukai karena:
• Menaikan kadar garam kapur.
• Reaktivitas sulfat lebih tinggi sehingga perusakan gula dan alat lebih
banyak
• Menurunkan kualitas kristal SHS
Bila suhu lebih tinggi lagi , maka sulfit (bila tak ada oksigen) akan
dapat terpecah menjadi belerang bebas.
- Reaksi : SO2 S + O2
Kelebihan panas yang dapat menaikan suhu akan pula dapat menaikan
jumlah uap belerang yang terbentuk sehingga:
- Naiknya kebutuhan belerang.
- Pipa cepat buntu, (sublimasi)
36
4/23/2014
a. Pengering udara:
Untuk menghindari terbentuknya FeS maka udara harus kering.
Pengering menggunakan CaO yg diganti setiap 12 jam, karena CaO
higroskopis.
b. Pompa udara:
Tekanan pompa diatur 0,5 ato , dan harus teratur. Akibat tekanan yang
terlalu besar akan sublimasi.
c. Tobong belerang:
Ada 2 bentuk belerang yaitu lempengan dan granule. Gas yang keluar
dari tobong didinginkan dengan air pendingin sekitar 500 liter/jam
untu memperoleh suhu 80 C.
Untuk dapat mengurangi gangguan tekanan pada saat belerang masuk
dilakukan pencairan belerang atau melting
d. Sublimator:
Adalah bejana dengan selubung pendingin air dan didalamnya terdapat
zat padat (batu) yang kasar . Untuk mempermudah terjadinya
sublimasi. Kursus Persiapan Chemiker
37
4/23/2014
4). Flokulan
Flokulasi:-- Adalah suatu proses aglomerasi (penggumpalan), partikel2
terdestabilisasi menjadi flok dengan ukuran yang memungkinkan dapat
dipisahkan oleh sedimentasi dan filtrasi
38
4/23/2014
FLOKULASI
FLOCULANTION
Increased Settling due
to increased weight
Bridging of
Coagulated Particles
“Per Mr. Stokes”
39
4/23/2014
Hukum Stokes
V = 18.5D2 (S1 - S2)
Z
D = diameter partikel S1=Berat Jenis partikel
V = Kecepatan Settling
Z = Viskositas fluida
Kursus Persiapan Chemiker
40
4/23/2014
Hopper
KETERANGAN :
• Volume Cone/Hopper disesuaikan
Ball Stopper dengan jumlah volume flokulan yang
akan dilarutkan
• Pada dasarnya flokulan bersifat non-
korosif, sehingga semua jenis material
Pipa diameter ½”
dapat digunakan kecuali seng.
Direkomendasikan menggunakan
Lubang Udara Stainless Steel SUS 27
• Kapasitas Pompa disesuaikan dengan
Nipple diameter 1” kebutuhan air untuk melarutkan
(Tekanan Discharge Pompa 1 – 2
kg/cm2).
41
4/23/2014
Kadar phospat
• Hasil proses pemurnian yang baik, dibutuhkan
kadar phosphat dalam nira minimal antara 200
– 300 ppm.
• BOGSTRA, kadar phosphat bukan satu-satunya
faktor yang menentukan hasil proses
pemurnian.
P2O5
42
4/23/2014
Reaksi-Reaksi di Defekator
@ Peranan Phospat (P2O5)
• Komponen nira yang besar peranannya didalam proses defekasi adalah
phosphat.
• Phosphat berperan sebagai pengikat butiran / partikel hasil reaksi
penetralan serta penggumpalan koloid yang masih berukuran kecil
(lembut) sehingga berbentuk gabungan (agregasi) menjadi gumpalan
yang jauh lebih besar.
• phosphat akan berperan bersama dengan terbentuknya butiran
partikel hasil proses defekasi.
• Mudah dimengerti bahwa kebutuhan phosphat menjadi tergantung
dari jumlah butiran defekasi yang berbentuk.
• Dengan kata lain dipengaruhi banyak sedikitnya kotoran (= tinggi
rendahnya HK).
• DEFEKASI:
Phosphat : H3PO4 H2PO4- + H+
H2PO4- HPO4= + H+
HPO42- PO43- + H+
43
4/23/2014
SULFITATOR:
D. EQUIPMENT PEMURNIAN
Alat-alat utama St. Pemurnian:
1. Heating (shell and tube, Direct Contac Heater)
2. Koagulation (Defekator, in line mixer, venturi).
3. Flokulasi (induktor)
4. Settling (single Juice Clarifier, multy juice clarifier,
Halmagis)
5. Filtrasi (filter press, rotary vacum Filter, Rotary
pressure Filter).
6. Reaktor (Defekator, Sulfitator, Karbonator)
7. Flash tank , Lime slaker. Dapur belerang,
Kursus Persiapan Chemiker
44
4/23/2014
DETAIL HELICAL
12 cm
(berjumlah 6 bh)
FILTER PRESS
45
4/23/2014
46
4/23/2014
Orifice
47
4/23/2014
48
4/23/2014
7
2 3
Standartd Operational
Procedure
6
1. Kebersihan pipa (steam cracking / 2 hr)
2. Tekanan ube > 0,5 ato
1 3. Suhu steam 120 C
49
4/23/2014
1,5 inci
(Ø pipa kapur)
3 inci
(pipa nira kental)
2 – 5 cm
(dari ujung pipa kapur)
72 cm
(Panjang Static Mixer)
50
4/23/2014
51
4/23/2014
- Defekator I & II
STANDART
a. Sasaran : PERFORMANCE
- pH keluar defekator I = 6,8 – 7,2
- pH keluar defekator II = 8,6 – 9,5
b. Pendukung :
- Kekentalan susu kapur = 6 0 Be
- Kualitas susu kapur = Bebas grit
- Kerja kalkdozer apparat = Bekerja proporsional
- Ukuran nozle susu kapur = Sesuai perencanaan
- Rpm defekator I = 90
- Rpm defekator II = 350
- Sulfitasi NM / NK
a. Sasaran :
- pH nira mentah tersulfitir = 6,8 – 7,2
- pH nira kental tersulfitir = 5,6 – 5,8
b. Pendukung :
- Flow material = Kontinyu
- Flow gas SO2 = Kontinyu
- Pembersihan pipa SO2 = 1 Minggu
- Pembersihan electrode pH = 1 hari
52
4/23/2014
ST.Pemurnian
Rumus EP :
= BGnm – BGne x 100
BG nm
53
4/23/2014
PENGENDALIAN PROSES:
. pH
a) Debit Kontrol
Flow meter
Hydrated Lime
c) Open Control Process
pH meter display
Kursus Persiapan Chemiker
54
4/23/2014
. SUHU
Sight Glass
Cranchise
Standartd Operational
Procedure
6
1. Kebersihan pipa (steam cracking / 2 hr)
2. Tekanan ube > 0,5 ato
1 3. Suhu steam 120 C
55
4/23/2014
. TIME
Static Mixer
b) NPP
Gilingan 1
c) Uitputting
Vaccum Pan
Standartd Operational
Procedure
1
56
4/23/2014
3. Pengendapan:
a) Suhu nira tersulfiter >90 C
b) Flokulasi yang tepat.
c) Level nira.
d) Kecepatan pengendapan
e) Kerja main scraper.
4. Filtrasi:
a) Low dan high vacum (20/50).
b) Rpm drum (7mpp).
c) Mutu dan kuantum bagasilo.
d) Spray water mengabut).
e) Sirkulasi mud feed mixer.
57
4/23/2014
1. Susu Kapur :
a). Pemadaman dengan air panas.
b). Pengenceran dengan air dingin.
c). Be susu kapur 5 – 6.
2. Gas Belerang :
a). Warna api biru.
b). Suhu gas SO2, dimonitor dari suhu air
pendingin 70 C.
3. Floculant :
a). Melarutkan dengan air dingin
b). Titik injeksi pada arus laminer.
c). Dosis disesuaikan ( 3 ppm)
d). Pangaduk harus lambat( Idealnya dengan udara)
4. Asam Phospat :
a). Kontrol densitas larutan (1,6)
b). Diberikan dinira gilingan III.
c). Dosis disesuaikan hasil jar tes ( kandungan
phospat nm menjadi 300 ppm)
58
4/23/2014
59