Anda di halaman 1dari 15

ASPEK LEGAL

dan ETIK
KEPERAWATAN
Oleh kelompok 10:
1. Lavernas Laia
2. Desni Pretty Natalia Zai
3. Pauliza
AREA LIABILITAS POTENSIAL
• Pertanggung jawaban (liabilitas) adalah tanggung jawab
hukum atas tindakan seseorang atau kegagalan untuk bertindak
secara tepat. Tindak pidana dapat berupa pelanggaran yang
disengaja untuk melakukan tindakan yang dilarang maupun
kelalaian untuk tidak melakukan suatu tindakan yang diharuskan
oleh hukum.

• Perawat mungkin bertanggung jawab jika klien mendapat obat


yang salah dan mendapat bahaya (suatu "tindakan
pelanggaran"). Contoh tindak pidana pelanggaran lain dalam
keperawatan adalah berpartisipasi dalam aborsi ilegal,
berpartisipasi dalam eutanasia ("mercy killing"), dan melakukan
praktik keperawatan tanpa izin atau di luar batasan legal praktik
keperawatan Anda.

• Perawat juga bertanggung jawab jika klien tidak memperoleh


obat yang diresepkan dan mendapat bahaya ("tindakan
kelalaian"). Tindak pidana kelalaian mencakup tidak memberi
MALPRAKTIK
• Malpraktik adalah penanganan yang tidak tepat,
mencederai, atau salah terhadap klien, yang
mengakibatkan penyakit atau cedera. Bahaya
yang muncul dari tindakan atau kelalaian
tindakan individu yang memiliki lisensi dapat
disebut malpraktik. Perawat dianggap melakukan
malpraktik jika perilaku mereka menyimpang dari
standar perilaku yang normal atau yang
diharapkan dilakukan oleh individu yang berlatar
belakang pendidikan dan memiliki pengalaman
sama dalam situasi yang serupa.
Vestal, K.W. (l995) mengatakan bahwa untuk mengatakan
secara pasti malpraktik, apabila penggugat dapat
menunjukkan hal-hal dibawah ini :

1. Duty - Pada saat terjadinya cedera, terkait dengan


kewajibannya yaitu, Kewajiban mempergunakan segala ilmu
dan kepandaiannya untuk menyembuhkan setidak-tidaknya
meringankan beban penderitaan pasiennya
berdasarkan standar profesi. Hubungan perawat-klien
menunjukkan, bahwa melakukan kewajiban berdasarkan
standar keperawatan.

2. Breach of the duty – Pelanggaran terjadi sehubungan


dengan kewajibannya, artinya menyimpang dari apa yang
seharusnya dilalaikan menurut standar profesinya. Contoh
pelanggaran yang terjadi terhadap pasien antara lain,
kegagalan dalam memenuhi standar keperawatan yang
ditetapkan sebagai kebijakan rumah sakit.
3. Injury – Seseorang mengalami cedera (injury) atau
kemsakan (damage) yang dapat dituntut secara
hukum, misalnya pasien mengalami cedera sebagai
akibat pelanggaran. Kelalaian nyeri, adanya
penderitaan atau stress emosi dapat
dipertimbangkan sebagai, akibat cedera jika terkait
dengan cedera fisik. Proximate caused – Pelanggaran
terhadap kewajibannya menyebabkan atau terk
dengan cedera yang dialami pasien. Misalnya, cedera
yang terjadi secara langsung berhubungan. dengan
pelanggaran kewajiban perawat terhadap pasien).

4. Proximate caused – Pelanggaran terhadap


kewajibannya menyebabkan atau terk dengan
cedera yang dialami pasien. Misalnya, cedera yang
terjadi secara langsung berhubungan. dengan
pelanggaran kewajiban perawat terhadap pasien).
NEGLECTED
Neglected (kelalaian) didefinisikan sebagai bahaya yang
dilakukan terhadap klien akibat melalaikan kewajiban,
prosedur, atau tindakan kewaspadaan umum.
Perawat dapat dikatakan lalai dan dituntut atas kerusakan
karena salah satu alasan berikut:

• Melakukan prosedur keperawatan yang belum diajarkan.


• Gagal mengikuti protokol standar yang telah ditentukan
oleh kebijakan fasilitas dan manual prosedur.
• Tidak melaporkan peralatan yang rusak atau tidak
berfungsi.
• Gagal memenuhi standar perawatan yang aman untuk
klien, sesuai ketetapan.
• Gagal mencegah cedera pada klien, tenaga kesehatan lain,
dan pengunjung.
DELEGASI
Delegasi merupakan suatu pelimpahan wewenang dan
tanggung jawab formal kepada orang lain untuk melaksanakan
kegiatan tertentu.

Alasan pendelegasian dilakukan, diantaranya adalah:

• Memungkinkan atasan dapat mencapai lebih, dari pada mereka


menangani setiap tugas sendiri.
• Agar organisasi dapat berfungsi lebih efisien.
• Atasan dapat memusatkan tenaga kepada suatu tugas yang
lebih diprioritaskan.
• Pendelegasian memungkinkan manager perawat mencapai hasil
yang lebih baik dari pada semua kegiatan ditangani sendiri.
• Dengan pendelegasian, memungkinkan bawahan untuk tumbuh
dan berkembang, bahkan dapat dipergunakan sebagai bahan
informasi untuk belajar dari kesalahan atau keberhasilan.
Beberapa kegiatan dalam delegasi wewenang adalah:
• Manager perawat menetapkan dan memberikan
tugas dan tujuannya kepada orang yang diberi
pelimpahan;
• Manager melimpahkan wewenang yang diperlukan
untuk mencapai tujuan;
• Perawat yang menerima delegasi baik eksplisit
maupun implisit menimbulkan kewajiban dan
tanggung jawab.
• Manajer perawat menerima pertanggung jawaban
(akuntabilitas) atas hasil yang telah dicapai.
Cara manager melakukan delegasi, antara lain:

• Menetapkan tujuan dan sasaran yang realistis


• Membuat perencanaan ke depan dan mencegah
masalah
• Memberikan "reward" atas hasil yang dicapai
• Menyelaraskan tugas atau kewajiban dengan
kemampuan bawahan
• Jangan mengambil kembali tugas yang sudah
didelegasikan.
INFORMED CONSENT
Informed consent berarti bahwa uji, terapi dan
medikasi telah dijelaskan kepada individu, beserta
hasil, kemungkinan komplikasi dan prosedur alternatif.
Sebelum semua klien menerima terapi rutin,
prosedur diagnostik khusus, prosedur invasif, terapi
medis atau bedah khusus, atau terapi percobaan, ia
harus memberikan informed consent (persetujuan
tindakan).
Dokter dan semua tenaga kesehatan harus merasa
bahwa pemahaman klien terhadap tindakan yang
akan dilakukan dan kemungkinan hasil yang
diharapkan atau hasil yang menyimpang sudah cukup
memuaskan. Semua penyuluhan harus
didokumentasikan.
Klien atau wali hakim harus memahami dan
menandatangani formulir persetujuan sebelum
pelaksanaan semua prosedur. Pada situasi darurat
ekstrem tertentu, tidak satu orang pun ada untuk
memberi persetujuan.

Pada kasus ini, prosedur dapat dilakukan tanpa


persetujuan tertulis maupun persetujuan verbal
secara khusus. Meskipun demikian, masing-masing
fasilitas memiliki protokol khusus yang harus
dipatuhi.

Sebagai contoh, jika klien yang tidak sadar


masuk ruang UGD dan membutuhkan intervensi
bedah segera sebelum keluarga ditemukan,
beberapa fasilitas membolehkan dua dokter untuk
menandatangani persetujuan darurat. Dalam
Individu yang akan melakukan prosedur
bertanggung jawab penuh untuk memperoleh
persetujuan. Sebagai perawat, Anda harus
mengonfirmasi bahwa persetujuan yang telah
ditandatangani berada dalam rekam medis klien
sebelum melakukan semua prosedur.

Pada kasus pembedahan serius atau prosedur


yang mengancam jiwa, dokter biasanya yang harus
meminta dan memperoleh persetujuan. Mahasiswa
tidak boleh meminta persetujuan atau menjadi
saksi atas persetujuan yang diberikan.
Tujuan Informed Consent:

• Memberikan perlindungan kepada pasien terhadap tindakan


dokter yang sebenarnya tidak diperlukan dan secara medik
tidak ada dasar pembenarannya yang dilakukan tanpa
sepengetahuan pasiennya.

• Memberi perlindungan hukum kepada dokter terhadap suatu


kegagalan dan bersifat negatif, karena prosedur medik
modern bukan tanpa resiko, dan pada setiap tindakan medik
ada melekat suatu resiko ( Permenkes No.
290/Menkes/Per/III/2008 Pasal 3 ).
 
Dasar Hukum Informed Consent:

• UU No. 36 Tahun 2009 Pasal 56 tentang Kesehatan


• Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1998 Tentang tenaga
Kesehatan
• Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 159
b/Menkes/SK/Per/II/1998 Tentang RS
• Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
749A/Menkes/Per/IX/1989 tentang Rekam medis/ Medical
record
• Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 585/Menkes/Per/IX/1989
Tentang Persetujuan Tindakan Medis
• Kep Menkes RI No. 466/Menkes/SK dan standar Pelayanan
Medis di RS
• Fatwa pengurus IDI Nomor: 139/PB/A.4/88/Tertanggal 22
Februari 1988 Tentang Informed Consent.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai