Anda di halaman 1dari 19

SEDIAAN LARUTAN

SUMBER : FI EDISI V & JURNAL


NAMA : MARIA ROMIAN PUTRI SINAGA
NIM : 17330102
DOSEN : NURUL AKHATIK., Dra.M.si
DEFINISI LARUTAN ( FI EDISI V )
 Larutan: adalah sediaan cair yang mengadung satu atau lebih zat kimia
yang terlarut.
 misalnya : terdispersi secara molecular dalam pelarut yang sesuai atau
campuran pelarut yang saling bercampur.
 karena molekul-molekul dalam larutan terdispersi secara merata, maka
penggunaan larutan sebagai bentuk sdiaan, umumnya memberikan
jaminan keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika
larutan diencerkan atau di campur.
 zat pelarut disebut solvent.
 zat terlarut disebut solute.
KEUNTUNGAN & KERUGIAN
SEDIAAN LARUTAN (FI EDISI V )

KEUNTUNGAN :
 Merupakan campuran homogen.
 Dosis dapat mudah di ubah-ubah dalam
pembuatan.
 Dapat diberikan dalam larutan encer kapsul
 Kerja awal obat lebih cepat karena obat cepat
diabsorbsi. KERUGIAN :
 Mudah diberi pemanis, pengaroma dan pewarna.
 Volume bentuk larutan lebih besar.
 Untuk pemakaian luar, bentuk larutan mudah
 Ada obat yang tidak stabil dalam larutan
digunakan.
 Ada obat yang sukar ditutupi rasa dan
baunya dalam larutan.
BENTUK-BENTUK SEDIAAN
LARUTAN ( FI EDISI V)

LARUTAN LARUTAN
ORAL TOPIKAL
Bentuk-Bentuk Sediaan Larutan
LARUTAN ORAL

Elixir Sirup
Potiones (obat Minum ) Netralisasi
 sediaan yang  sirup simplex,
 sediaan cair yang mengandung bahan obat mengandung 65 % gula  obat minum yang
dibuat untuk dan bahan tambahan dalam larutan nipagin
pemberian oral,
dibuat dengan
(pemanis, pengawet, 0,25 %b/v.
mengandung satu pewangi) sehingga mencampurkan
 sirup obat, mengandung
atau lebih at dengan memiliki bau dan rasa satu atau lebihjenis obat bagian asam dan
atau tanpa bahan yang sedap dan sebagai dengan atau tanpa zat bagian basa sampai
pengaroma, pemanis, pelarut digunakan tambahan, digunakan reaksi selesai dan
atau pewarna yang campuran air-etanol. untuk pengobatan. larutan bersifat
larut dalam air atau  etanol berfungsi untuk  sirup pewangi, tidak
berbentuk emulsi atau
netral.
mempertinggi kelarutan mengandung zat pewangi
suspensi. obat. elixir dapat pula
 misalnya : solutio
atau penyedap lain.
ditambahkan glycerol, penambahan sirup ini citratis magnesii.
sorbitol, atau bertujuan untuk
propilenglikol. menutupi rasa atau bau
obat yang tidak enak.
Bentuk-Bentuk Sediaan Larutan
LARUTAN ORAL

