Anda di halaman 1dari 36

L APORAN KASUS

PERDARAHAN SALURAN MAKAN


BAGIAN BAWAH (PSMBB)
Heny Nurvita Sari 1807101030018
Wina Sri Utama 1807101030020
Afriani Nur Rizki 1807101030022

Pembimbing:
dr. Masra Lena Siregar, Sp.PD
BAB I: PENDAHULUAN
ANATOMI SALURAN CERNA

20-30% Dar IA, Dar WR, Khan M, Kasana


B, Sofi N, Hussain M, et al.
Etiology, Clinical Presentation,
Diagnosis and Management of
Lower Gastrointestinal Bleed in a
Tertiary Care Hospital: A
Retrospective Study. Journal of
Digestive Endoscopy. 2015
EPIDEMIOLOGI

Dar IA, Dar WR, Khan M, Kasana B, Sofi N,


Di negara bagian barat angka kejadian Hussain M, et al. Etiology, Clinical
Presentation, Diagnosis and Management of
perdarahan saluran makan bagian bawah Lower Gastrointestinal Bleed in a Tertiary
mencapai 20.5-27 kasus /100.000 kasus per Care Hospital: A Retrospective Study.
Journal of Digestive Endoscopy. 2015
tahun
BAB II: TINJAUAN
PUSTAKA
PERDARAHAN SALURAN MAKAN BAGIAN
BAWAH (PSMBB)

Definisi
• Perdarahan Saluran Makan Bagian Bawah (PSMBB) atau
Lower Gastrointestinal Bleeding (LGIB) merupakan
perdarahan yang berasal dari bagian distal Ligamentum
Treitz
Pasha SF, Shergill A, Acosta RD,
Chandrasekhara V, Chathadi KV, Early D, et
al. The Role of Endoscopy in the Patient with
Lower GI Bleeding. Gastrointestinal
Endoscopy. 2014
KARAKTERISTIK KLINIK
• Hematochezia • Melena • Fecal Occult Bleeding

Cotter TG, Buckley NS, Loftus CG. Approach to the


Patient with Hematochezia. Mayo Clinic Proc. 2017
Libby G, Fraser CG, Carey FA, Brewster DH, Steele RJC.
Occult Blood in Faeces is Associated with All cause and
Non colorectal Cancer Mortality. BMJ J. 2018
ETIOLOGI

Gralnek IM, Neeman Z, Strate LL. Acute Lower


Gastrointestinal Bleeding. N Engl Journal Med. 2017
DIVERTIKULOSIS
• Definisi

Penyakit yang ditandai dengan adanya herniasi


mukosa/submukosa pada dinding kolon

• Etiologi

Penyebab utama bersifat multifaktorial, terutama


faktor genetik dan lingkungan

Muthalib A, Adiwijono. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam VI. Jakarta:


Interna Publishing. 2014
DIVERTIKULOSIS
• Klasifikasi

Rezapour M, Ali S, Stollman N. Diverticular Disease:


An Update on Pathogenesis and Management. Gut and
Liver Vol 12. 2018
DIVERTIKULOSIS
Klafikasi stadium klinik divertikulitis akut menurut Hinchey:

• Stadium I : Abses terlokalisasi


pada tepi kolon (Peridivertikular)
• Stadium II : Abses pada rongga pelvis
• Stadium III : Peritonitis generalisata
purulenta
• Stadium IV : Peritonitis feculent
generalisata

Handaya AY. Deteksi Dini Penyakit Bedah Saluran Cerna


(Digestif). Yogyakarta: Andi Publisher. 2015
KOLITIS ISKEMIK
• Definisi Kolitis

Peradangan akut atau kronik pada kolon, yang


berdasarkan penyebabnya dapat dibagi menjadi kolitis
infeksi dan kolitis non-infeksi

Kolitis iskemik merupakan peradangan pada kolon yang


terjadi akibat pasokan darah yang tidak memadai.

• Faktor risiko
• Umur >60 tahun
• Diabetes Mellitus
• Hipertensi Fitzgerald JF. Lii L. Ischemic Colitis. Clinical Colon Rectal
• Peripheral Vascular Disease Surgery. 2015
HEMOROID
• Definisi

Pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di


daerah anus yang berasal dari plexus hemorrhoidalis.

• Gejala Klinik

• Nyeri
• Sulit buang air besar
• Dubur terasa panas
• Adanya benjolan di dubur
• Perdarahan melalui dubur

Muthalib A, Adiwijono. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam VI.


Jakarta: Interna Publishing. 2014
HEMOROID

Muthalib A, Adiwijono. Buku Ajar Ilmu


Penyakit Dalam VI. Jakarta: Interna
Publishing. 2014
POLIP KOLOREKTAL/NEOPLASMA
• Definisi
Polip kolorektal merupakan tonjolan yang terdapat di
mukosa kolon. Polip ini dapat berkembang menjadi
karsinoma kolorektal

• Gejala Klinik

• Perubahan pola buang air besar


• Hemtochezia
• Konstipasi
• Anemia mikrositik
• Penurunan berat badan
Muthalib A, Adiwijono. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam VI. Jakarta: Interna
Publishing. 2014
PENDEKATAN
DIAGNOSTIK
ANAMNESIS

PEMERIKSAAN
FISIK

PEMERIKSAAN
PENUNJANG

Muthalib A, Adiwijono. Buku Ajar Ilmu


Penyakit Dalam VI. Jakarta: Interna
Publishing. 2014
PRINSIP
PENATALAKSANAAN

• Resusitasi
• Medikamentosa
• Endoskopi Terapeutik
• Endoksopi Intervensional
• Surgikal

Muthalib A, Adiwijono. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam VI.


Jakarta: Interna Publishing. 2014
BAB III: LAPORAN KASUS
ANAMNESIS
Identitas Pasien:
Nama : Tn. D
Usia : 58 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Aceh Selatan
No CM : 1-20-64-57
Tanggal Masuk : 06 Mei 2019
Tanggal Periksa : 08 Mei 2019

Keluhan Utama :
BAB berdarah sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengaku BAB berdarah sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit.
Pasien mengaku darah yang keluar sekitar 10-20 cc di setiap akhir BAB. BAB
konsistensi lunak. Pasien mengaku nyeri saat BAB. Pasien merupakan rujukan
dari salah seorang spesialis penyakit dalam dengan keluhan BAB berwarna
merah segar. Riwayat hipertensi sejak 2010, namun terkontrol. Riwayat DM
disangkal. Riwayat minum obat penambah darah disangkal. Pasien juga
mengeluhkan batuk sesekali tapi tidak berdahak. Sesak napas tidak dikeluhkan
oleh pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu:


Hipertensi (terkontrol)

Riwayat Penyakit Keluarga :


Disangkal
Riwayat Pemakaian Obat :
Obat antihipertensi (Amlodipin)

Riwayat Kebiasaan Sosial :


Pasien mengaku jarang makan sayur-sayuran. Pasien juga mengaku makan kadang
teratur kadang tidak.
PEMERIKSAAN FISIK
Vital Sign
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 140/100 mmHg
Nadi : 74 x/menit, irreguler, kuat angkat, T/V cukup
RR : 18x/menit
T : 36,5oC

Status Generalis
Keadaan Umum : Sedang
Kulit : Pucat (-) Ikterus (-)
Mata : Konjungtiva pucat (+/+), sklera ikterik (-/-)
Telinga : Normotia, dbn
Hidung : Sekret (-), dbn
Mulut : Sianosis (-), dbn
Leher : Pembesaran KGB (-) TVJ R-2 cmH2O
PEMERIKSAAN FISIK
Thorax
Inspeksi : Simetris, Retraksi (-), bentuk dada normal, iga gambang (+)
Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Bronkovesikuler, Rhonki (-/+) basah kasar di 1/3 bawah paru
kiri, Wheezing(-/-)

Jantung
Inspeksi : Pulsasi ictus kordis tidak terlihat
Palpasi : Pulsasi ictus kordis teraba
Perkusi : Batas jantung normal, tidak ada pembesaran
Auskultasi : BJ I> BJ II reguler, bising (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Abdomen
Inspeksi : Distensi (-)
Palpasi :Nyeri tekan (-), pembesaran organ setempat (-), turgor kulit
kembali cepat
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik normal

Anus : Tidak Diperiksa


Ekstremitas : CRT < 2 detik

Rectal Tusae:
Hemorrhoid teraba di anus, sfingter ani menjepit kuat, dinding licin, ampula kolaps,
prolaps teraba
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium :
Hemoglobin : 11,9 (14,0-17,0 g/dl)
Hematokrit : 33 (53-63%)
HBsAg : Negatif
Eritrosit : 3,8 (4,4 – 5,8 106/mm3)
Anti HCV : Negatif
Leukosit : 11,7 (5 - 10,5 103/mm3)
GDS : 125 (<200 mg/dl)
Trombosit : 456 (150-450 103/mm3)
Ureum : 27 (13-43 mg/dl)
MCV : 86 (80-100 fL)
Creatinin : 1,23 (0,67-1,17 mg/dl)
MCH : 31 (27-31 pg)
Natrium : 143 (132-146 mmol/L)
MCHC : 36 (32-36%)
Kalium : 3,8 (3,7-5,4 mmol/L)
Eosinofil :7 (0-6%)
Clorida : 105 (98-106 mmol/L)
Basofil :1 (0-2%)
PT : 12,4 (11,5-15,5)
Neutrofil batang :0 (2-6%)
APTT : 32,8 (26-37)
Neutrofil segmen : 71 (50-70%)
Limfosit : 16 (20-40%)
Monosit :5 (2-8%)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Colonoscopy • EKG
DIAGNOSA
Hematochezia ec dd:
1. Hemorrhoid interna
2. CA recti
3. Polip recti
4. Diverticulosis

TATALAKSANA
1. Bedrest
2. Diet MII 1700 kkal/hari
3. IVFD NaCl 0,9% 20 gtt/i
4. Kalnex
5. Anti hemorrhoid supp II 2x1
6. Salofalk 3x500 mg
PLANNING
1. Darah rutin
2. MDT, PT/APTT
3. EKG
4. Kolonoskopi
BAB IV: ANALISA KASUS
ANALISA KASUS

Anamnesis: Pasien datang dengan keluhan BAB berdarah sejak 2 minggu lalu SMRS.
Darah yang keluar sekitar 10-20 cc di setiap akhir BAB. Konsistensi BAB lunak dan
pasien mengeluh nyeri setiap kali BAB. Selain itu pasien mengaku bahwa setiap kali
BAB terasa adanya benjolan di bagian anus. Riwayat hipertensi terkontrol (+) dan DM
(-).

Teori: Salah satu manifestasi klinis PSMBB ialah terdapat adanya perdarahan atau
hematochezia yang berwarna merah segar. Sumber perdarahan ini dapat berasal dari
anus, rektum atau kolon bagian kiri.
ANALISA KASUS
Pemeriksaan Fisik:
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 140/100 mmHg
Nadi : 74 x/menit, irreguler, kuat angkat, T/V cukup
RR : 18x/menit
T : 36,5oC
Rectal Tusae:
Hemorrhoid teraba di anus, sfingter ani menjepit kuat, dinding licin, ampula kolaps,
prolaps teraba

Teori: Terabanya benjolan di anus menandakan adanya pelebaran dari vena hemoroidalis di daerah anorektal. Gejala
klinis hemoroid dibagi berdasarkan jenis antara lain hemoroid internal prolaps dan keluarnya mucus, perdarahan, rasa
tak nyaman dan gatal.Hemoroid eksternal memiliki gelaja klinis yaitu rasa terbakar, nyeri ( jika mengalami trombosis),
dan gatal. Pada pasien ini juga ditemukan keluhan nyeri saat BAB dan sering terasa adanya benjolan yang keluar
spontan.
ANALISA KASUS
Faktor risiko yang dapat menyebabkan hemoroid antara lain faktor mengedan pada buang air besar yang
sulit, pola buang air besar yang salah seperti menggunakan jamban duduk terlalu lama, peningkatan
tekanan intra abdomen karena tumor, kurang makan makanan berserat, usia tua dan konstipasi. Riwayat
kebiasaan sosial pasien menggunakan jamban duduk serta jarang memakan sayur-sayuran.

Tatalaksana hemoroid terdiri atas tatalaksana nonfarmakologis, farmakologis dan tindakan minimal
invasive. Penatalaksanaan medis hemoroid ditujukan untuk hemoroid interna derajat I sampai dengan
derajat III. Penatalaksaan bedah ditujukan untuk hemoroid interna derajat IV dan hemoroid eksterna

Penatalaksaan non farmakologis berupa perbaikan pola hidup, pola makan dan minum, perbaiki pola dan
cara defekasi. Perbaikan pola defikasi disebut dengan bowel management program (BMP) terdiri dari diet,
cairan, serat tambahan, pelicin feses dan perubahan perilaku buang air. Perbaikan defekasi dianjurkan
menggunakan posisi jongkok sewaktu defekasi.
ANALISA KASUS
Terapi farmakologis yang digunakan dapat berupa obat yang memperbaiki defekasi, obat simtomatik, obat
menghentikan perdarahan, obat penyembuh dan pencegah serangan hemoroid. Obat yang digunakan
untuk memperbaiki defekasi yaitu suplemen serat dan pelicin tinja. Suplemen serat yang digunakan
seperti psyllium atau ishpagula husk. Obat ini berkerja sebagai laxative yang memperbesar volume tinja
dan meningkatkan peristaltic.

Obat pencahar yang dapat digunakan antara lain seperti natrium dioktil sulfosuksinat (laxadine), dulcolax
dan microlax. Obat ini bekerja sebagai anionic surfactant, merangsang sekresi usus halus, dan
menigkatkan penyerapan cairan ke dalam tinja. Dosis obat yang digunakan adalah 300 mg per hari. Pada
pasien ini diberikan berupa anti hemorrhoid, dulcolax dan mucofalk.

Selain itu pasien juga diberikan asam traneksamat yaitu anti fibrinolitik yang digunakan pada pasien untuk
mengatasi perdarahan. Asam traneksamat merupakan turunan lisin yang menghambat aktivitas
fibrinolisis dengan meghambat aktivasi plasminogen serta meningkatkan fungsi platelet sehingga
perdarahan dapat berhenti.
BAB V: KESIMPULAN
KESIMPULAN
• Perdarahan saluran cerna bagian bawah (PSMBB) atau Lower Gastrointestinal Bleeding (LGIB)u
mumnya didefinisikan sebagai perdarahan yang berasal dari usus distal (di sebelah bawah) ligamentum
Treitz.
• Pasien dengan perdarahan saluran cerna bagian bawah umumnya datang berobat dengan keluhan
darah segar sewaktu buang air besar.
• Hemoroid adalah kumpulan dari pelebaran satu segmen atau lebih vena hemoroidalis di daerah
anorektal. Hemoroid bukan sekedar pelebaran vena hemoroidalis, tetapi bersifat lebih kompleks yakni
melibatkan beberapa unsurberupa pembuluh darah, jaringan lunak dan otot di sekitar anorektal.
• Gejala klinis hemoroid dapat dibagi berdasarkan jenis antara lain hemoroid internal prolaps dan
keluarnya mucus, perdarahan, rasa tak nyaman dan gatal.
• Tatalaksana pada hemoroid terdiri atas terapi non farmakologis, terapi farmakologis dan tindakan
minimal invasif.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai