Anda di halaman 1dari 30

ORCHIECTOMY

INTRODUCTION
I
ANATOMI TESTIS
3
4
TESTIS

Testis sepasang kelenjar gonad laki-laki


 Bentuk ovoid, uk. ± 4x3x2,5 cm
 Menghasilkan sperma dan hormon laki-laki
(terutama testosterone)
 Berada di dalam skrotum, digantungkan oleh
spermatic cords
 Posisi testis kiri biasanya lebih rendah

5
 Permukaan testis dilapisi oleh :
 Tunika albuginea
 Tunika vaginalis : pars visceralis dan
pars parietalis
 Tunika vaskulosa
 Testis memiliki lobulus yang dipisahkan oleh
septum testis yang dibentuk dari penebalan
tunika albuginea.
Setiap lobus pada testis terdiri dari tubulus
seminiferus dan interstitial testis

6
Vaskularisasi, Drainase, Inervasi Testis
Arteri : testicular arteries (dari abdominal aorta)

 Beranostomosis dengan arteri duktus deferens

Vena : testis+epididymis  plexus pampiniformis  testicular


vein (kanan  vena kava inferior ; kiri  vena renalis kiri)

 Plexus pampiniformis : bagian dari system termoregulatori


bersama dengan otot kremaster dan dartos

Drainase : ke nodula limfatik daerah lateral aorta atau lumbal


dan pre-aortic lumbal dua

Inervasi : plexus testikularis : parasimpatis n. vagus, serabut


afferent visceral dan serabut simpatis dari segmen T10-T11

7
SPERMATIC CORD

 Spermatic cord  struktur yang menggantungkan testis di


skrotum.
 Dimulai dari : deep inguinal ring  melewati inguinal canal
 keluar di superficial inguinal ring skrotum (di
posterior border testis)
 Dilapisi oleh :
 Internal spermatic fascia
 Cremasteric fascia (berisi otot kremaster)
 External spermatic fascia
 Struktur : duktus deferens, arteri testicular, arteri ductus
deferens, arteri kremasterik, pleksus pampiniformis, saraf
simpatis, cabang genital dari saraf genitofemoral, pembuluh
limfatikk, vestige dari processus vaginalis

8
SKROTUM

 Skrotum : kantong kutaneus


 Tersusun atas 2 lapisan : kulit dan fasia
dartos (beserta otot dartos)
 Di bagi menjadi 2 kompartemen (oleh fasia
dartos, septum skrotum) :
 kompartemen kanan
 kompartemen kiri
 Di bagian septum tampak dari luar sebagai
scrotal raphe

9
II
SIMPLE
ORCHIECTOMY
11
SIMPLE ORCHIECTOMY

=Pengangkatan satu atau kedua testis dengan scrotal atau subinguinal approach
Indikasi :
 Operasi bilateral : kanker prostat (untuk mencapai castrate levels dari hormon testosterone)
 Operasi unilateral :
 Testis terinfeksi yang gagal terapi konservatif
 Testis yang nonviable (torsio testis, trauma)
Pilihan anestesi :
 Anestesi regional via spermatic cord block
 Anestesi spinal
 Anestesi umum
 Sedasi sada

12
PROSEDUR

1 5
. .
1. Cukur dan siapkan skrotum
2. Insisi vertikal midline di median raphe atau
insisi transversal skrotum tepat diatas testis
3. Insisi transversal : insisi di rugae skrotum,
hindari pembuluh darah
4. Insisi melewati tunika vaginalis dan
keluarkan testis
5. Traksi testis untuk mengeluarkan spermatic
cord.
Pilihan approach : ligasi spermatic cord (A),
epididymis-sparing orchiectomy (B), atau
subcapsular orchiectomy (C)

13
6. 7.

6. Pisahkan korda menjadi 2 bundle mulai dari vas


deferens, klem ganda di proksimal dan klem
tunggal di distal.
7. Ikat dengan vicryl 2-0 di proksimal. Lepaskan
klem pertama sebelum ikat di bagian distal
dengan vicryl 2-0
8. Ulang pada bundle satunya. 1
9. Otot dartos di reaproksimasi dengan jahitan 1.
interrupted menggunakan Vicryl 3-0
10. Injeksi luka dengan bupivacaine
11. Jahit kulit dengan jahitan interrupted
menggunakan chromic atau monocryl 4-0
12. Lakukan operasi yang sama pada sisi
kontralateral jika terindikasi
13. Tutup luka dengan salep antibiotik, kassa kering,
dan scrotal support

14
EPIDIDYMIS-SPARING
ORCHIECTOMY

(+) (-)
Prosedur ini Meningkatkan risiko
meninggalkan massa perdarahan intraoperatif
yang dapat teraba yang lebih banyak dan
didalam skrotum kemungkinan
epididymitis

Mikroskop digunakan untuk membantu diseksi

15
3
.
PROSEDUR

5
1. Gunakan mikroskop setelah testis dikeluarkan seperti pada
.
simple orchiectomy
2. Diseksi tajam epididimis untuk dipisahkan dengan testis
3. Klem dan ligasi 3 pembuluh darah utama epididimis 4
(superior, middle, kaudal) menggunakan silk 2-0 .
4. Aproksimasi kaput dan kauda epididimis dengan benang
absorbable 3-0 dan membentuk struktur ellipsoid
5. Karena perdarahan lebih banyak, pasang drain sebelum
tutup luka
6. Kembalikan epididimis ke tunika vaginalis
7. Tutup tunika vaginalis dengan vicryl 5-0
8. Tutup luka seperti simple orchiectomy

16
Raw surface dari Epididimis dilipat Castrate testis dan
epididymis membentuk reconstructed
setelah testis struktur ellipsoid epididymis.
diangkat (epididimoplasti) Bentuk dan
ukuran
reconstructed 17
epididymis
menyerupai testis
III
RADICAL
ORCHIECTOMY
18
RADICAL ORCHIECTOMY

 = Pengangkatan seluruh testis bersama dengan spermatic cordnya melalui insisi di inguinal

 Indikasi : keganasan testis


 Umumnya merupakan tahap pertama pada manajemen untuk neoplasia testicular germ cell.
(Intratubular Germ Cell Neoplasia (ITCGN), Testicular germ cell tumors (TGCT)) 
 Membantu konfirmasi diagnosis secara histologis dan staging  menentukan manajemen
tambahan, kontrol tumor secara lokal, dan kuratif untuk pasien pada stage awal.
 Trans-scrotal orchiectomy or biopsy dikontraindikasikan pada neoplasma testicular karena
meninggalkan bagian inguinal dari sperm tic cord tetap intak  meningkatkan risiko rekurensi
dan pelvic / inguinal lymph node metastasis.

19
Approach : insisi inguinal  pengangkatan total dari
testis, epididymis, dan spermatic cord pada level
internal inguinal ring

Pada radical orchiectomy diperlukan pemeriksaan


preoperatif tambahan :
a. serum α-fetoprotein
b. serum β-human chorionic gonadotropin
c. Tes urin untuk kehamilan
d. Serum lactate dehydrogenase
e. USG testis
f. CT dada (dapat diganti Xray), abdomen, pelvis

20
PROSEDUR

1
.
1. Tentukan landmark anatomi :
• Penis dan skrotum
• Medial : pubic tubercle
• Lateral dan cephalad : ASIS
• Kaudal : ligamen inguinal
2. Insisi kurvilinear mulai dari 2 cm cephalad dan lateral terhadap
pubic tubercle  memanjang ke lateral sepanjang langer line
±5-7cm.
Insisi dapat dibuat lebih oblique dan memanjang ke skrotum
untuk memudahkan keluarnya tumor testis yang besar
3. Insisi jaringan subkutan hingga tampak aponeurosis external
abdominal oblique dengan elektrokauter.
• Fascia camper dan scarpa biasanya langsung terlihat. Vena
epigastrik inferior superfisial berada di lateral.
• Identifikasi ligamen inguinal

21
4. Insisi tajam aponeurosis external abdominal
5. 6.
oblique sepanjang inguinal canal 
memanjang ke arah medial ke cincin inguinal
eksternal dan ke lateral ke titik diatas cincin
inguinal internal
5. Identifikasi saraf ilioinguinal diatas
spermatic cord. Pisahkan dari external
spermatic fascia dan otot kremaster.
6. Diseksi tumpul secara hati-hati setinggi
pubic tubercle untuk memisahkan spermatic
cord dengan otot kremaster.
7. Jari operator harus dapat melewati bagian
posterior dari spermatic cord sepanjang
dasar inguinal canal.
Hindari diseksi terhadap dasar inguinal
canal  untuk mencegah terjadinya hernia
inguinalis postoperative.

22
8. 1
0.

8. Pisahkan spermatic cord dengan


menyelipkan ¼ -inch Penrose drain
sebanyak 2 kali dan klem dengan hemostat
 untuk kontrol vaskuler
9. Asisten operasi mendorong testis secara
hati-hati dari dasar hemiskrotum ke arah
insisi untuk mengeluarkan testis yang
masih intak (terbungkus tunika vaginalis)
10. Operator melakukan traksi spermatic cord
untuk membantu maneuver tersebut.
11. Diseksi tumpul atau dengan elektrokauter
untuk membebaskan tunika vaginalis dari
lapisan investing fascia

23
15.

12. Hemiskrotum akan invaginasi keluar oleh


gubernaculum, sehingga harus diinsisi dengan
elektrokauter.
Testis yang masih terbungkus tunika vaginalis
sudah keluar dan hanya terhubung oleh
spermatic cord
13. High ligation pada spermatic cord untuk
membantu mengeluarkan spermatic cord yang
berada di abdomen saat limfadenektomi
retroperitoneal. Sehinnga spermatic cord
didiseksi proksimal terhadap cincin inguinal
internal
14. Insisi otot kremaster dan external spermatic
fascia menggunakan elektrokauter
15. Elevasi otot internal abdominal oblique yang
membentuk tepi lateral dari cincin inguinal
internal menggunakan retraktor  tampak
retroperitoneal fat

24
16. Diseksi spermatic cord di proksimal  tampak vas deferens yang memisah dari spermatic
vessel
17. Ligasi dan pisahkan vas deferens dari spermatic cord dengan benang 2-0. Ligasi ganda cord
dan pisahkan
Untaian panjang dari benang akan membantu identifikasi cord saat limfadenektomi
retroperitoneal
18. Irigasi dan hemostasis
19. Aproksimasi aponeurosis external abdominal oblique dengan jahit jelujur dan benang
absorbable 2-0. Hindari saraf ilioinguinal
20. Jika diperlukan berikan anestesi lokal long-acting untuk kontrol nyeri postoperatif.
21. Aproksimasi lapisan jaringan subkutan dengan jahit jelujur dan benang absorbable 3-0
22. Tutup kulit dengan jahit subkutikuler dan benang absorbable 4-0
23. Tutup luka dengan salep antibiotik, kassa kering, dan scrotal support

25
EVALUASI POSTORCHIECTOMY

 Evaluasi hasil patologi, radiografi dan serologi  menentukan clinical stage


 Disarankan CT scam dengan kontras IV dan oral
 Alternatif :MRI
 Lakukan evaluasi ulang pada α-fetoprotein, human chorionic gonadotropin, lactate dehydrogenase

26
KOMPLIKASI

Perdarahan Injury pada Infeksi Inguinal


 hematom saraf hernia
atau ilioinguinal Jika external
oblique fascia
perdarahan  hilangnya tidak tertutup
retroperiton sensai pada dengan baik
eal selangkanga
n dan
hemiskrotu
m lateral
27
POST-OP

Rawat inap selama beberapa hari untuk observasi dan perawatan luka
Pemberian obat untuk mencegah terbentuknya clot, antibiotik,dan analgesik
Edukasi pulang :
1. Hindari aktivitas berat selama 2-4 minggu
2. Hindari mengedan berlebihan dan jangan sampai konstipasi
3. Gunakan scrotal support
4. Gunakan donut cushion saat duduk
5. Segera ke dokter jika : demam tinggi, bengkak dan kemerahan di selangkangan,
tidak bisa berkemih

28
REFERENSI

1. Smith, J. A., Howards, S. S., Preminger, G. M., & Hinman, F. (2017). Hinman's Atlas of urologic surgery. Philadelphia:
Elsevier/Saunders.
2. In Wein, A. J., In Kavoussi, L. R., In Partin, A. W., & In Peters, C. (2015). Campbell-Walsh urology. Philadelphia:
Elsevier/Saunders.
3. Weinberg, A. E., Liu, J.-J., Sandelien, M., Waite, N., & Reese, J. H. (2016). Epididymal Sparing Bilateral Simple
Orchiectomy: Cost-Effectiveness and Aesthetic Preservation for Men with Metastatic Prostate Cancer. Urology Practice,
3(2), 112–117. doi:10.1016/j.urpr.2015.06.008 
4. Hashim, H., & Abrams, P. (2008). Radical Orchidectomy (Orchiectomy). The Handbook of Office Urological Procedures,
44–47. doi:10.1007/978-1-84628-706-0_8 

29
THANKS

Anda mungkin juga menyukai