Anda di halaman 1dari 36

PEMERIKSAAN HIDUNG

Pembimbing:
dr. Indra Setiawan, Sp. THT-KL

Oleh:
Juliatika (J-31)
201820401011120

SMF THT
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KEDIRI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020
ANAMNESA
Sekret (rinorrhea)
1. Apakah dari satu sisi atau keduanya?
2. Lamanya?terus menerus atu intermitten,dan
bagaimana terjadinya?usia saat awitan?
3. Apakah encer atau kental?purulen atau
berdarah?
4. Apakah ada hubungannya dengan perubahan
lingkungan atau musim
5. Apakah sekret berbau atau tidak?
Hidung Tersumbat
1. Apakah satu sisi atau keduanya?
2. Lamanya? terus menerus atau intermitten,dan
bagaimanaterjadinya?usia saat awitan?
3. Adakah riwayat trauma?
4. Adakah riwayat operasi hidung atau operasi
THT lainnya?
5. Adakah riwayat gangguan alergi terutama yang
berkaitan dengan perubahan musim ?bila ya
maka diperlukan riwayat alergi yang lengkap
6. Apakah pasien menggunakan semprotan hidung
atau obat-obatan
Perdarahan
1. Berapa lama?frekuensi?kapan serangan yang
terakhir?
2. Apakah perdarahan unilateral atau bilateral?
3. Apakah perdarahan berasal dari nares
anterior,posterior,atau keduanya?
4. Apakah hanya terjadi pada musim dingin?
5. Adakah riwayat trauma?
6. Apakah pasien mempunyai kecenderungan
berdarah?
7. Apakah pasien menggunakan suatu pengobatan?
8. Apakah ada hipertensi?
Kehilangan atau Perubahan dalam Menghidu
(Anosmia)
1. Apakah berkaitan dengan trauma,infeksi saluran
napas bagian atas atau penyakit sistemik?
2. Apakah kehilangan atau perubahanpenghiduan
sebagian atau sama sekali?
3. Adakah riwayat penyakit hidung atau sinus?
4. Apakah ada gejala sistemik lainnya?
HIDUNG LUAR
PEMERIKSAAN FISIK
1. Inspeksi
• Kerangka Dorsum nasi:
 Lebar (polip)
 Miring (fraktur)
 Saddle nose ( lues)
 Lorgnet nose (abses septum nasi)
• Luka-luka, warna, udim (kulit ujung hidung jadi
mengkilat) ,ulkus naso-labial.
• Bibir atas: maserasi akibat dari sekresi sinusitis,
adenoiditis.
2. Palpasi
• Dorsum nasi: krepitasi, deformitas (tanda
fraktur os nasalis)
• Ala nasi: Sangat sakit pada furunkel
vestibulum nasi
HIDUNG DALAM
PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan luar
2. Pemeriksaan dalam :
a. Rinoskopi anterior
b. Rinoskopi posterior
PEMERIKSAAN DARI
LUAR
Inspeksi
Bentuk luar hidung  deviasi?
Pembengkakan di hidung dan paranasal
Luka-luka
Warna
Sulkus naso-labial
Palpasi Regio frontalis
untuk sinus frontalis
•Menekan lantai sinus frontalis,
dengan ibu jari ke arah medio-
superior ,dengan tenaga yang
optimal dan simetris (tenaga
kiri= kanan)
•Menekan dinding muka sinus
frontalis, dengan ibu jari ke
arah medial dengan tenaga
yang optimal dan simetris ,
pada tempat yang simetris dan
tidak boleh pada foramen
supraorbitalis sebab disana ada
N.supraorbitalis.
•Nilai: mempunyai nilai bila
ada perbedaan reaksi, sinus
yang lebih sakit adalah sinus
yang patologis
Fossa kanina ( untuk sinus
maxilaris): Syarat- syarat
seperti diatas , tetapi jangan
ditekan pada foramen infra-
orbitalis sebab ada N. Infra-
orbitalis.
RINOSKOPIA ANTERIOR
Alat- alat:

a) Spekulum hidung hartman


b) Pinset (angulair)- bayonet
(Lucae)
c) Aplikator

d) Pipa penghisap
e) Kaca rinoskopi posterior
CARA MEMEGANG
SPEKULUM
• Memegang spekulum dengan
tangan kiri, posisi spekulum
horizontal, tangkai lateral,
mulutnya medial(masuk dalam
lubang hidung)
• Memasukkan spekulum : Mulut
spekulum dalam keadaan
tertutup, masukkan spekulum
kedalam kavum nasi dan mulut
spekulum dibuka pelan- pelan
• Mengeluarkan spekulum: Mulut
spekulum ditutup 90%, baru
dikeluarkan. Jika ditutup 100%,
maka mungkin ada bulu rambut
yang terjepit dan ikut tercabut.
Tahap-tahap pemeriksaan yang
dievaluasi pada “ Rinoskopi Anterior “
a. Memeriksa Vestibulum Nasi
b. Memeriksa Kavum Nasi Bagian Bawah
c. Memeriksa Fenomena Palatum Mole
d. Memeriksa Kavum Nasi Bagian Atas
e. Memeriksa Septum Nasi ( Seluruhnya )

Apabila terjadi edem mukosa dapat dimasukkan tampon kapas adrenalin


pantokain beberapa menit untuk mengurangi edem dan menciutkan konka
a. Memeriksa Vestibulum Nasi

Pemeriksaan pendahuluan, yang dilihat :

Bibir atas : maserasi ( terutama anak – anak )

Pinggir – pinggir lubang hidung : kruste, merah

Posisi septum nasi : dorong ujung hidung ke atas dengan
ibu jari.

Pemeriksaan dengan spekulum :

Bagian vestibulum sisi lateral dengan mendorong
spekulum ke lateral, medial dengan mendorong ke
medial, superior dengan mendorong ke atas, inferior
dengan mendorong ke bawah.

Yang di lihat : apakah ada sekret, krusta, bisul – bisul,
raghaden
b. Memeriksa Kavum Nasi Bagian Bawah

Arahkan cahaya lampu ke kavum nasi sehingga
sejajar dengan konka inferior, perhatikan :

warna mukosa dan konka inferior hiperemi, anemi, biru

besarnya lumen kavum nasi

dasar kavum nasi

septum deviasi, bentuk krista atau spina
c. Memeriksa Fenomena Palatum Mole

Cahaya lampu di arahkan ke dinding belakang
nasofaring.

Normal nasofaring kelihatan sangat terang karena cahaya
lampu tegak lurus pada dinding belakang nasofaring.

Kemudian penderita disuruh mengucapkan huruf “iiii”.

Positif jika, pada saat mengucapkan “iiii” palatum mole
bergerak keatas, sehingga akan kelihatan benda gelap yang
bergerak ke atas

Benda yang gelap karena cahaya tidak tegak lurus pada palatum mole.

Selesai mengucapkan huruf “iiii” palatum mole bergerak kebawah dan
tampak benda gelap menghilang ke arah bawah atau dinding belakang
yang gelap jadi terang kembali.

Negatif jika waktu mengucapkan huruf “iiii”, palatum mole tidak
bergerak ke atas, nasofaring tetap terang.


Fenomena palatum mole negatif pada :

paralisa dari palatum mole (post difteri)

spasme dari palatum mole (abses peritonsil)

sikatrik ( pasca ATE dengan sluder, arkus anterior ikut terambil)

tumor dalam nasofaring, misalnya karsinoma nasofaring, abses
retrofaring, adenoid
d. Memeriksa Kavum Nasi Bagian Atas

Arahkan cahaya lampu diarahkan ke kavum nasi bagian
atas ( kepala ditengadahkan )

Perhatikan :

kaput dari konka media

meatus medius: pus, polip

septum bagian atas: mukosa, posisi (deviasi sampai menekan
konka media)

fissura olfaktoria
e. Memeriksa Septum Nasi ( Seluruhnya )
Dari posisi tengadah penderita dikembalikan ke posisi semula.
Dilihat adanya deviasi septum berbentuk spina septi, krista
septi, huruf S.
RINOSKOPI POSTERIOR
Tujuan Pemeriksaan
Menyinari koane dan dinding-dinding
nasofaring dengan cahaya yang
dipantulkan oleh suatu cermin yang
ditempatkan dalam nasofaring.
Syarat yang harus dipenuhi:
• Harus ada tempat yang cukup luas buat
menempatkan kaca untuk itu lidah di dalam
mulut dan ditekan ke bawah dengan spatula.
• Harus ada jalan yang lebar antara uvula dan
faring agar cahaya yang dipantulkan oleh
cermin, dapat masuk ke dalam nasofaring.
• Untuk keperluan itu penderita harus bernapas
dari hidung, sehingga palatum mole akan
bergerak ke arah bawah, untuk memberi jalan
kepada udara yang dari kavum nasi ke paru-
paru dan sebaliknya.
Alat-alat
• Lampu kepala van hasselt
• Cermin yang kecil

• Spatula penekan lidah


• Lampu spiritus (untuk menjaga agar cermin
tidak kabur/ mengembun)
• Solusio tetrakain (- efedrin) 1% atau Xylocain
10% (untuk mengurangi reflek muntah)
Teknik
• Penderita yang sangat sensitif, faring diberikan
Xylocain 10%, selama 5 menit. Spatula
dipegang dengan tangan kiri, cermin dengan
tangan kanan.
• Punggung cermin dipanasi dengan lampu
spiritus sampai suhunya sedikit diatas 370C.
Temperatur dicek dengan menyentuhkan pada
punggung tangan kiri.
• Mulut dibuka lebar, lidah ditarik kedalam
mulut, penderita bernafas lewat hidung.
• Ujung spatula diletakkan paramedian kanan
depan uvula, lidah ditekan kebawah.
• Masukkan cermin antara faring dan palatum
mole kanan, kemudian cermin disinari.
Posterior Rhinoscopy
Mirror Examination Nasal turbinates
Sup. Middle &Infer

Margo
posterior
Septum nasi
Tahap-tahap pemeriksaan:
• Tahap 1 : Pemeriksaan septum nasi (margo
posterior), koane dan tuba kanan
• Tahap 2 : Pemeriksaan septum nasi (margo
posterior), koane dan tuba kiri
• Tahap 3 : Memeriksa atap nasofaring
• Tahap 4 : Memeriksa kauda konka inferior
Rinoskopia posterior untuk melihat koane

1. Meatus superior
2. Meatus medius
3. Meatus inferior
4. Koana
5. Konka Superior
6. Konka medius
7. Konka inferior
8. Palatum mole
9. Uvula
Rinoskopia posterior untuk
melihat ostium tuba
1. Lipatan anterior dari ostium tuba
2. Ostium tuba
3. Fosa Rosenmuller
4. Lipatan posterior dari ostium tuba
Tahap 1 : Memeriksa bagian
kanan penderita.
Cermin letaknya para median, maka kelihatan kauda
konka media kanan.
Putar tangkai cermin ke medial sehingga kelihatan margo
posterior septum nasi di tengah-tengah cermin.
Putar tangkai cermin ke kanan sehingga kelihatan konka.
Konka yang paling besar ialah kauda dari konka inferior.
Perhatikan kauda konka superior dan meatus medius.
Tangkai cermin diputar terus ke kanan. Kelihatan ostium

dan dinding-dinding tuba.


Tahap 2: Memeriksa bagian kiri
Putar tangkai cermin ke medial, hingga tampak margo posterior
dari septum nasi.
Putar terus tangkai cermin ke kiri sehingga tampak berturut-
turut konka media kiri dan tuba kiri.
Tahap 3: Memeriksa atap nasofaring
Tangkai cermin mulai diputar kembali ke medial sehingga
pada cermin kelihatan kembali margo posterior septum nasi.
Sesudah itu tangkai cermin dimasukkan sedikit dan
cermin direndahkan sedikit.
Rinoskopia posterior untuk melihat
atap nasofaring
1. Konka medius
2. Adenoid
3. Konka superior
4. Margo posterior septum nasi
Tahap 4: Memeriksa kauda konka
inferior
Tangkai cermin direndahkan, atau cermin
dinaikkan. Biasanya kauda konka inferior tak
dapat dilihat. Dapat dilihat bila konka inferior
hipertrofi, bentuk nya seperti murbei
(berdungkul-dungkul), udem.
Perhatikan:
• Radang : pus pada meatus medius dan
meatus superior adenoiditis, ulkus pada
dinding-dinding nasofaring (tbc)
• Tumor : poliposis, karsinoma.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai