Anda di halaman 1dari 9

KELOMPOK VI

Nama Kelompok :
1. SHERLY LEONY
2. NOVITA
3. AIDIL ADHARY
KERAJAAN KEDIRI
LATAR BELAKANG

Sesungguhnya kota Daha sudah ada sebelum Kerajaan Kadiri berdiri. Daha
merupakan singkatan dari Dahanapura, yang berarti kota api. Nama ini terdapat
dalam prasasti Pamwatan yang dikeluarkan Airlangga tahun 1042. Hal ini sesuai
dengan berita dalam Serat Calon Arang bahwa, saat akhir pemerintahan Airlangga,
pusat kerajaan sudah tidak lagi berada di Kahuripan, melainkan pindah ke Daha.
SEJARAH KEDIRI

Kerajaan Kediri merupakan salah satu dari beberapa kerajaan besar dan
berpengaruh di nusantara. Kerajaan Kediri atau juga sering disebut
Kerajaan Kadiri hadir di nusantara pada tahun 1045 M sampai tahun 1222
M.

Selama 177 tahun kekuasaannya, Kerajaan Kediri banyak memberikan warna


peradaban di nusantara yang kemudian bernama Indonesia ini. Pada masa
keemasannya, Kerajaan Kediri memiliki wilayah kekuasaan yang cukup luas.
Pada masa pemerintahan Sri Jayabhaya, Kerajaan ini meliputi seluruh Jawa
dan beberapa pulau di Nusantara, bahkan sampai mengalahkan pengaruh
Kerajaan Sriwijaya di Sumatera.
AWAL MASA KERAJAAN KEDIRI

Selama 60 tahun peperangan antara Panjalu dan Jenggala terus terjadi, hingga
munculnya nama Raja Bameswara (1116-1135) dari Kediri. Pada masa Raja Bameswara
inilah ibukota Panjalu dipindahkan dari Daha ke Kediri, sehingga Panjalu lebih dikenal
dengan nama Kediri. Pada awal perang saudara antara Jenggala dan Panjalu,
dimenangkan oleh Jenggala, namun pada perkembangannya Panjalu atau Kedirilah yang
bisa menguasai seluruh tahta Airlangga. Sejarah Kerajaan Panjalu mulai diketahui
dengan adanya prasasti Sirah Keting tahun 1104 atas nama Sri Jayawarsa. Raja-raja
sebelum Sri Jayawarsa tidak diketahui, sedangkan urutan raja-raja sesudah Sri
Jayawarsa dapat diketahui dengan jelas berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan.
Kerajaan Panjalu di bawah pemerintahan Sri Jayabhaya berhasil menaklukkan Kerajaan
Janggala dengan semboyannya yang terkenal dalam prasasti Ngantang (1135), yaitu
Panjalu Jayati, atau Panjalu Menang.
KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA KERAJAAN
KEDIRI

Dalam buku Chou ju-kua dikisahkan, pada saat kerajaan Kediri berjaya di
Pulau Jawa, penduduknya menganut 2 agama yakni Budha dan Hindu.
Masyarakat jawa dikenal sangat berani dan emosional. Waktu luang yang ada
digunakan warganya untuk mengadu binatang. Masyarakat sudah mengenal
mata uang yang terbuat dari campuran tembaga dan perak.. Kondisi
masyarakat Kediri sudah teratur. Penduduknya sudah memakai kain sampai
di bawah lutut, rambut diurai, serta rumahnya bersih dan rapi. Dalam
perkawinan, keluarga pengantin wanita menerima maskawin berupa emas.
Orang-orang yang sakit memohon kesembuhan kepada dewa dan Buddha.
RUNTUHNYA KERAJAAN KEDIRI

Sayang sekali, selepas kepemimpinan raja Jayabaya, Kediri mengalami kemunduran.


Masa pimpinan raja Kertajaya, kejayaan Kediri runtuh. Keruntuhan ini karena adanya
pertentangan dengan kaum Brahman. Brahmana menganggap Kertajaya telah melanggar
agama dan memaksa meyembahnya sebagai dewa. Kaum Brahmana meminta perlindungan
Ken Arok seorang akuwu dari Tumapel. Perselisihan ini semakin memuncak, dan ditandai
dengan pertempuran di Desa Ganter (1222 M). Dalam pertempuran ini Kertajaya
dikalahkan Ken Arok dan pada masa inilah kejayaan kerajaan Kediri berakhir. Namun
masa ini belumlah benar-benar berakhir. Kediri masih bisa kembali bangkit dibawah
pimpinan Raja Jayakatwang. Namun kebangkitan ini tidaklah lama, karena setelah
Jayakatwang dikalahkan oleh tentara Mongol dan pasukan Raden Wijaya, dari kerajaan
Singasahri, Kediri benar-benar hancur dan tidak pernah terdengar beritanya.
RAJA-RAJA KERAJAAN KEDIRI
BERDASARKAN PRASASTI YANG
DITEMUKAN

 Sri Samarawijaya, putra Airlangga namanya ditemukan dalam prasasti Pamwatan (1042).

 Sri Jayawarsa, berdasarkan prasasti Sirah Keting (1104). Tidak diketahui dengan pasti apakah ia
adalah pengganti langsung Sri Samarawijaya atau bukan.
 Sri Bameswara, berdasarkan prasasti Padelegan I (1117), prasasti Panumbangan (1120), dan
prasasti Tangkilan (1130).
 Sri Jayabhaya, merupakan raja terbesar Panjalu, berdasarkan prasasti Ngantang (1135), prasasti
Talan (1136), dan Kakawin Bharatayuddha (1157).
 Sri Sarweswara, berdasarkan prasasti Padelegan II (1159) dan prasasti Kahyunan (1161).

 Sri Aryeswara, berdasarkan prasasti Angin (1171).

 Sri Gandra, berdasarkan prasasti Jaring (1181).

 Sri Kameswara, berdasarkan prasasti Ceker (1182) dan Kakawin Smaradahana.

 Sri Kertajaya, berdasarkan prasasti Galunggung (1194), Prasasti Kamulan (1194), prasasti Palah
(1197), prasasti Wates Kulon (1205), Nagarakretagama, dan Pararaton.

Anda mungkin juga menyukai