Anda di halaman 1dari 27

PASIEN WOUND

DEHISCENCE POST
LAPAROTOMI Ca CALON
& PERITONITIS TB

“Luka yang tidak sembuh-sembuh


pasca pembedahan bagian perut, kanker Nama Kelompok :
usus besar, dan peritonitis TB”
1. Diana Oktavia Ningrum (201801005)
2. Leliyana Candra Putri (201801008)
PENGERTIAN

Burst abdomen atau disebut juga sebagai


Wound dehiscence merupakan komplikasi luka Etiologi
post operasi yang paling sering terjadi setelah
pembedahan mayor abdomen. Laparatomi Penyebab dari pada Ca Colon tidak diketahui.
merupakan jenis operasi bedah mayor yang
dilakukan di daerah abdomen Faktor resiko telah teridentifikasi untuk kanker
kolon :
Ca Colon atau Kanker Usus Besar adalah
1.Usia lebih dari 40 tahun
suatu bentuk keganasan yang terjadi pada kolon,
rektum, dan appendix (usus buntu) Kanker
2.Darah dalam feses
colon/usus besar adalah tumbuhnya sel kanker 3.Riwayat polip rektal atau polip kolon
yang ganas di dalam permukaan usus besar atau 4.Adanya polip adematosa atau adenoma villus
rectum. 5.Riwayat keluarga dengan kanker kolon atau
poliposis dalam keluarga
6.Riwayat penyakit usus inflamasi kronis
7.Diet tinggi lemak, protein, daging dan rendah
serat.
Patofisiologi

Penyebab jelas Ca Cancer (kanker usus besar) belum diketahui secara pasti, namun makanan
merupakan faktor yang penting dalam kejadian kanker tersebut. Yaitu berkorelasi dengan faktor
makanan yang mengandung kolesterol dan lemak hewan tinggi, kadar serat yang rendah, serta
adanya interaksi antara bakteri di dalam usus besar dengan asam empedu dan makanan, selain itu
dapat juga dipengaruhi oleh minuman yang beralkohol, khususnya bir. Kanker kolon dan rektum
terutama berjenis histopatologi (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel dalam usus =
endotel). Munculnya kanker kolon biasanya dimulai sebagai polip jinak, yang kemudian dapat
menjadi ganas dan menyusup, serta merusak jaringan normal dan meluas ke dalam struktur
sekitarnya.
PENGERTIAN

Peritonitis tuberkulosa (radang selaput usus Etiologi


karena tuberkulosis). Tuberkulosis peritonitis Peradangan pada peritneum ini umumnya
merupakan suatu penyakit peradangan pada disebabkan oleh infeksi bakteri atau jamur.
peritoneum parietal yang disebabkan oleh
infeksi Mycobacterium tuberkulosis yang berasal
dari peritoneum, penyakit ini jarang berdiri
sendiri dan biasanya merupakan kelanjutan dari
proses tuberkulosis di tempat lain terutama dari
tuberkulosis paru.
Patofisiologi
Peritonitis TB (Tuberkulosis peritonitis) didahului oleh infeksi Myeobacterium
tuberculosis yang menyebar secara hematogen ke organ-organ di luar paru termasuk
peritoneum. Dengan perjalanan waktu dan menurunnya daya tahan tubuh dapat mengakibatkan
terjadinya Tuberkulosis peritonitis. Cara lain adalah dengan penjalaran langsung dari kelenjar
mesenterika atau dari tuberkulosis usus. Pada peritoneum terjadi tuberkel dengan massa
perkijuan yang dapat membentuk satu kesatuan (konfluen). Pada perkembangan selanjutnya
dapat terjadi penggumpalan atau pembentukan nodul tuberkulosis pada omentum di daerah
epigastrium dan melekat pada organ-organ abdomen dan lapisan viseral maupun parietal
sehingga dapat menyebabkan obstruksi usus dan pada akhirnya dapat mengakibatkan
tuberkulosis peritonitis. Selain itu, kelenjar limfe yang terinfeksi dapat membesar yang
menyebabkan penekanan pada vena porta yang mengakibatkan pelebaran vena dinding
abdomen dan asites.
IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn Muzammil
Jenis kelamin : Laki-laki
No. Register : 1313338
Usia : 28 tahun
Alamat : Probolinggo
Pekerjaan : wiraswasta
Ruang : 14
MRS : 2 Mei 2013
RS : Makanan Cair Pan-enteral 8 kali sehari
Diagnosa medis : Wound dehiscence post laparotomi + Ca colon + peritonitis TB
RIWAYAT GIZI
Dahulu

• Frekuensi makan teratur 3x makan utama/hari dengan susunan menu makanan pokok, lauk
hewani, lauk nabati (jarang) dan sayur.
• Makanan pokok yang sering dikonsumsi 3x/hari adalah nasi putih, sekali makan sebanyak ±
200 gram.
• Lauk hewani yang sering dikonsumsi adalah daging sapi + 30 g, pasien tidak suka daging
ayam dan jarang makan ikan.
• Lauk nabati setiap hari dikonsumsi, tahu dan tempe goreng.
• Pasien tidak setiap hari mengkonsumsi sayur karena tidak suka, hanya yang ditumis saja.
• Pasien juga jarang mengkonsumsi buah-buahan.
• Cara pengolahan makanan yang paling disukai adalah digoreng, bersantan dan pedas.
• Pasien sering mengkonsumsi jajanan goreng-gorengan seperti kerupuk + 50 g setiap kali
makan, tahu isi dan weci hampir setiap hari.
• Pasien merokok.
Sekarang
Pasien mendapatkan makanan Hasil recall 24 jam
cair pan-enteral 8 kali sehari

Keterang
Zat Gizi Kebutuhan Intake % an

Energi Kurang
1.666 kkal 2.611kkal 64%

Protein Kurang
71,9 gram 155 gram 46%

KH Kurang
243,5 gram 333 gram 73%

Lemak Kurang
59,4 gram 73 gram 81%
Riwayat Penyakit
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien pernah melakukan operasi usus buntu pada tanggal 15-04-2013.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Luka bekas operasi usus buntu tidak sembuh-sembuh dan mengeluarkan
nanah serta terjadi peritonitis TB dan setelah dilakukan biopsi didiagnosis
terdapat Ca Colon.
PEMERIKSAAN ANTROPOMETRI

Pemeriksaan Antropometri
TL : 52,2 cm
LILA : 21 cm
BB = 2.863 x LILA (cm) - (4.019 x sex) - 14.533
= 2.863 x 21 - (4.019 x 0) - 14.533
= 60.123 - (0) - 14.533
= 45,590
= 46 kg
TB = 64,19 - (0,04 x U) + 2,02 x TL (cm)
= 64,19 - (0,04 x 28) + 2,02 x 52,2
= 64,19 - (1,12) + 105,444
= 63,07 + 105,444
= 168,514 cm
= 169 cm
KEBUTUHAN ENERGI DAN ZAT GIZI

IMT =

BBI = 90% x (TB x 100)


= 90% x (169 x 100)
= 90% x (69)
= 62,1 kg
= 62 kg
BMR = 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) - (6,8 x U)
= 66 + (13,7 x 62) + (5 x 169) - (6,8 x 28)
= 66 + (849,4) + (845) - (190,4)
= 66 + (1.504)
= 1.570 kkal
SDA = 8% x BMR
= 8% x 1.570
= 125,6
TEE = (SDA + BMR) x FA x FS
= (125,6 + 1.570) x 1,1 x 1,4
= (1.695,6) x 1,54
= 2.611,224
= 2.611 kkal
Perhitungan Zat Gizi :
Protein = 2,5 x BB
= 2,5 x 62
= 155 x 4
= 620 : TEE
= 620 : 2.611
= 0,237 X 100%
= 23,7%
= 24%
Lemak = 25% x TEE
= 25% x 2.611
= 652,7 : 9
= 72,5
= 73 gram

Karbohidrat = 100% - (P+L)


= 100% - (24% + 25%)
= 100% - 49%
= 51% x TEE
= 51% x 2.611
= 1331,61 : 4
= 332,9
= 333 gr
Distribusi Makan :
Makan Pagi : 25% x 2.611 = 652,75kkal
Snack Pagi : 15% x 2.611 = 391,65kkal
Makan Siang : 30% x 2.611 = 783,3kkal
Snack Siang : 15% x 2.611 = 391,65kkal
Makan Malam : 25% x 2.611 = 652,75kkal
FISIK KLINIS

Data Fisik/Klinis Hasil Nilai Normal Interpretasi

13 Mei 2013

Keadaan umum Cukup -

Kesadaran CM CM

GCS 456 456

TD 110/60 mmHg 120/80 mmHg Rendah

Nadi 82 x/mnt 60-100 x/mnt

RR 28 x/mnt 12-24 x/mnt Tinggi

Suhu 36,70C 36-37


IDENTIFIKASI MASALAH

1.Underweight
2.Leukosit (T)
Hb (R)
Hematokrit (R)
Trombosit (T)
MCV (R)
MCH (R)
RDW (T)
Albumin (R)
3. TD rendah
4. RR tinggi
5. Mendapatkan Makanan cair (Enteral)
6. Energi Kurang
7. Protein Kurang
8. Karbohidrat Kurang
9. Lemak Kurang
10. Kurangnya pengetahuan terkait nutrisi atau asupan
11. Pernah Melakukan Operasi Usus Buntu
12. Luka bekas Operasi usus buntu yang tidak sembuh-sembuh dan
mengeluarkan nanah serta didiagnosis Ca Colon
13. Pasien merokok
14. Penggunaan obat : - Ranitidin 2x1
-Antrain 3x1
-Albumin 25% 1x 24 jam
-Ondansetron
DIAGNOSIS

NI.2.3 Asupan dari Enteral Tidak Adekuat berkaitan dengan adanya Infeksi
luka bekas operasi usus buntu, Ca Colon, dan peritonitis TB
Ditandai dengan hasil recall Energi (64%) kurang, Protein (46%) kurang,
Lemak (81%) kurang, dan Karbohidrat (67%) kurang.

NI.5.1 Peningkatan Kebutuhan Gizi (Energi dan Protein) berkaitan dengan


perbaikan status gizi, adanya infeksi dan penyembuhan luka. Ditandai
dengan adanya albumin rendah, leukosit rendah, trombosit rendah
NB-1.1. Kurangnya pengetahuan terkait makanan dan zat giz
Dikaitkan dengan kebiasaan makan yang salah (kurang tapat) Ditandai
dengan Lauk yang sering dikonsumsi daging, pasien tidak suka daging
ayam dan jarang makan ikan, jarang konsumsi sayur & buah karena
tidak suka, sering mengkonsumsi goreng-gorengan seperti krupuk tahu
isi dan weci hampir setiap hari, dan sering merokok.
NC.2.2. Perubahan Nilai Laboratorium Terkait Gizi Dikaitkan dengan
adanya gangguan pada gastrointestinal serta penggunaan obat (Ranitidin,
Antrain, Albumin, dan Ondansetron) ditandai dengan nilai Leukosit
tinggi, trombosit tinggi, RDW tinggi, dan RR tinggi, serta Hb rendah,
Hematokri rendah, MCV rendah, MCH rendah, Albumin rendah, dan TD
rendah.

NC.3.1. BB Kurang Berkaitan dengan kurangnya asupan energi (Enteral)


Ditandai dengan adanya IMT < 17.
INTERVENSI

ND.2. Nutrisi Enteral dan Parenteral


Tujuan :
Memenuhi asupan protein dan energy serta zat gizi lainnya mencapai Prinsip diet:
lebih atau sama dengan 80% untuk mempercepat proses penyembuhan luka Energi Tinggi
bekas operasi usus buntu, serta mencegah dan mengurangi kerusakan Lemak cukup
jaringan tubuh.
Protein Tinggi
Memberikan bentuk makanan Enteral sesuai dengan kondisi Px.
Memperbaiki malnutrisi atau mempertahankan status gizi pasien secara Karbohidrat Cukup
bertahap.
Memberikan makanan yang membantu meringankan kerja usus dan
mencegah kerusakan lebih lanjut.
Memberikan nutrisi gizi yang seimbang, sesuai dengan kondisi
(kebutuhan) serta meningkatkan daya tahan tubuh Px.
Memberikan makanan yang tidak merangsang saluran cerna.
Mencegah terjadinya komplikasi.
Syarat Diet: Preskripsi (Rencana) :
 Memberikan makanan secara bertahap mulai Jenis Diet :
dari bentuk cair, saring, lunak, dan biasa serta Diet Pasca Bedah II & TKTP
pemberian makanan secara bertahap.
Bentuk Makanan :
Memberikan makanan sesuai dengan Makanan cair
kemampuan (kebutuhan) pasien
Cara Pemberian :
Memberikan makanan TKTP (Tinggi Energi dan
Tinggi Protein). Pemberian makanan melalui Enteral
Frekuensi Makan :
Protein diberikan tinggi 1,5-2,5 gr/kg BB
Memberikan dalam porsi kecil dan sering (8-10 kali/
Lemak diberikan 20-30% dari kebutuhan energy hari)
total.
Kebutuhan Energi : 2611 kkal
Karbohidrat diberikan sisa dari kebutuhan
energy total. Kebutuhan Protein : 155 gram
Kebutuhan Lemak : 73 gram
Memberikan makanan dengan porsi kecil dan
sering (8-10 kali/ hari). Kebutuhan KH : 333 gram
Memberikan makanan dalam bentuk mudah
dicerna.
Memberikan makanan melalui Entera.
E.1. Edukasi Pengetahuan/ Pendidikan Nutrisi Awal atau Singkat
Tujuan :
Meningkatkan pengetahuan tentang penyebab, tanda, dan gejala
serta makanan
yang baik untuk pasien Post Laparotomi Ca Colon dan
Peritonitis TB
Syarat :
Memberikan pengetahuan tentang makanan yang baik untuk
pasien post laparotomi CaColon dan Peritoritis TB
RC. 2.1. (Coordination of othercare during nutrition care) /
Kolaborasi atau Rujukan ke Penyedia Lain
Tujuan :
Mengadakan kolaborasi dengan petugas kesehatan lain (dokter,
perawat, rekam medis, dan petugas kesehatan lainnya) untuk
memberikan pelayanan kesehatan lain yang lebih baik
MONITORING DAN EVALUASI
• FI.1.1 Asupan energy
• FI.5.1 Asupan lemak
• FI.5.2 Asupan protein
• FI.5.3 Asupan karbohidrat
• S.1.1.2 IMT
• FI.5.4 Asupan serat
• S.2. Pemeriksaan Biokimia :
• FI.2.1.4 Cairan pengganti makanan
• S.2.8.1 Hemoglobin
• FI.3.1 Asupan enteral
• S.2.8.2 Hematokrit
• S.2.8.3 MCV
• S.2.9.1 Albumin
• S.2.8.5 Red cell distribution width
• S.3.1.7 Tanda vital
• BE.1 Pengetahuan
• BE.2 Perilaku
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai