MARET 2020
KEBIJAKAN AKREDITASI DAN
PERUMAHSAKITA
N DI
INDONESIA
DIREKTUR MUTU DAN AKREDITASI PELAYANAN
KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Disampaikan pada acara Workshop Peningkatan Mutu dan Keselamatan
Pasien (PMKP) dalam SNARS Edisi 1.1
Jakarta, 14 Februari 2020
Peraturan Perundangan
SURVEI AKREDITASI
Pedoman yang disusun oleh
Pemerintah dan/atau OP
TELAAH
DOKUMEN
SOP
Dokumen
Clinical Pathway PROSES PELAYANAN Bukti
Program
OBSERVASI SIMULASI
EXTERNAL
TELAAH
DOKUMEN AKREDITASI
MENILAI COMPLIANCE TERHADAP STANDAR,
BAIK STANDAR INPUT, STANDAR PROSES,
DAN STANDAR OUTPUT
STRATEGI NASIONAL
PENINGKATAN MUTU
DAN MANAJEMEN
RESIKO DI
RUMAH REPUBLIKSAKIT
DIREKTUR MUTU DAN AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN INDONESIA
Tahun Capaian
2005 Gerakan Keselamatan Pasien Rumah Sakit oleh PERSI dan Kementerian Kesehatan
Perjalanan 2008
2009
Permenkes tentang SPM (Standar Pelayanan Minimal) RS
Permenkes tentang Rumah Sakit Kelas Dunia dan JCI ditetapkan sebagai lembaga
Peningkatan 2012 Permenkes tentang akreditasi RS dan dimulainya implementasi akreditasi RS dengan
KARS versi 2012 (diadaptasi dari JCI edisi 4)
Kesehatan di 2016
dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi
Indonesia 2017
Kesehatan
KARS diakui oleh ISQUA sebagai badan akreditasi internasional dan diluncurkannya Standar
Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) Edisi 1
KHUSUS
pelayanan kesehatan yang kelola, struktur organisasi,
bermutu dan
mengutamakan keselamatan sumber daya dan peran
pasien-masyarakat seluruh komponen sistem
2. Meningkatkan kepatuhan kesehatan lainnya
seluruh penyedia pelayanan
pemerintah dan swasta 2. Meningkatkan komitmen
terhadap standar mutu pemerintah pusat, daerah
klinis dan keselamatan dan pemangku
pasien-masyarakat
kepentingan
3. Mendorong budaya
peningkatan mutu di 3. Mendorong pengukuran
fasilitas pelayanan mutu, penelitian dan
kesehatan dan pada pemanfaatan informasi
pelaksanaan program
kesehatan
strategis
4 Memberdayakan
pasien, keluarga dan
masyarakat
Kata Kunci
(PMKP, PPI,TKRS,
II. KELOMPOK MFK, KKS, MIRM)
STANDAR STANDAR
NASIONAL MANAJEMEN RS
AKREDITASI
RUMAH III. SASARAN
KESELAMATAN SKP
SAKIT
PASIEN
ED 1.1 PONEK
HIV/AID
IV. PROGRAM S TB
NASIONAL PPRA
GERIAT
RI
V. INTEGRASI
PENDIDIKAN IPKP
KESEHATAN
DALAM
KONSEP PMKP SNARS
EDISI 1.1
• Komite/Tim PMKP
Pengukuran Mutu NAsional
• PIC data
Peningkatan Mutu Pelayanan Klinis Prioritas
• Buku
referensi/literatur Peningkatan Mutu Unit
• Program PMKP
• Regulasi manajemen
Risiko
Pengurangan risiko yang sedang
berlangsung pada pasien, staf dan
lingkungan merupakan bagian
integral dari peningkatan mutu
secara keseluruhan
Meningkatkan mutu
secara keseluruhan
TUJUAN
PENINGKATAN dng terus menerus
MUTU &
KESELAMATAN mengurangi risiko
PASIEN terhadap pasien &
6 feb 2019
staf baik dalam
proses klinis
maupun lingkungan
FOKUS AREA PMKP
• Pengelolaan kegiatan
1
PMKP
.
• Pemilihan, pengumpulan, analisis & validasi
2
data IMUT
.
• Pelaporan dan analisis insiden keselamatan
3
pasien
.
• Pencapaian dan mempertahankan
4
perbaikan
.
• Manajemen
5
risiko.
.
PENGELOLAAN KEGIATAN
PMKP
BENTUK ORGANISASI
KOMITE/TIM
• Bentuk organisasi Komite/Tim mutu dan
keselamatan
pasien, belum diatur oleh Kementerian pasien
8 Feb 2020
PROGRAM PENINGKATAN
MUTU RS (TKRS 4
EP 1)
1 Rincian kegiatan
Program Peningkatan bisa jadi satu dng
Mutu Yan Klinis TOR Program
Prioritas PMKP, ttp bisa TOR
(TKRS 5 EP 1; PMKP 5 sendiri/sub TOR
EP1) program PMKP
2 Rincian kegiatan
PROGRAM PMKP Program jadi satu dng
RS (TKRS 4 peningkatan mutu
program kerja
EP1) Unit (PMKP 6 & TKRS
11) unit
Rincian kegiatan
3 bisa jadi satu dng
Program peningkatan Program Kerja unit
mutu diklit prioritas diklit, ttp bisa juga
(TKRS 5 EP 1) menjadi TOR/Sub
TOR sendiri, bisa
juga jadi satu dng
KEGIATAN PROGRAM PMKP
11.Budaya keselamatan
13.Manajemen risiko
ANALISIS DIBANDINGKAN
• Run chart
• Control
DATA (PMKP
• Didlm
7.1 EP 4)RS/tren
chart
• Pareto
• Indikator mutu • Dng rs lain/data • Bar
Kemenkes based diagram PMKP 7.1
• Indikator mutu external EP 3
prioritas RS • Dng standar Metode statistik
• Indikator mutu unit • Dng praktik
• Indikator mutu terbaik
lainnya
Pengumpula Analisis Laporan
n data (TKRS
data (PMKP 7, (PMKP 7.1; 4.1, PMKP 7.1
7.1) 7.2) EP 6)
• Data IKP Validasi data
• Data PPI Untuk IAK
• Data Kecelakaan baru/ada Dir RS &
kerja (?) perubahan & data PEMILIK RS
yang di publikasi
(PMKP 8)
1
Kepatuhan Penggunaan
1 Kepatuhan Identifikasi 7 Formularium Nasional
. Pasien; . > hanya utk--RS provider
(FORNAS);
BPJS
2 Emergency Respon Time 8 Kepatuhan Cuci
. (EMT); . Tangan;
Kepatuhan Upaya
3 Waktu Tunggu Rawat 9 Pencegahan Risiko Cedera
. Jalan; . Akibat Pasien Jatuh
Kepatuhan terhadap
4 Penundaan Operasi 1 Clinical Pathway;
. Elektif; 0
38
2
INDIKATOR MUTU
PRIORITAS RS
39
Dasar pemilihan Penetapan Peningkatan mutu
Mutu Prioritas pelayanan klinis
prioritas
Misi RS dan Tujuan
Tetapkan Tujuan dan
Strategi RS (RS
sasaran
rujukan regional)
Data Permasalahan Tetapkan unit-2 tempat
di RS (Problem implementasi
prone) peningkatan mutu pelayanan klinis
Sistem & Proses yg Tetapkan 5prioritas
standar pelayanan
bervariasi dlm kedokteran sesuai dng pelayanan klinis
penerapan (High yg dipilih & evaluasi kepatuhannya
volume)
Sistem yan klinis Tetapkan IAK, IAM, ISKP di unit-unit
kompleks yg perlu sebagai tempat implementasi
efisiensi (High Cost- pelayanan klinis prioritas
High risk)
Analisa capaian imut, kepatuhan
Standar yan kedokteran analisa
Dampak perbaikan
dampak perbaikan dan efisisensi
Riset Klinis
sistem ke &
seluruh KENDALI MUTU DAN KENDALI BIAYA DI
pendidikan
unit di RS RS & UNIT-2
8 Feb 2020
profesi kesehatan
Pelayanan Klinis
Prioritas
Pelayanan
spesialistik
Monitoring Kepatuhan 5
PPK
6. Pelaporan
IMUT PELAYANAN KLINIS PRIORITAS
INDIKATOR MUTU
UNIT
Indikator mutu nasional
(bila sumber data di unit)
• Penetapan indicator
• Monitoring mutu
INDIKATOR MUTU UNIT LAINNYA
DALAM SNARS EDISI
1.1
48
INDIKATO Pengumpulan
PROGRAM
R MUTU data
KENDALI MUTU
LABORAT analisis dan
LABORATORIUM
O- RIUM rencana
(AP 5.1 EP 4)
perbaika
n
49
INDIKATOR MUTU PONEK
(PROGRAM NASIONAL STANDAR
1 EP 6)
Pelaporan dan analisis meliputi :
• angka keterlambatan operasi section caesaria (SC) ( > 30
menit)
Imut OK
• angka keterlambatan penyediaan darah ( > 60 menit)
Imut BDRS
• angka kematian ibu dan bayi Imut OK, VK, Ruang
bayi/rawat inap, NICU
• kejadian tidak dilakukannya instalasi menyusui dini (IMD)
50
INDIKATOR MUTU PONEK
(PROGRAM NASIONAL STANDAR
1 EP 6)
Pelaporan dan analisis meliputi :
52
INDIKATOR MUTU PAB 2.1
6) Indikator Phlebitis
Penilaian kinerja
klinis
Regulasi
Bukti Hasil
proses proses Bukti 5 evaluasi
pemiliha PPK kepatuha
pemiliha sudah n DPJP
n 5 PPK
n yg akan dilaksan terhada
di a kan p PPK
evaluasi
evaluasi
5 PPK
Standar TKRS 6
Para kepala bidang/divisi di RS
bertanggung jawab untuk
mengkaji/review, memilih, dan
memantau kontrak klinis dan kontrak
manajerial
KONTRAK RS DALAM
SNARS ED 1.1
• KONTRAK MANAJEMEN:
• meliputi kontrak untuk alat laboratorium, pelayanan akuntansi keuangan, kerumah
tanggaaan seperti sekuriti, parkir, makanan, linen/laundry, pengolah limbah sesuai
kebutuhan RS.
• KONTRAK KLINIS:
• Kontrak yan klinis
• bisa berhubungan PPA misalnya, kontrak perawat untuk perawatan kritis, home
care, dokter tamu/dokter paruh waktu, dll
• kontrak harus menyebutkan bahwa PPA tsb memenuhi persyaratan yang ditetapkan
RS dan peraturan perundang-undangan.
• RS harus mempunyai regulasi kontrak klinis yang antara lain meliputi kredensial,
rekredensial dan penilaian kinerja.
Tetapkan Indikator
KONTR
indikator mutu
AK mutu Unit
62
- Respon Time
Kerusakan
KSO alat 1X Indikator mutu
Laboratori 24 Jam Unit
um Laboratorium
- Pemeliharaan
alat 1
bulan/kali
63
Indikator
Kontr Indikator
mutu
ak mutu unit
Komite
Ka Laporan
PMKP
Bid/divisi ke Komite
melakukan
Melakukan PMKP
Analisa
RTL
data
64
Profil
Memilih/
Melengkapi indikator
menetapka
dng profil adalah
n Indikator
indikator regulasi utk
mutu
setiap
indikator
65
INDIKATOR MUTU YANG ADA DI
SISMADAK
12 Indikator Mutu WAJI
Nasional B
• 79 Indikator Mutu Area
Dapat dipilih rs utk
Klinik
imut prioritas dan
• 11 Indikator Mutu Area
imut unit
Manj
• 6 Indikator SKP
Indikator yang Jumlah tidak
dipilih RS terbatas
Pengumpul Rekapitul Input data
an asi di
data data sismadak
Upload
Benchma Komite
dokumen
rk PMKP
pendukun
data Supervisi
g
67
POLA PIKIR RS TERHADAP
AKREDITASI
1. ADMINISTRATIVE:
• PIMPINAN SETENGAH HATI
• SEKEDAR MEMENUHI KEWAJIBAN
• PESTA KEMBANG API
• IKP DIABAIKAN
2. RISK MANAGEMENT:
• PIMPINAN SEPENUH HATI PMKP BERJALAN DGN BAIK
QUALITY • SISMADAK TELAH DIGUNAKAN
IMPROVEMENT • IDENTIFIKASI RISIKO
• MONITORING KEPATUHAN KARYAWAN THD SPO -> ASESOR
INTERNAL REDOWSKO DIGUNAKAN
• IKP SEBAGAI LEARNING PROCESS
RISK MANAGEMENT
3.
• KOMITMEN TOTAL
ADMINISTRATIVE
• PMKP
QUALITY IMPROVEMENT
DITEKUNI DAN DIJALANKAN DGN BENAR
• PEMANFAATAN T.I UNTUK MENDUKUNG PELAYANAN
• SISMADAK DAN IMUT DIKERJAKAN DGN BAIK DAN BENAR
• IMUT DIGUNAKAN SBG UPAYA PENINGKATAN MUTU
• LEARNING CULTURE
BAGAIMANA AGAR STAF RS DAPAT
MEMATUHI DAN MENG
IMPLEMENTASIKAN
STANDAR AKREDITASI DENGAN
BAIK ?
1. Peran Pimpinan
Rs Dalam Snars
2. Sistem Monev Yg Dilakukan
Oleh Asesor Internal
3. Penggunaan Teknologi
Digital REDOWSKO
4. Keterlibatan seluruh staf dlm
akreditasi learning culture ASESOR
INTERNAL
KONSEP DASAR
RISIKOsesuatu yang bernilai,
Resiko adalah potensi kehilangan
Setiap usaha manusia membawa beberapa risiko, namun ada juga yang
jauh lebih berisiko daripada yang lain. [1]
RISI
•KOpotensi kehilangan sesuatu yang
bernilai
• interaksi yang disengaja dengan
ketidak pastian
• Persepsi risiko adalah penilaian
subjektif
• RISIKO HUKUM
• RISIKO PROPERTY
• RISIKO KESEHATAN/JIWA
PENDEKATAN SNARS
ED 1.1
TERHADAP
MANAJEMEN RISIKO
Sasaran Keselamatan
Pasien
Standar Pelayanan
STANDARIS Berfokus Pasien
ASI Strukt
ur/ Standar
input Manajemen RS
Program Nasional
PENINGKATAN Pros
MUTU RS es Integrasi Pendidikan
dalam SNARS Edisi kesehatan dalam
1.1 pelayanan di RS
Outp
ut Kepatuhan
PENGUKUR
impelementasi standar
AN
dipantau dng
MUTU menggunakan Indikator
Mutu
Standarisasi
menggunakan
Pendekatan
risik 13
KONSEP PENINGKATAN MUTU DALAM
SNARS EDISI 1.1 Indikator
Indikator • IAK * Input
Mutu • IA * Proses
Nasional M * Output/
Indikat Indikator * Outcom
or Mutu SKP
e
Mutu Prioritas
RS
Indikator mutu Unit/ • Unit kerja di RS :
Penilaian IRJ, IRI, dll
• Unit yg di
kinerja unit/IKU
outsourcing
(PMKP 6, TKRS
(TKRS)
Penilai 11.1) • Dokter
an Representasi • Perawat
SIRSAK
APLIKASI
ReDOWSK
o
S.E.P DAN V CLAIM E-GOS SISRUTE DAN SIRANAP
BPJS KEMENKES KEMENKES
BILLING
PASIEN
TIDAK
AKURAT
KOMPONEN PROGRAM MANAJEMEN
RISIKO DALAM SNARS ED 1.1
1) Identifikasi risiko,
2) Prioritas risiko,
3) Pelaporan risiko,
4) Manajemen risiko
b) Risiko jatuh
c) Pengendalian Infeksi
d) Gizi
37
Risk management process
overview
TEGAKKAN KONTEKS
ASESMEN
RISIKO EVALUASI RISIKO
KELOLA RISIKO
RISK REGISTER
KESIMPUL
AN
• RISIKO DAN KERUGIAN BISA MENIMPA PASIEN,
RS,DIREKSI,STAF MEDIS, STAF RS
• JABATAN DIREKTUR RS ADALAH JABATAN YG
BERISIKO TINGGI, BILA, DIREKTUR TAK MEMAHAMI
IMPLEMENTASI PERATURAN PERUNDANGAN
DALAM PELAYANAN KESEHATAN
• IMPLENTASI PERATURAN PERUNDANGAN DALAM HOT SEAT
PELAYANAN KESEHATAN TERDAPAT DALAM
SNARS ED 1.1
• SNARS DIDISAIN AGAR RS TERHIDAR DARI
KEMUNGKINAN RISIKO DAN KERUGIAN YANG
BISA TERJADI DI RUMAH SAKIT
KARS
WS PMKP
Regulatory Framework
“Safety is a
Etik fundamental principle
of patient care and a
critical component of
• Mutu Quality Management.”
4 Fondasi Kebutuhan •
Patient
PPA Asuhan pasien Pasien
Safety (World Alliance for Patient
• Asuhan Medis
Safety, Forward Programme,
• Asuhan
EBM WHO,
Keperawatan 2004)
• Asuhan Gizi • Evidence Based Medicine
• Asuhan Obat VBM • Value Based Medicine
KARS
(Nico A Lumenta & Adib A Yahya, 2012)
3
3.
1. Upaya Umum Upaya Khusus 2.
Pelaporan
(Klasik) (Baru)
IKP
Keselamatan Keselamatan
Diagnostik
Pasien Pasien
Solusi
4.
Taksonomi Keselamatan Pasien
Definisi, Sistematika, Klasifikasi
Upaya Khusus (Baru) Keselamatan Pasien
* 7 LANGKAH MENUJU KESELAMATAN PASIEN RS
2.
Pasal 43 :
Pasal 19
(1)Fasilitas pelayanan kesehatan harus melakukan pelaporan Insiden, secara online atau tertulis kepada
Komite Nasional Keselamatan Pasien sesuai dengan format laporan tercantum pada
Formulir 2 dan Formulir 3 Peraturan Menteri ini.
(2)Pelaporan Insiden sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan setelah dilakukan
analisis, serta mendapatkan rekomendasi dan solusi dari tim Keselamatan Pasien fasilitas
pelayanan kesehatan.
(3)Pelaporan insiden sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk menurunkan insiden
dan mengoreksi sistem dalam rangka meningkatkan Keselamatan Pasien dan tidak
untuk menyalahkan orang ( non blaming ).
(4)Pelaporan insiden sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dijamin keamanannya, bersifat
rahasia, anonim (tanpa identitas), dan tidak mudah diakses oleh orang yang tidak berhak.
Standar PMKP 9 5ep
Rumah sakit menetapkan sistem pelaporan insiden keselamatan
pasien baik internal maupun eksternal.
Maksud dan Tujuan PMKP 9
-Insiden keselamatan pasien (IKP) yg selanjutnya disebut insiden adalah setiap kejadian yg tidak disengaja dan kondisi yg
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yg dapat dicegah pada pasien, terdiri dari kejadian tidak diharapkan
(KTD), kejadian nyaris cedera(KNC), kejadian tidak cedera(KTC), kejadian potensial cedera(KPC) dan kejadian sentinel.
-Pelaporan insiden keselamatan pasien yg selanjutnya disebut pelaporan insiden adalah suatu sistem untuk
mendokumentasikan laporan IKP, analisis dan solusi untuk pembelajaran. Sistem pelaporan diharapkan dapat mendorong
individu di dalam RS untuk peduli akan bahaya atau potensi bahaya yg dapat terjadi pada pasien. Pelaporan juga penting
digunakan untuk memonitor upaya pencegahan terjadinya kesalahan (error) shg dapat mendorong dilakukan investigasi. Di
sisi lain pelaporan akan menjadi awal proses pembelajaran untuk mencegah kejadian yg sama terulang kembali.
-RS menetapkan sistem pelaporan insiden a.l. meliputi:
a. kebijakan,
b. alur pelaporan,
c. formulir pelaporan
d. prosedur pelaporan
e. insiden yang harus dilaporkan yaitu kejadian yang sudah terjadi, potensial terjadi ataupun yang nyaris terjadi
f. siapa saja yang membuat laporan
g. batas waktu pelaporan
-Selain laporan internal, RS juga wajib membuat laporan ke Komite Nasional Keselamatan Pasien
sesuai peraturan perUUan dan dijamin keamanannya, bersifat rahasia, anonim (tanpa identitas), tidak
mudah diakses oleh yang tidak berhak. Disamping itu juga RS wajib membuat laporan sentinel ke
Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) melalui SISMADAK dalam waktu 5x24 jam. Agar pelaporan
dapat berjalan baik, maka RS perlu melaksanakan pelatihan bagi para staf mengenai sistem
pelaporan dan cara investigasi termasuk melakukan analisa akar masalah (AAM/RCA) dan
mengirimkan kepada KARS melalui SISMADAK paling lama 45 hari. Pelaporan ini bertujuan agar
rumah sakit dapat melakukan proses pembelajaran.
-Dengan adanya pelaporan ekternal tsb, berarti RS telah ikut berpartisipasi dalam penyediaan data
nasional angka IKP, pembelajaran untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien bagi
RS lain dan ditetapkannya langkah2 praktis keselamatan pasien untuk RS di Indonesia.
Maksud dan Tujuan PMKP 9.1
-Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius.
Setiap RS menetapkan definisi operasional kejadian sentinel paling sedikit meliputi:
a) Kematian yang tidak diduga, termasuk, dan tidak tidak terbatas hanya,
Kematian yg tidak berhubungan dng perjalanan penyakit pasien atau kondisi pasien (contoh, kematian setelah
infeksi pasca operasi atau emboli paru paru)
Kematian bayi aterm
Bunuh diri
b) Kehilangan permanen fungsi yang tidak terkait penyakit pasien atau kondisi pasien
c) Operasi salah tempat, salah prosedur, salah pasien
d) Terjangkit penyakit kronik atau penyakit fatal akibat transfusi darah atau produk darah atau
transplantasi organ atau jaringan
e) Penculikan anak termasuk bayi atau anak termasuk bayi dikirim ke rumah bukan rumah orang tuanya
f) Perkosaan, kekejaman di tempat kerja seperti penyerangan (berakibat kematian atau kehilangan fungsi
secara permanen) atau pembunuhan (yang disengaja) atas pasien, anggota staf, dokter, mahasiswa
kedokteran, siswa latihan, pengunjung atau vendor/pihak ketiga ketika berada dalam lingkungan RS (lihat
juga KKS 8.2).
-Definisi kejadian sentinel termasuk yang ditetapkan seperti diuraikan mulai dari huruf a) s/d
f) dapat ditambahkan sesuai ketentuan peraturan perUUan yang ada atau kejadian yang
menurut pandangan RS harus ditambahkan sebagai kejadian sentinel.
-Semua kejadian yg sesuai dengan definisi harus dilakukan Analisis Akar Masalah (RCA=Root
Cause Analysis). Analisis dan rencana tindakan selesai dalam waktu 45 hari setelah kejadian.
Tujuan AAM (Analisa akar masalah) adalah agar rumah sakit dapat mengerti dengan baik dan
komprehensif asal kejadian. Apabila AAM menunjukkan perbaikan sistem atau tindakan lain dapat
mengurangi risiko seperti itu terjadi lagi, rumah sakit merancang ulang proses dan mengambil
tindakan yang perlu dilakukan. Kejadian sentinel bukan indikator terkait dengan pelanggaran hukum
(lihat juga TKRS 4.1).
-Penting untuk diperhatikan bahwa istilah kejadian sentinel tidak selalu mengarah pada kepada
kekeliruan (error) atau kesalahan (mistake) maupun memberi kesan pertanggungjawaban legal
(liability) tertentu
Maksud dan Tujuan PMKP 9.3
Rumah sakit menetapkan definisi KNC dan KTC, serta sistem pelaporan, proses
mengumpulkan dan analisis data untuk dilakukan kajian untuk perubahan dari
proses agar dapat mengurangi atau menghilangkan KNC dan KTC (lihat juga PKPO
7.1).
Langkah 1: Klik
menu “Laporan
IKP”
Langkah 2:
Klik tanda + untuk
menambahkan/melakuka
n pendataan baru
Data hanya bisa tersimpan
kalau akun untuk Bridging
dengan SIKARS adalah valid.
Silakan cek konfigurasinya di
menu “Sistem -> Konfigurasi”
Langkah 3:
Klik tombol “Submit”
untuk menyimpan
data
(49 hal)
SISTEM PELAPORAN
INSIDEN KESELAMATAN PASIEN
DI RUMAH SAKIT
Pendahuluan
1
59
Laporan Insiden Keselamatan Pasien
*Lapor IKP ke :
http://sirs.yan
kes.kemkes.g
o.id/sp2rs/l
ogi n.html.
(SE 10 Sept 2019)
*Username &
Password
minta ke:
patientsafety
k
emkes@gmail
.com
(SE 10 Sept 2019)
Permohonan Username dan Password
Kepada Sekretariat Komite Keselamatan Pasien RS
Subdit Pelayanan Medik dan Keperawatan
Ruang 409 Lantai 4 Gedung B Kementerian Kesehatan RI
Di Jakarta
Email :
yanmedikwat@gmail.com
dan dibalas paling lambat 2 x *Username &
24 jam (hari kerja) Password
minta ke:
Contact Person : patientsafety
dr Wita 08118403372 k emkes@
dr Tety 082113011676 gmail
.com
(SE 10 Sept 2019)
65
www.yankes.kemkes.go.id
4. EVALUASI PELAPORAN INSIDEN KPRS Ujicoba E-Reporting di 40 RS (2015)
RS Kelas A 12 2
RS Kelas B 2 14
RS Kelas C -- 4
Jumlah 14 20
1 Maret 2015
Launching saat Rakerkesnas
Di Jakarta
Sudah disosialisasikan untuk Bekerjasama dengan
rs rujukan regional terpilih dan KKPRS dan KARS dalam
disampaikan ke Dinas Propinsi keharusan semua RS
se Indonesia melakukan e -reporting
Evaluasi Data
Insiden Keselamatan Pasien RS secara online
2015 2016
Dari data tahun 2015 yang bisa Dari data tahun 2016 yang bisa diolah terkait
diolah terkait keselamatan pasien keselamatan pasien ada 588 Insiden dari 668 laporan
ada 189 Insiden dari 289 laporan insiden yang masuk sampai dengan Desember 2016
2017 2018
tahun 2017 terdapat 1647 tahun 2018 (januari sd Juni 2018 terdapat 1135 lap) ,
laporan yang diolah 1494 laporan yg dpt diolah 1093
100
Data Januari-Juli 2018
90
80
70
60
94
50
40 65
30
44
20
14
10
0
2015 2016 2017 2018
1%
4%
3% 5%
2%
7%
5%
4% 3% 2%
6% 1%
8%
3%
1,22
%
3%
Bila Keselamatan Pasien tidak dijadikan
“Sahabat” Rumah Sakit, cepat atau
lambat dia akan berbalik menjadi
“Musuh” Rumah Sakit.
(Nico Lumenta, 2008)
PERAN PENILAIAN KINERJA
STAF KLINIS
DALAM PENINGKATAN
MUTU PELAYANAN
PENILAIAN KINERJA STAF
• KLINISBERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI mulai dari
DISARANKAN
pengumpulan, pelaporan, analisis, validasi,
serta publikasi data
• MEMILIKI SISTEM MANAJEMEN DATA TERITEGRASI TD:
– Indikator mutu unit dan indikator mutu prioritas RS
– Pelaporan insiden keselamatan pasien
– Data hasil monitoring kinerja staf klinis (bila
monitoring kinerja menggunakan indikator
mutu)
– Data hasil pengukuran budaya keselamatan
MAKSUD DAN TUJUAN KKS 11
TINDAKANNYA:
• DALAM BENTUK NASEHAT,
• MENEMPATKAN KEWENANGAN TERTENTU DIBAWAH
SUPERVISI,
• PEMBATASAN KEWENANGAN, ATAU TINDAKAN LAIN UNTUK
MEMBATASI RISIKO TERHADAP PASIEN DAN UNTUK MENINGKATKAN
MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN.
TUJUAN MONITOR DAN EVALUASI
BERKELANJUTAN
1. PERILAKU,
2. PENGEMBANGAN PROFESIONAL
3. KINERJA KLINIS.
1. PENILAIAN PERILAKU
Staf medis adalah model dalam menumbuhkan budaya aman (safety culture)
Budaya aman:
1. Partisipasi Penuh Dari Semua Staf Untuk Melaporkan Bila Ada Insiden
Keselamatan Pasien, Tanpa Ada Rasa Takut Untuk Melaporkan Dan Disalahkan
(No Blame Culture).
30
Pengertian:
Asuhan Pasien 4.0 : adalah asuhan pasien, yang modern, terkini di
Rumah Sakit dan distandarkan dalam SNARS Edisi 1,
Berbasis Pelayanan Berfokus Pasien / PCC dan Asuhan
1 Pasien Terintegrasi
(KARS, 2018)
Asuhan Pasien Terintegrasi :
Triple Aim PCC
PP
A *Sasaran
Kebutuha
PPA*
MPP
n Pasien
Pasien
PAP 2.1.
*Harapan/
/ Case Mgr
Sistem Sasaran
Pendukung
Keluarga,Teman
Pasien*
, RT-Tetangga
dsb AP 1, ARK 1,
1. Pemahaman Pasien ttg asuhan HPK 2.2.
(penyakit,tindakan)
2. Kepuasan pasien
3. Kemampuan mengambil keputusan • Penerapan PCC >
*Sasara terkait asuhan
4. Keterlibatan & pemberdayaan
• Kolaborasi PPA >
n 5. Kepatuhan thd PPA • Kendali mutu asuhan
6. Kemandirian pasien • Kendali biaya asuhan
MPP*
ARK 3.1. 7. Dukungan keluarga/yg lain pasien • Kendali safety asuhan
8. Pemulangan aman
9. Kesesuaian asuhan dgn
kebutuhannya
(Nico Lumenta, 2019) 10. Kesinambungan
pelayanan
Segitiga Sasaran PCC
“Triple Aim PCC”
Harapan/Sasaran terkait
1. Diagnosis
2. Terapi, Obat,
1. Pemahaman Pasien ttg asuhan
Tindakan
(penyakit,tindakan) 3. Fungsi Fisik, Mental
2. Kepuasan pasien 4. Lain2
3. Kemampuan mengambil
keputusan terkait asuhan
4. Keterlibatan & pemberdayaan
5. Kepatuhan thd PPA *Sasaran
6. Kemandirian pasien
7. Dukungan keluarga/yg lain MPP* ARK 3.1.
pasien
8. Pemulangan aman (Nico Lumenta, 2019)
9. Kesesuaian asuhan dgn
Dimensi Budaya Mutu dan Safety
dalam Standar Akreditasi RS
ASUHAN PASIEN
RISIKO SAFETY
MUTU
KARS (Nico Lumenta, 2015)
ASUHAN PASIEN Dimensi Budaya
Good Patient Care
Patient Centered Care
Quality dan Safety
dalam Standar Akreditasi RS
Asuhan Pasien Terintegrasi
PPA sebagai Tim, Kolaborasi
Interprofesional + Kompetensinya
Berpartner dgn Pasien SAFETY
DPJP sebagai Clinical Leader • Just Culture
MDR - Multidisciplinary Round • Reporting Culture
BPIS • Learning Culture
• Informed Culture
RISIKO • Flexible Culture
RS institusi yg kompleks dan high risk • Generative Culture (MaPSaF)
: asuhan multi PPA, multi budaya, • 7 Standar KP, 6 SKP, 7 Langkah
multi regulasi, legal, finance, SD KPRS, 13 Program WHO-PS
Risk Register
Matrix Grading
MUTU
FMEA
Good Corp Governance Leadership
Situational Awareness Good Clinical Governance
RCA Standarisasi Input-Proses-Output-
Outcome
Pengukuran Mutu
PDCA
(Nico Lumenta, 2015)
Safety Culture Definition
The safety culture of an organization is the • Budaya keselamatan suatu (RS)
product of individual and group values, organisasi adalah hasil dari nilai2
attitudes, perceptions, competencies, and individu dan kelompok, sikap, persepsi,
patterns of behavior that determine the kompetensi, dan pola perilaku yg
commitment to, and the style and menentukan komitmen terhadap, dan
proficiency of, an organization’s health and gaya serta kemampuan, manajemen
safety management. pelayanan kesehatan dan keselamatan
Organizations with a positive safety culture RS.
are characterized by communications • RS dengan budaya keselamatan positif
founded on mutual trust, by shared dicirikan oleh komunikasi atas dasar
perceptions of the importance of safety, and saling percaya, dengan persepsi yang
by confidence sama tentang pentingnya keselamatan,
in the efficacy of preventive measures. dan yakin akan manfaat langkah2
pencegahan.
Culture Definition
The Joint Commission defines cultue of • Budaya keselamatan adalah produk dari
safety as, keyakinan, nilai, sikap, persepsi, kompetensi,
A safety culture is the product of individual dan pola perilaku, dari individu dan kelompok
and group beliefs, values, attitudes, yang menentukan komitmen (RS) organisasi
perceptions, competencies, and patterns terhadap mutu dan keselamatan pasien.
of behavior that determine the • RS dengan budaya keselamatan yang kuat
organization’s commitment to quality and ditandai dengan komunikasi yang dibangun
patient safety. [Organizations with] a
atas dasar saling percaya, dengan berbagi
persepsi tentang pentingnya keselamatan,
robust safety culture are char-acterized by dan dengan keyakinan akan kemanjuran
communications founded on mutual trust, langkah-langkah penting
by shared perceptions of the importance of
safety, and by confidencein the efficacy of
eventive measures.
(Yu A, Flott K, Chainani N, Fontana G, Darzi A. Patient Safety 2030. London, UK: NIHR Imperial Patient Safety
Translational Research Centre, 2016.)
1/3
11 Tenets of a Safety Culture (JCI)
11 Prinsip Budaya Keselamatan
1.Apply a transparent, nonpunitive approach 1.Terapkan pendekatan yang transparan dan tidak
to reporting and learning from adverse menghukum dan belajar dari insiden keselamatan,
events, close calls and unsafe conditions. KNC dan kondisi tidak aman.
2.Use clear, just, and transparent risk-based 2.Gunakan proses berbasis risiko yang jelas, adil, dan
processes for recognizing and distinguishing transparan untuk mengenali dan membedakan
human errors and system errors from kesalahan manusia dan kesalahan sistem dari
unsafe, blameworthy actions. tindakan yang tidak aman, atau yg patut disalahkan.
3.CEOs and all leaders adopt and model 3.CEO dan semua pemimpin mengadopsi dan
appropriate behaviors and champion efforts memodelkan perilaku yg sesuai dan
to eradicate intimidating behaviors. memperjuangkan upaya untuk memberantas
4.Policies support safety culture and the perilaku mengintimidasi.
reporting of adverse events, close calls and 4. Kebijakan mendukung budaya keselamatan dan
unsafe conditions. These policies are pelaporan insiden keselamatan, KNC dan kondisi
enforced and communicated to all team tidak aman. Kebijakan ini ditegakkan dan
members. dikomunikasikan
KARS
kepada semua anggota tim.
2/3
11 Tenets of a Safety Culture (JCI)
11 Prinsip Budaya Keselamatan
5.Recognize care team members who 5.Kenali anggota tim asuhan yang melaporkan
report adverse events and close calls, who insiden keselamatan dan KNC, yang
identify unsafe conditions, or who have mengidentifikasi kondisi tidak aman, atau yang
good memiliki baik saran untuk peningkatan
suggestions for safety improvements. keselamatan. Bagikan "pelajaran gratis" ini dengan
Share these “free lessons” with all team semua anggota tim (mis., umpan balik).
members (i.e., feedback loop). 6.Tentukan ukuran dasar organisasi untuk kinerja
6.Determine an organizational baseline budaya keselamatan menggunakan alat yang
measure on safety culture performance divalidasi.
using a validated tool. 7.Menganalisis hasil survei budaya keselamatan
7.Analyze safety culture survey results dari seluruh unit di RS untuk menemukan peluang
from across the organization to find untuk peningkatan kualitas dan keselamatan.
opportunities for quality and safety
improvement.
KARS
3/3
11 Tenets of a Safety Culture (JCI)
11 Prinsip Budaya Keselamatan
8.Use information from safety assessments 8.Gunakan informasi dari penilaian keselamatan
and/or surveys to develop and implement dan atau survei untuk mengembangkan dan
unit-based quality and safety improvement menerapkan kualitas berbasis unit, dan inisiatif
initiatives designed to improve the culture peningkatan keselamatan yang dirancang untuk
of safety. meningkatkan budaya keselamatan.
9.Embed safety culture team training into 9.Tanamkan pelatihan budaya tim keselamatan ke
quality improvement projects and dalam peningkatan kualitas proyek dan proses
organizational processes to strengthen organisasi untuk memperkuat sistem
safety systems. keselamatan.
10.Proactively assess system strengths and 10.Secara proaktif menilai kekuatan dan
vulnerabilities, and prioritize them for kerentanan sistem, dan memprioritaskannya
enhancement or improvement. untuk perbaikan atau peningkatan.
11.Repeat organizational assessment of 11.Ulangi evaluasi budaya keselamatan setiap 18
safety culture every 18 to 24 months to hingga 24 bulan untuk meninjau kemajuan dan
review progress and sustain improvement. mempertahankan
KARS
peningkatan.
4/5
Budaya Keselamatan – 6 Ranah :
1. Establish a compelling vision for 1. Menetapkan visi yang meyakinkan untuk
safety. keselamatan.
2. Build trust, respect, and 2. Bangun kepercayaan, rasa hormat, dan
inclusion. inklusi.
3. Select, develop, and engage 3. Memilih, mengembangkan, dan
your Board. melibatkan Dewan.
4. Prioritize safety in the 4. Prioritaskan keselamatan dalam
selection pemilihan dan pengembangan
and development of leaders. pemimpin.
5. Lead and reward a just 5. Memimpin dan menghargai budaya yang
culture. adil – just culture.
6. Establish organizational 6. Menetapkan harapan perilaku
behavior expectations. organisasi.
Prinsip “Just Culture” / “Budaya Yang
Adil”
Human behaviors within a just culture can be Perilaku manusia dalam budaya yang adil dapat digambarkan sbb:
described as follows:
HUMAN ERROR = An inadvertent slip or lapse. Human error KESALAHAN MANUSIA = Slip atau lapse/terlewat yang tidak disengaja.
is expected, so systems should be designed to help people
do the right thing and avoid doing the wrong thing.
Kesalahan manusia bisa terjadi, jadi sistem harus dirancang untuk
Response: Support the person who made the error. membantu orang melakukan hal yang benar dan menghindari melakukan
Investigate how the system can be altered to prevent the hal yang salah.
error from happening again. Respons: Pendampingan : Dukung orang yang melakukan kesalahan.
Selidiki bagaimana sistem dapat diubah utk mencegah kesalahan terjadi
lagi.
AT-RISK BEHAVIOR = Consciously choosing an action PERILAKU YANG BERISIKO = Sadar memilih tindakan tanpa menyadari
without realizing the level of risk of an unintended outcome.
Response: Counsel the person as to why the behavior is
tingkat risiko hasil yang tidak diinginkan.
risky; investigate the reasons they chose this behavior, and Respons: Pelatihan : Beri tahu orang tsb mengapa perilaku itu berisiko;
enact system improvements if necessary. selidiki alasan mereka memilih perilaku ini, dan lakukan perbaikan sistem
jika perlu.
RECKLESS BEHAVIOR (NEGLIGENCE) = Choosing an PERILAKU YANG CEROBOH = Memilih tindakan dengan pengetahuan
action with knowledge and conscious disregard of the risk of
harm.
dan tanpa sadar mengabaikan risiko bahaya.
Response: Disciplinary action. Respon: Tindakan disipliner.
DIMENSIONS OF PSC
Through a qualitative meta-analysis the seven subcultures of patient safety
culture were identified as:
1. Leadership culture
2. Teamwork culture
3. Culture of evidence-based practice
4. Communication culture
5. Learning culture
6. Just culture
7. Patient-centered culture
(Source: Botwinick, Bisognano,
& Haraden, 2006.)
1. Leadership: Leaders acknowledge the Pemimpin mengakui lingkungan yan kes
healthcare environment is a high-risk adalah lingkungan berisiko tinggi dan
environment and seek to align vision/mission,
staff competency, and fiscal and human
berusaha menyelaraskan visi / misi,
resources from the boardroom to the frontline kompetensi staf, dan sumber daya fiskal dan
manusia dari ruang rapat ke garis depan.
2. Teamwork: A spirit of collegiality, Semangat kolegialitas, kolaborasi, dan kerja
collaboration, and cooperation exists among sama ada di kalangan eksekutif, staf, dan
executives, staff, and independent
practitioners. Relationships are open, safe,
praktisi independen. Hubungan terbuka, aman,
respectful, and flexible. hormat, dan fleksibel.
3. Evidence-based: Patient care practices Praktik asuhan pasien didasarkan pada bukti.
are based on evidence. Standardization to Standardisasi utk mengurangi variasi terjadi
reduce variation occurs at every opportunity.
Processes are designed to achieve high
pada setiap kesempatan. Prosesnya dirancang
reliability. utk mencapai kehandalan yg tinggi.
4. Communication: An environment exists Lingkungan ada di tempat anggota staf
where an individual staff member, no matter individu, tidak peduli apa deskripsi
what his or her job description, has the right
and the responsibility to speak up on behalf of
pekerjaannya, memiliki hak dan tangg-jwb
a patient. untuk berbicara atas nama pasien.
5. Learning: The hospital learns from its RS belajar dari kesalahannya dan mencari
mistakes and seeks new opportunities for peluang baru untuk peningkatan kinerja.
performance improvement. Learning is valued Belajar dihargai di antara semua staf,
among all staff, including the medical staff.
termasuk staf medis.
”Kejadian” (Event) : semua jenis ”error”, kesalahan, insiden, kecelakaan atau penyimpangan
baik yang menyebabkan cedera ataupun yang tidak menyebabkan cedera pada
pasien
“Keselamatan Pasien” (Patient Safety) : menghindari dan mencegah cedera pasien atau
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) pada pasien yang diakibatkan oleh proses
pemberiaan pelayanan kesehatan. (Sumber : Hospital Survey on Patient Safety Culture: User’s Guide.
Adib, AY : Survei Budaya Keselamatan Pasien, Kongres PERSI, 2018)
Table 1. Patient Safety Culture Composites and
Definitions
Patient Safety Culture Composite/Gabungan Definition: The extent to which…/Definisi: Sejauh mana
Budaya Keselamatan Pasien
1. Communication Openness Staff freely speak up if they see something that may negatively
/Keterbukaan komunikasi affect a patient and feel free to question those with more authority.
2. Feedback and Communication About Error Staff are informed about errors that happen, are given feedback
/Umpan Balik dan Komunikasi Tentang about changes implemented, and discuss ways to prevent errors.
Kesalahan
3. Frequency of Events Reported / Frekuensi Mistakes of the following types are reported: (1) mistakes caught and
Kejadian Dilaporkan corrected before affecting the patient/KNC, (2) mistakes with no
potential to harm the patient/KTC, and (3) mistakes that could harm
the patient but do not/KTC.
4. Handoffs and Transitions/ “Operan” sif dan Important patient care information is transferred across hospital units
Transisi and during shift changes.
5. Management Support for Patient Safety/ Hospital management provides a work climate that promotes
Dukungan Manajemen untuk Keselamatan Pasien patient safety and shows that patient safety is a top priority.
6. Nonpunitive Response to Error/ Respons Staff feel that their mistakes and event reports are not held against
Nonpunitif terhadap Kesalahan them and that mistakes are not kept in their personnel file.
(AHRQ. 2016. Hospital Survey on Patient Safety Culture: User’s Guide)
Respons Neg Netral Respons Pos
Untuk pernyataan yang negatif jawaban responden dengan tidak setuju/sangat tidak
setuju merupakan respon positif dan sebaliknya.
Cara menghitung :
Identifikasi pasien
1. pemberian obat
2. pemberian darah / produk darah
3. pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis
4. Sebelum memberikan pengobatan
5. Sebelum memberikan tindakan
6. Sebelum :
1. Radioterapi,
3. Hemodialisis,
5. Katerisasi Jantung,
7. Pasien Koma 5
IDENTITAS PASIEN SNARS ED 1.1
KARS
GELANG IDENTITAS
• Biru: Laki Laki
•Pink: Perempuan
GELANG PENANDA:
• Merah: Alergi
• Kuning: Risiko
Jatuh
• Ungu : Do Not
Resucitate
7
1. Secara verbal: Tanyakan nama dan tgl lahir pasien,
untuk pasien yg tidak menggunakan gelang identitias
misal pasien rawat jalan
2. Secara visual: Lihat ke gelang pasien dua dari empat
identitas, (nama dan tgl lahir) cocokkan dengan
perintah dokter, untuk pasien yg bergelang identitas,
contoh pasien rawat inap.
8
Petemuan Pertama seorang petugas dengan pasien, setiap
petugas harus memperkenalkan diri, dan kemudian :
1. Secara verbal: menanyakan nama pasien
2. Secara visual: melihat ke gelang pasien dua dari tiga
identitas, cocokkan dengan perintah dokter
Standar SKP 2
KARS
Look Alike Sound
Alike
LASA LASA
KARS
PEDOMAN KOMUNIKASI EFEKTIF
Dr DPJP
Memberikan perintah
pengobatan/tindakan
T
U
L
B
A
K “iSoBAR” (identify–situation–
O
observations–background–agreed
N
Dr Jaga/Prwt plan–
read back)
ISI PERINTAH
NAMA LENGKAP DAN TANDA TANGAN
PEMBERI PERINTAH
NAMA LENGKAP DAN TANDA TANGAN
1. Tulis Lengkap PENERIMA PERINTAH
TANGGAL DAN JAM
2. Baca Ulang- Eja
untuk NORUM/LASA
3. Konfirmasilisan dan
tanda tangan
Sutoto.KARS 25
CONTOH FORMULIR CATATAN LENGKAP PERINTAH LISAN/MELALUI
TELEPON/PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN KRITIS
Identitas PasIen
NO TGL/ ISI PERINTAH NAMA PENERIMA NAMA PEMBERI PELAKSANA PERINTAH KETERANGAN
PERINTAH (TANDA PERINTAH (TANDA (NAMA DAN TANDA
JAM TANGAN) TANGAN) TANGAN)
26
Standar SKP 2.1
59
MENINGKATNYA
DIWASPADAI (HIGH ALERT MEDICATIONS)
KEAMANAN OBAT YANG
Standar
PERLU SKP 3
• hidralazine hidroxyzine
• cerebyx celebrex
• vinblastine vincristine
• chlorpropamide chlorpromazine
• glipizide
glyburide
• daunorubicine
doxorubicine
63
Look Alike Sound
Alike
LASA LASA
64
TERLAKSANANYA PROSES TEPAT-LOKASI, TEPAT-PROSEDUR,
TEPAT-PASIEN YANG MENJALANI TINDAKAN DAN PROSEDUR
Standar SKP 4
Sutoto.KARS 91
PANDUAN SIGN IN
Sebelum Induksi
Anestesi:
1. Identifikasi pasien, prosedur, informed consent sudah
dicek ?
2. Sisi operasi sudah ditandai ?
3. Mesin anestesi dan obat-obatan lengkap ?
4. pulse oxymeter terpasang dan berfungsi ?
5. Allergi ?
6. Kemungkinan kesulitan jalan nafas atau aspirasi
7. Risiko kehilangandarah >= 500ml
Sutoto.KARS 92
PANDUAN TIME OUT
Sebelum Insisi Kulit (Time-
out):Apakah …….
1. Konfirmasi anggota tim (nama dan peran)
2. Konfirmasi nama pasien , prosedur dan lokasi incisi
3. Antibiotik propillaksi sdh diberikan dalam 60 menit sebelumnya
4. Antisipasi kejadian kritis:
1. Dr Bedah: apa langkah, berapa lama, kmk blood lost ?
2. Dr anestesi: apa ada patients spesific corcern ?
3. Perawat : Sterilitas , instrumen ?
5. Imaging yg diperlukan sdh dipasang ?
93
PANDUAN
SEBELUM PASIEN MENINGGALKAN KAMAR
OPERASI
1. Perawat melakukan konfirmasi secara verbal,
bersama dr dan anestesi
1. Nama prosedur,
2. Instrumen, gas verband, jarum dihitung harus
lengkap
3. Speciment telah di beri label identitas
4. Apa ada masalah peralatan yang harus
2. ditangani
Dokter kpd perawat dan anesesi, apa
yang harus diperhatikan dalam recovery
dan manajemen pasien
94
KARS
PENANDAAN DAERAH
1. OPERASI
Di Tempat Dilakukan Operasi/Prosedur Invasif
2. Melibatkan pasien dan
3. Dilakukan dengan tanda yang tepat serta dapat dikenali.
4. Tanda yang dipakai harus konsisten digunakan di semua tempat di rumah
sakit,
5. Harus dilakukan oleh individu yang melakukan prosedur operasi,
6. Saat melakukan pasien sadar dan terjaga jika mungkin, serta harus masih
terlihat jelas setelah pasien sadar.
7. Pada semua kasus, lokasi tempat operasi harus diberi tanda, termasuk
pada sisi lateral (laterality), daerah struktur multipel (multiple structure),
jari tangan, jari kaki, lesi, atau tulang belakang.
97
DIKURANGINYA RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN
Standar SKP 5
KARS
PEMAKAIAN
SARUNG TANGAN
STERIL
• Prosedur bedah
• Pemeriksaan vagina
• prosedur radiologi invasif
• melakukan akses vaskular
dan prosedur (central line)
• Menyiapkan/mencampur total
parenteral nutrition
• Menyiapkan/mecampur
kemoterapi.
(Sumber :KWARSHO. Hand hygine WHY,HOW , WHEN?)
PEMAKAIAN
SARUNG TANGAN PEMERIKSAAN