Potio Effervescent
 Saturatio yang CO2 nya lewat jenuh. Guttae (dop)
Saturatio
 Pembuatan :
 obat minum yang dibuat a. langkah 1 dan 2 sama dengan pada  obat tetes :sediaan cair
saturatio berupa larutan, emulsi atau
dengan mereaksikan asam
b. langkah 3 seluruh bagian asam suspensi, apabila tidak
dan basa tetapi gas yang
dimasukkan ke dalam basa dengan hati-
terjadi ditahan dalam wadah
hati, segera tutup dengan sampagne
dinyatakan lain dimaksudkan
sehingga larutan jenuh untuk obat dalam.
knop gas CO2 umumnya digunakan
dengan gas.  diguanakn
 pembuatan : untuk pengobatan, menjaga stabilitas dengan cara
a. komponen basa dilarutkan
obat, dan kadang-kadang dimaksdkan meneteskan menggunakan
untuk menyegarkan rasa minuman. penetes yang menghasilkan
dalam 2/3 bagian air yang
c. Hal yang harus diperhatikan untuk
tersedia. tetesan yang setara dengan
sediaan saturatio dan potio effervescent
b. 2/3 bagian asam masuk
adalah : tetesan yang dihasilkan
basa, gas dibuang penetes baku yang
 diberikan dalam botol yang kuat, berisi
seluruhnya. sisa asam
kira-kira 9/10 bagian dan tertutup kedap disebutkan dalam Farmkope
dituang hati-hati lewat tepi
botol, segera tutup dengan
dengan gabus karet yang rapat. kemudian Indonesia.
diikat dengan sampagne knop.  pediatric drop : obat tetes
sampagne knop sehingga
 tidak boleh mengandung bahan obat yang
gas yang terjadi tertahan, yang digunakan untuk anak-
sukar larut, karena tidak boleh dikocok.
pengocokan menyebabkan botol pecah anak atau bayi.
karena botol berisi gas dalam jumlah
besar
Bentuk-Bentuk Sediaan Larutan
LARUTAN TOPIKAL

Collyrium

 Sediaan berupa larutan


Guttae opthalmicae Gargarisma
steril, jernih, bebas zarah
asing, isotonis digunakan  Gargarisma atau obat Litus Oris
untuk membersihkan  obat tetes mata : larutan
steril bebas partikel asing kumur mulut adalah
mata, dapat sediaan berupa larutan  oles bibir adalah
ditambahkanzat dapar merupakan sediaan yang
dibuat dan dikemas umumnya dalam keadaan sediaan cair agak
dan zat pengawet. pekat yang arus diencerkan
 Pada etiket harus sedemikian rupa hingga kental dan pemya
terlebih dahulu sebelum
tertera : masa sesuai digunakan pada secara disapukan
mata. digunakan.
penggunaan setelah  Dimaksudkan untuk dalam mulut.
tutup dibuka dan “obat  tetes mata juga tersedia
digunakan sebagai  contohnya : Larutan 10
cuci mata”. dalam bentuk suspensi,
partikel halus dalam pencegahan atau % borax dalam gliserin
 Collyrium yang tdak
bentuk termikronisasi agar pengobatan infeksi
mengandung zat tenggorokan.
pengawet hanya boleh tidak menimbulkan iritasi
atau goresan pada kornea.  Penandaan : Petunjuk
digunakan selama 2 jam pengencern sebelum
setelah botol dibuka digunakan dan “ hanya
tutupnya. yang untuk kumur, tidak ditelan
mngandung pengawet “
dapat digunakan paling
lama 7 hari setelah botol
dibuka tutupnya.
Bentuk-Bentuk Sediaan Larutan
LARUTAN TOPIKAL

Guttae Nasales Ephitema (Obat Kompres )


Inhalationes

 Tetes hidung adalah obat  Sediaan yang dimaksudkan  Cairan yang dipakai untuk
yang digunakan untuk untuk disedot dihidung atau mendatangkan 4rasa
hidung dengan cara mulut atau disemprotkan dalam dingin pada temapt yang
meneteskan obat ke dalam bentuk kabut ke dalam saluran sakit dan panas karena
pernapasan.
rongga hidung.  Tetesan butiran kabut harus
radang atay berdasarkan
 Dapat mengandung zat seragam dan sangat halus sifat perbedaan tekanan
pensuspensi, pendapar dan sehingga dapat mencapai somose, digunakn untuk
pengawet, bronkhioli. mengeringkan luka
 Minyak lemak atau minyak  Inhalasi merupakan larutan bernanah.
mineral tidak boleh dalam air atau gas.  Contohnya : SOL.
 Penandaan : Pada etiket ditulis “
digunakan sebagai cairan Rivanol, Campuran
Kocok Dahulu”.
pembawa. Borwater-revanol.
PENINGKATAN KELARUTAN OBAT SUKAR LARUT DALAM AIR

Memperkecil ukuran partikel : ukuran dan bentuk partikel berpengaruh terhadap kelarutan
1 partikel tersebut. semakin kecil ukuran partikel semakin besar kelarutan suatu obat.

Teknologi nanosuspensi : langkah yang dapat dilakukanuntuk memperbesar kelarutan obat dalam air salah
2 satunya adalah dengan memperkecil ukuran partikel obat dalam skala nano. nanopartikel dapat diperoleh
dengan berbagai metode yaitu crushing, grinding, spray drying dan freeze drying. metode paling umum
adalah media mill.

Surfaktan : Obat yang bersifat asam lemah dan basa yang sukar larut, dapat dilarutkan dengan bantuan
3 kerja zat aktif permukaan dengan bantuan kerja dari zat aktif permukaan dengan menurunkan tegangan
permukaan antara zat terlarut dengan mediumnya.

Pembentukan garam : Gaya antar molekuler yang terlibat dalam pembentukan kompleks adalah gaya van
4 der waals dari dispersi, dipolar dan diinduksi.

Pengaturan pH : Zat aktif yang digunakan dalam sediaan farmasi pada umunya bersifat asam dan basa
5 lemah. kelarutan suatu zat asam atau basa lemah sangat dipengaruhi oleh pH. kelarutan asam-asam lemah
akan meningkat dengan menigkatnya pH larutan, karena berbentuk garam yang mudah larut.
PENINGKATAN KELARUTAN OBAT SUKAR LARUT DALAM AIR

Hidrotophi : hidrotopi adalah tipe lain dari solubilisasi, dengan zat terlarut yang melarut dalam kumpulan-
6 kumpulan terarah dari zat hidrotrofi.

Dispersi padat : Chiou dan Riegelman mendefinisikan dispersi dari salah satu atau lebih bahan aktif di dalam
7 pembawa inert atau matriks pada keadaan padat yang di preparasi secara peleburan dan pelarutan dengan
cara pelarutan-peleburan.
EVALUASI SEDIAAN FARMASI VOLUME TERPINDAHKAN
untuk penetapan volume
terpindahkan, pilih tidak kurang
dari 30 wadah, dan selanjutnya
mengikuti kurang dari 30 wadah,
dan selanjutnya mengikuti
3 prosedur untuk bentuk sediaan.

UJI INTENSITAS WARNA

uji intensitas wrna dilakukan dengan


UJI HOMOGENITAS 4 2 pengamatan pada warna sirup mlai 0-4 warna
yang terjadi lama penyimpanan dibandingkan
pengujiannya, sediaan dikocok, teteskan dengan warna pada minggu 0. uji ini bertujuan
sampel pada kaca objek lalu ditutup untuk mengetahui perubahan warna sediaan
dengan penutup kaca, kemudian diamati cair yang disinpan selama waktu tertentu.
tingkat kehomogenan,
VISKOSITAS
UJI ORGANOLEPTIS isi tabung ostwald dengan sampel, bantuan
pengujiannya, sediaan dituang pada tekanan atau penghisapan alur mundur
wadah diamati bentuk warna, dan
selanjutnya diamati bau dengan indra 5 1 cairan dalam tabung kapiler hingga garis
graduasi teratas, buka kedua tabung pengisi
pencium. dan tabung kapiler agar cairan dapat
mengalir beban ke dalam wadah melawan
tekanan atmosfir, catat waktu,lam detik yang
diperlukan cairan untuk mengalir dari batas
atas hingga batas bawah dalam tabung.
STABILITAS
FISIKA
Ketidakstabilan Fisika dapat terjadi karena :

1.  Perubahan struktur kristal


Banyak bahan obat menunjukkan perilaku polomorfi, yang disebabkan oleh perubahan lingkungan,
yang tidak terdeteksi secara organoleptis. Akan tetapi umumnya menyebabkan terjadinya perubahan
dalam perilaku pembebasan dan resorpsi bahan obat.
2.   Perubahan kondisi distribusi
Dengan aktifnya daya gravitasi akan terjadi fenomena pemisahan pada sistem cairan banyak fase,
namun dalam stadium lanjut dapat terlihat sebagai sedimentasi atau pengapungan.
3.   Perubahan konsisitensi atau kondisi agregat
Sediaan obat semi padat seperti salep atau pasta selama penyimpanan dapat mengalami
pengerasan.
4.   Perubahan perbandingan kelarutan
Pada sistem dispersi molekular (larutan bahan obat) terjadi pemisahan bahan terlarut (kristalisasi
atau pengedapan) melalui perubahan konsentrasi akibat penguapan bahan pelarut.
5.   Perubahan perbandingan hidratasi
Melalui pengambilan atau pelepasan cairan dapat mempengaruhi perbandingan hidratasi senyawa
sekaligus sifatnya secara nyata.
STABILITAS
KIMIA
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stabilitas Kimia
a. Hidrolisis
Ikatan amida juga dpt terhidrolisa meskipun kecepatan hidrolisanya lebih lambat dibanding ester.
b. Epimerisasi
Reaksi terjadi dengan cepat ketika obat dilarutkan dan terpapar dg pH lebih dari 3, mengakibatkan
terjadinya perubahan sterik pd gugus dimetilamin.
c. Dekarboksilasi
Beberapa asam senyawa asam karboksilat terlarut seperti para-amini salisilic acid dapat kehilangan
CO2 dari gugus karboksil ketika dipanaskan. Produk urainya memiliki potensi farmakologi yang
rendah.
d. Dehidrasi
Dehidrasi yg dikatalisis oleh asam pd gol tetrasiklin menghasilkan senyawa epianhidro tetrasiklin,
senyawa yg tdk memiliki efek anti bakteri dan memiliki efek toksisitas
e. Oksidasi
Struktur molekular yang dapat mudah teroksidasi adalah gugus hidroksil yang terikat langsung pada
cincin aromatik, gugus dien terkonjugasi , cicin heterosiklik aromatik, gugus turunan nitroso dan nitrit
dan aldehida. Produk hasil oksidasi memiliki efek terapetik lebih rendah. Oksidasi dapat dikatalisa oleh
pH ion logam contohnya tembaga dan besi, paparan terhadap oksigen, UV.
STABILITAS
KIMIA
f. Dekomposisi fotokimia
Paparan pada UV dapat menyebabkan oksidasi (foto oksidasi) dan fotolisis
pada ikatan kovalen.
g. Kekuatan Ion
Efek dari jumlah elektrolit yang terlarut terhadap kecepatan hidrolisis
dipengaruhi oleh kekuatan ion pada interaksi inter ionik. Secara umum konstanta kecepatan hidrolisis
berbanding tebalik dengan kekeuatan ion dan sebaliknya dengan muatan ion.
h. Perubahan Nilai pH
Degradasi dari banyak senyawa obat dalam larutan dapat dipercepat atau
diperlambat secara ekponensial oleh nilai pH yg naik atau turun dari rentang pHnya.
i. Interionik
Kelarutan dari muatan ion yg berlawanan tergantung pada jumlah muatan
ionnya dan ukuran molekulnya.
j. Kestabilan bentuk padat
Reaksi pada kondisi padat relatif bersifat lambat.
k. Temperatur
Secara umum kecepatan reaksi kimia meningkat secara eksponensial
setiap kenaikan 10 derajat suhu.
STABILITAS
MIKROBIOLOGI
Stabilitas mikrobiologi suatu sediaan dapat dipengaruhi oleh beberapa factor,
antara lain :

a. Faktor Sifat Fisika-Kimia Zat aktif dan Zat tambahan


Sifat fisika kimia zat aktif maupun zat tambahan dapat mempengaruhi stabilitas mikrobiologi sediaan.
Zat yang bersifat higroskopik atau hidrofilik rentan terhadap kontaminasi mikroorganisme. Hal ini
berhubungan dengan adanya air yang merupakan media pertumbuhan bagi mikroorganisme.

b. Faktor Kontaminasi dari Bahan Baku dan Proses


Bahan baku alami dalam bantuk air yang bebas serbuk atau granula dapat menjadi tempat
tumbuhnya mikroorganisme, virus atau pun toksin mikroba. Analisa terhadap bahan-bahan ini dapat
menunjukkan keberadaan bakteri, spora Clostridium, Staphylococci, kapang dan khusunya toksin
fungi/jamur.

Kemungkinan keberadaan mereka mungkin sudah ada semenjak tahap persiapan produksi. Bahan
alami yang diekstrak, diproduksi maupun disediakan dalam bantuk cair juga rentan terhadap
kontaminasi mikroorganisme. Cara pengawetan yang tidak tepat ketiga digunakan utuk menghasilkan
produk dalam bentuk larutan, disperse atau pun emulsi dapat mendukung pertumbuhan
mikroorganisme Gram negative seperti Enterobacter spp., E. coli, Citrobacter spp., Pseudomonas spp
dan lainnya.
STABILITAS Fasa-fasa yang mempengaruhi aktivitas obat :
EFEKTIFITAS
1. Fasa farmasetik
Fasa ini menentukan ketersediaan farmasetik yaitu ketersediaan senyawa aktif untuk dapat
diabsorpsi oleh sistem biologis. Untuk dapat diabsorpsi senyawa obat harus dalam bentuk molekul
dan mempunyai lipofilitas yang sesuai. Bentuk molekul senyawa dipengaruhi oleh nilai pKa dan pH
lingkungan (lambung pH= 1-3 dan usus pH = 5-8). Pada fasa I selain sifat molekul obat, seperti
kestabilan terhadap asam lambung dan larutan dalam air, formulasi farmasetis dan bentuk sediaan
yang digunakan juga penting untuk aktivitas obat.
2. Fasa Farmakokinetik
Meliputi proses fasa II dan fasa III. Fasa II adalah proses absorpsi molekul obat yang
mengahasilkan ketersediaan biologis obat, yaitu senyawa aktif dalam cairan darah (Ph = 7,4) yang
akan didistribusikan ke jaringan atau organ tubuh. Fasa III adalah fasa yang melibatkan proses
distribusi, metabolisme dan ekresi obat, yang menentukan kadar senyawa aktif pada kompartemen
tempat reseptor berbeda. Fasa I, II dan III menentukan kadar obat aktif yang dapat mencapai
jaringan target.
3. Fasa Farmakodinamik
Meliputi proses fasa IV dan fasa V. Fasa IV adalah tahap interaksi molekul senyawa aktif dengan
tempat aksi spesifik atau reseptor pada jaringan target, yang dipengaruhi oleh ikatan kimia yang
terlibat. Fasa V adalah induksi rangsangan, dengan melalui proses biokimia, menyebabkan
terjadinya respons biologis.

  
STABILITAS
TOKSISITAS
Zat kimia disebut xenobiotik (xeno = asing), dimana setiap zat kimia baru harus diteliti sifat-sifat
toksiknya sebelum diperbolehkan penggunaannya secara luas.
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan toksisitas adalah :
1.    Dosis
Dosis menentukan apakah suatu zat kimia adalah racun. Untuk setiap zat kimia, termasuk air, dapat
ditentukan dosis kecil yang tidak berefek sama sekali atau dosis besar sekali yang dapat
menimbulkan keracunan dan kematian.
2.    Faktor bahan penyusun
a.   Stabilitas bahan aktif
b.    Bahan pembantu
a)      Dapar
b)      Pengawet
c)      Antioksidan
3.     Faktor luar
a.      Cara pembuatan
b.      Bahan pengemas
a) pengemas primer yaitu bahan pengemas yang langsung kontak dengan sediaan
b) pengemas sekunder, yaitu bahan pengemas yang tidak bersentuhan langsung dengan
sediaan.
4.    Kondisi penyimpanan yang meliputi suhu, tekanan, kelembapan dan cahaya.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai