Anda di halaman 1dari 11

Teori Pasca Aliran Freud (Post – Freudian)

Erik Erikson

Kelompok 05- Psikologi Proyektif

- Nurul Dwi Rahmawati 1511417003


- Diva Anya Nuraisyah 1511417030
- Nurhida Rakhma 1511417103
- Yesy Anggun 1511417130
- Luthfi Rahmawati 1511417118
Teori Erik Erikson dan Perkembangannya
Ego dalam Teori Paska Aliran Freud (Erikson)
Freud Erikson
Ego tidak memiliki kekuatan sendiri, bergantung Ego merupakan kekuatan positif yang
pada diri menciptakan jati diri dan rasa akan “Saya”
(adanya kualitas yang dimiliki oleh ego)
Ego senantiasa berupaya untuk memenuhi Ego menolong kita untuk dapat beradaptasi
tuntutan dari superego dengan beragam konflik dan krisis

Penekanan sebagian besar pada faktor biologis Penekanan sebagian besar pada faktor sosial
dan sejarah

Ego :
Sebagai agen pengatur setengah tidak sadar yang mempersatukan pengalaman-pengalaman sekarang
dengan jati diri di masa lampau dan juga dengan gambaran diri yang diharapkan. Bertujuan untuk
menciptakan jati diri seseorang. Bagian terbesar ego muncul dan dibentuk oleh lingkungan sosial.
3 Dimensi Ego yang Sempurna

01 Faktualitas
Ego berisi kumpulan fakta dan data hasil interaksi
dengan lingkungan

02 Universalitas
Kesadaran akan kenyataan (sens of reality) yang
menggabungkan hal praktis dan kongkrit dengan
pandangan semesta.

03 Aktualitas
Ego terus mengembangkan cara baru dalam
memecahkan masalah kehidupan, menjadi lebih
efektif, prospektif, dan progresif.
3 Aspek Ego yang saling berhubungan

01 Ego Tubuh
Mengacu pada pengalaman-pengalaman dengan
tubuh kita, yaitu cara memnadang fisik diri
kitasebagai sesuatu yang berbeda dengan orang
lain.

02 Ego Ideal
Gambaran mengenai bagaimana seharusnya diri,
sesuatu yang bersifat ideal.

03 Ego Identitas
Gambaran yang kita miliki terhadap diri kita sendiri
dalam ragam peran sosial yang kita mainkan.
Tahap Perkembangan

PSIKOSOSIAL
Aspek Krisis Lingkungan Sumber Ritualisasi vs
Tahap/ Usia Virtue
Psikoseksual Psikososial Sosial Utama Patologi Ritualisme
I Numinous vs
Oral Sensory Trust vs Mistrust Ibu Hope Withdrawal
Bayi (0-1) Idolism
II Autonomy vs Judicious vs
Anal Muscular Orangtua Will Compulsion
Anak Awal (1-3) Shame, Doubt Legalism
III
Infantile Genital Dramatic vs
Kanak” Awal Inisiative vs Guilt Keluarga besar Purpose Inhibition
Locomotor Impersonation
Pra Sekolah (3-6)
IV
Kanak” tengah & Industry vs Sekolah Formal vs
Latency Competence Inertia
akhir Inveriority Tetangga Formalism
Sekolah
V Identity vs Identity Peer group, out Idiology vs
Puberty Fidelity Repudiation
Remaja (12-20) Confusion group, model Totalism
VI Patner (sex),
Itimacy vs Affiliation vs
Dewasa Awal (20- Genitality sahabat, Love Exclusivisty
Isolation Elitism
30) saingan
VII Serikat
Generativity vs Generational vs
Dewasa Tengah Pekerja Care Rejectivity
Stagnation Authoritism
(40-65) Masyarakat
VIII Integrity vs Kehidupan Integral vs
Wisdom Disdain
Dewasa Akhir (>65) Despair Manusia Sapentism
Konsep Penting Teori Erikson
• Ego berkembang mengikuti prinsip epigenetik, artinya tiap
bagian dari ego berkembang pada tahap perkembangan
tertentu dalam rentangan waktu tertentu. Begitu pula dengan
kepribadian.
• Disetiap tahap ada konflik psikososial yang bertentangan,
yaitu elemen (+) dan elemen (-). Tugas perkembangan bukan
untuk menghilangkan elemen (-), tapi membuat keseimbangan
antara keduanya condong ke arah (+).
• Kekuatan ego: konflik psikososial akan mempengaruhi atau
mengembangkan ego. Kemenangkan aspek (+) akan memberi
ego sifat yang baik, yang disebut virtue (basic strength).
Konsep Penting Teori Erikson
• Aspek somatis: erikson tidak melupakan aspek
somatis/biological dari perkembangan manusia.
• Identitas Ego dibentuk oleh konflik dan peristiwa masa
lalu, kini, dan masa datang (pancaragam). Neurosis tidak
hanya dipicu pada satu tahap perkembangan, tapi
pancaragam.
• Disetiap tahap perkembangan, ditanyai dengan adanya
krisis identitas. Selama masa krisis, banyak terjadi
perubahan penting identitas ego, bisa (+) bisa (-), bisa saja
individu lebih dapat menyesuaikan diri atau malah menjadi
salah suai
Keterkaitan Teori dengan Proyektif
Erikson tidak membatasi teori hubungan id-ego hanya sebatas memuaskan kebutuhan id
oleh ego. Menurutnya situasi lingkungan sosial ikut andil dalam menciptakan kesan dan
pengalaman yang akan disatukan oleh ego individu untuk menilai suatu situasi atau
peristiwa/pengalaman tertentu. Tentunya tak semua pengalaman berisfat (+), terkadang
individu pun mengalami penolakan, atau situasi tidak mengenakan yang secara tidak sadar
akan men triger ego untuk mengantisipasi interaksi serupa agar tidak menimbulkan
perasaan sedih atau frustrasi, karena ego yang sebagian besar bersifat tak sadar akan
mengorganisir, mensintesa pengalaman kita dimasa lalu, kini, dan masa depan, sehingga
empengaruhi cara ego memecahkan permasalahan. Tak jarang bahwa banyak individu yang
secara tidak sadar menekan id mereka untuk mengantisipasi adanya respon negatif dari
masyarakat, sehingga berpotensi adanya proyeksi sebagai proses defensif diri untuk
melawan kecemasan yang apabila id dilampiaskan, akan membuat ego tercela.

Rorschach adalah tes fungsi kepribadian. Tujuan teknik ini adalah untuk mengases struktur kepribadian, dengan
penekanan khusus pada bagaimana individu mengonstruksikan pengalaman mereka dan makna yang mereka
lekatkan pada pengalaman perseptual mereka (thematic imagery; Weiner,2004). Kemudian masih dikenal tes
Rorschach yang diambil melalui layar proyeksi, yang biasanya disebut Group Ro. Diantaranya terdapat: Grup
Ro masal yang diperkenalkan oleh H. Erickson dan Steigner. Metode ini banyak dipakai dalam tahun-tahun
sesudah Perang Dunia II guna menentukan anggota tentara.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai