Oleh:
Carenia Morenza Tanos - 17014101
Darrel A. H. Paruntu – 17014101120
Def Reinhard Kabo – 17014101022
Evanli Ken Risky Lisai - 17014101151
STADIUM
STADIUM EKSUDATIF STADIUM ORGANISASI
FIBROPURULEN
• 24-72 jam • Cairan pleura • 2-4 minggu
• Penimbunan cairan bertambah kental dan • Terbentuknya
pleura sedikit keruh fibrotoraks
• Cairan pleura • Cairan pleura
mengandung banyak mengandung banyak
neutrofil leukosit PMN, bakteri,
dan debris seluler
Rosenbluth DB. 2002. Pleural effusion: Nonmalignant and malignant. In: Fishman’s of pulmonary disease and disorders. Editors: Fishman AP,
Elias JA, et al. 3rd. Ed. McGraw-Hill Companies, 487-506.
MANIFESTASI KLINIS
Huang-Che H, Heng-Chung C, et al. Lung abcess predicts the surgical outcome in patients with pleural empyema. 2010. Journal of Cardiothoracic
Surgery. diakses tanggal 5 Februari 2019 http://www.cardiothoracicsurgery.org/content/5/1/88
PATOFISIOLOGI
Yu, H. Management of Pleural Effusion, Empyema and Lung Abscess. Seminars In Interventional Radiology 2011;28;75-86
Gambar 1. Perkiraan waktu jika efusi parapneumonia tidak diobati atau tidak tepat pengobatan. Secara umum,
empiema akan berkembang 4 – 6 minggu setelah terjadinya aspirasi bakteri ke dalam paru-paru. 3
Ahmed, AEH, Tariq, EY. Empyema Thoracis. Clinical Medicine Insights: Circulatory, Respiratory and Pulmonary Medicine 2010:4
Sahn, SA. Diagnosis and Management of Parapneumonic Effusions and Empyema. Chicago Journal : Clinical Infectious Disease 2007:45
Tabel 2. Tahap yang berbeda dalam evolusi efusi pleura terinfeksi dengan perubahan patologis yang
terkait dan temuan cairan pleura.4
Vardhan, MV, et al. Empyema Thoracis-Study of Present Day Clinical & Etiological Profile and Management Techniques. Inj. J. Tub. 1998, 45, 155
Pada awal tahap eksudat pergerakan cairan ke rongga pleura akibat
menimgkatnya permeabilitas vaskular kapiler produksi sitokin proinflamasi
seperti interleukin 8 (IL-8) dan Tumor Necrosis Factor α (TNF α) menyebabkan
perubahan yang aktif pada sel mesotelial pleura untuk memfasilitasi cairan masuk
ke rongga pleura.
Awalnya, cairan eksudat tersebut dikarakteristikkan dengan jumlah leukosit yang
↓, kadar LDH kurang dari setengah dari kadar serum (< 1000 IU/l), pH normal (>
7,2) dan kadar glukosa (< 2,2 mmol/l) yang normal dan tidak mengandung bakteri.
Tahap ini, ketika cairan pleura merupakan eksudat steril sederhana, sering disebut
dengan ‘efusi parapneumonik simpel. Tahap ini dibutuhkan antibiotik yang
adekuat dan paling tidak memerlukan tindakan drainase.
Rosenbluth DB. 2002. Pleural effusion: Nonmalignant and malignant. In: Fishman’s of pulmonary disease and disorders. Editors: Fishman AP, Elias JA, et al.
3rd. Ed. McGraw-Hill Companies, 487-506.
Peningkatan kadar Plasminogen Activator Inhibitor dan menurunnya tissue type
plasminogen activator (tPA) terlihat dimana deposisi fibrin dan memicu
pembentukan septa-septa di cairan. Fagositosis neutrofil dan matinya bakteri
memicu proses inflamasi dengan melepaskan lebih banyak fragmen dinding sel
bakteri dan protease.
Jika pengobatan tidak dimulai, PPE simpel ini menjadi fibrinopurulen dengan
peningkatan akumulasi cairan dan invasi bakteri melalui endotel yang rusak.
Invasi bakteri mempercepat respon imun, memicu perpindahan neutrofil dan
aktivasi kaskade koagulasi memicu meningkatnya prokoagulan dan menekan
aktivitas fibrinolitik.
Ahmed, AEH, Tariq, EY. Empyema Thoracis. Clinical Medicine Insights: Circulatory, Respiratory and Pulmonary Medicine 2010:4
Davies, HE, et al. Management of Pleural Infection in Adults. British Thorax Society pleural disease guideline 2010;65
Ahmed, AEH, Tariq, EY. Intrapleural Therapy in management of complicated parapneumonic effusions and empyema. Clinical Pharmacology: Advances
and Applications 2010:2;213–221
Kombinasi hal ini peningkatan asam laktat dan produksi karbondioksida
sehingga pH cairan pleura menurun, diikuti dengan meningkatnya metabolisme
glukosa dan meningkatnya kadar LDH karena lisisnya leukosit. Jika tidak diobati
menjadi nanah yang jelas (empiema).
Tahap akhir adalah fase dimana terdapat proliferasi fibroblas. Pleura fibrous solid
mulai membentuk yang kadang-kadang menyelubungi paru-paru yang mencegah
re-ekspansi, mengganggu fungsi paru menciptakan ruang pleura persisten
dengan potensi untuk terjadinya infeksi. Infeksi pleura juga dapat muncul tanpa
ada bukti adanya pneumonia – disebut ‘empiema primer’.
Ahmed, AEH, Tariq, EY. Empyema Thoracis. Clinical Medicine Insights: Circulatory, Respiratory and Pulmonary Medicine 2010:4
Davies, HE, et al. Management of Pleural Infection in Adults. British Thorax Society pleural disease guideline 2010;65
Ahmed, AEH, Tariq, EY. Intrapleural Therapy in management of complicated parapneumonic effusions and empyema. Clinical Pharmacology: Advances
and Applications 2010:2;213–221
MANAJEMEN
Terapi Antibiotik
Drainase Cairan Pleura
Fibrinolitik Intrapleura
Pembedahan
TERAPI ANTIBIOTIK