Anda di halaman 1dari 13

Ryan Suryanata

(12) 185010100111193 Raffi


Raihans
(13) 185010101111057
Muhammad Risang Winasis
(14) 185010107111035 Raniah

Hukum Shabira Amien


(15) 185010107111056
Lafikasya Puteri Kamilia

pemerintahan (16) 185010107111098


Hafiyyan Daffa Muhammad

daerah
(17) 185010107111112 Arfad
Faddilah
(18) 185010107111132 Yolanda

Kelompok 2 Ivania Bachtian


(19) 185010107111159 Elvenus
Yahya
(20) 195010100111001
Nibraska Aslam
Tahun 1945
Corak Pemerintahan Pada masa UU ini Tentang
ialah Asas Dekonsentrasi Didalam UU kedudukan
no. 1/1945 menjelaskan bahwa komite
setidaknya terdapat tiga jenis daerah
nasional
daerah
yang memiliki otonomi pada masa ini
(Karasidenan, Daerah Otonom dan
Kabupaten).
Ruang Lingkupnya meliputi Kontroversinya Terdapat pada
Daerah-daerah yang dianggap Pasal 1 yang Mengecualikan
perlu oleh Menteri Dalam Surakarta dan Yogyakarta
Negeri yaitu Daerah Otonomi, karena didalam RUU, Badan
Karasidenan, Kabupaten serta Perwakilan Pusat menganggap
daerah lain yang dianggap tidak mempunyai gambaran
perlu (Pengecualian untuk yang jelas.
Corak Pemerintahan
Pada masa UU ini adalah UU No. 22 Tahun 1948 Kontroversinya sendiri
tentang Penetapan
Desentralisasi. Aturan-aturan Pokok terdapat didalam
mengenai Pemerintahan Pasal 7 yang
sendiri di daerah-daerah
yang berhak mengatur menjelaskan bahwa
dan mengurus rumah anggota DPRD
tangganya sendiri
menerima uang
sidang, uang jalan dan
menginap menurut
Ruang Lingkupnya meliputi tiga peraturan yang
tingkatan ditetapkan oleh DPRD
yaitu, Kabupaten, Provinsi dan itu sendiri meski harus
UU ini merupakan Pengganti UU
No. 22 tahun 1948 & UU No. 44
tahun 1950.

UU No. 1 Tahun 1957


UU ini dianggap membahayakan tentang Pokok- pokok
persatuan Bangsa dan keutuhan Pemerintahan Daerah
negara, karena hanya
mementingkan demokrasi,
pelaksanaan otonomi dan asas
desentralisasi.

Ketika itu, juga terjadi dualisme


struktural
UU No. 18 Tahun
1965 tentang
Meskipun asas dekonsentrasi juga Pokok- pokok
disebutkan, tetapi sifatnya hanya
Pemerintahan
sebagai komplemen, sedangkan
titik beratnya adalah pada asas
Daerah (pengganti
desentralisasi. UU No. 1 tahun
1957)
Lingkupnya meliputi Kotaraya,
Kotamadya, serta Kotapraja.

Ketika itu malah muncul tuntutan


untuk membentuk Daerah Tingkat
Pasal kontroversial didalam UU Ini yaitu Pasal
7 yang Mengharuskan Pimpinan DPRD

Corak Pemerintahan Dalam UU Ini yaitu UU No.


Berporoskan NASAKOM, 19 Tahun
tetapi Tidak 1965
Dijelaskan Seperti Apa tentang
Poros Nasakom
Desa Praja
Bercorak Desentralisasi
Tersebut.
Sebagai Bentuk

Ruang Lingkup Pengaturan Dalam Uu Ini Peralihan Untuk

Meliputi: Mempercepat

• Bentuk Dan Susunan Alat Kelengkapan Terwujudnya Daerah

Desa Praja; Tingkat III Di Seluruh

• Tugas Dan Kewenangan Desa Praja; Wilayah Republik

• Harta Benda, Keuangan Dan Indonesia

Penghasilan Desa Praja;


• Pengawasan Dan Bimbingan Atas
UU ini menjelaskan mengenai
Desentralisasi, Dekonsentrasi dan
Tugas Pembantuan yang
mengatakan prinsipnya adalah pada
otonomi nyata, dinamis dan
bertanggungjawab, dan berpatokan
kepada asas dekonsentrasi. UU No. 5
Tahun 1974
tentang
Pada zaman itu, penerapannya Pokok- pokok
bukannya meningkatkan Pemerintahan
di Daerah.
kemampuan daerah, malah
meninggalkan berbagai masalah.
Menganut corak sentralisasi, Hal ini tercermin

dan penyeragaman secara UU. No.5 dalam hampir


tahun 1970
semua kebijakan
nasional sosok tentang
Pemerintahan pemerintah pusat
organisasional pemerintahan Desa
yang terkait
desa.
dengan desa,
Selain itu, rangkaian struktur termasuk
organisasi pemerintahan desa keberadaan
dalam UU tersebut, lebih banyak Lembaga
dimanfaatkan sebagai ujung tombak Musyawarah
penetrasi negara ke desa, Desa dan
ketimbang menjadi wadah pembawa Lembaga
UU No.22
tahun 1999
Corak pemerintahan pada
tentang
masa UU ini adalah pemerintaha
bersifat Desentralisasi n daerah

Ruang lingkup UU
ini meliputi Daerah Kontroversi dari UU 22 tahun 1999 yaitu

Propinsi, Daerah terdapat pada pasal 1 huruf b yang berbunyi

Kabupaten, dan “Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah

Daerah Kota yang beserta perangkat Daerah Otonom yang lain

bersifat otonom. sebagai Badan Eksekutif Daerah.” dari


pernyataan disitu tidak disebutkan secara
spesifik siapa Pemerintah Daerah, apakah
UU No. 32
Tahun 2004
Menggunakan prinsip otonomi
tentang
seluas-luasnya dalam arti
Pemerintaha
daerah diberikan kewenangan
n Daerah
mengurus dan mengatur semua
Lingkupnya meliputi:
urusan pemerintahan di luar
•Pembentukan daerah dan kawasan
yang menjadi urusan
khusus •Pembagian Urusan
Pemerintah yang ditetapkan
Pemerintah Pusat dan daerah
dalam UU ini.
UU ini sudah tidak berlaku dan sudah •Penyelenggaraan Pemerintah

digantikan •Perangkat daerah

oleh UU No 23 Tahun 2014 tentang •Keuangan daerah

Pemerintah Daerah. •Peraturan daerah dan Kepala


daerah •Kepegawaian daerah

UU No. 32 Tahun 2004 isinya telah •Pembinaan Pengawasan

mengatur seluruh aspek dalam •Desa


Corak
UU No. 23
pemerintahanya
Tahun 2014
bersifat otonom.
tentang
Pemerintah
Lingkup UU ini meliputi Daerah
- Hubungan Pemerintah Pusat
dan Daerah
- Penyelenggaraan Pemerintah Kontroversinya terletak pada Pasal 209
Daerah Ayat 2 (Kelurahan tidak lagi menjadi
- Urusan Pemerintahan Perangkat Daerah) & Pasal 209 Ayat 3
- Peran Gubernur sebagai Wakil (Hanya sampai tingkat Kecamatan yang
Pemerintah Pusat di Daerah - harus melaksanakan Urusan
Perangkat Daerah Pemerintahan yang menjadi kewenangan
- Keuangan Daerah Daerah dan tugas perbantuan)
- Penataan Daerah
Pemerintah Daerah yang relatif otonom pertama kali
Sistem Pemerintahan
Daerah Sebelum
didirikan oleh Pemerintah Kolonial Belanda melalui
Kemerdekaan
Desentralisatie Wet Tahun 1903.
(Desentralisatie Wet 1903)
Undang-undang ini hanya mencakup wilayah Jawa dan
Madura saja. Sebelum Tahun 1903, seluruh wilayah Perbedaan sistem pemerintahan daerah sebelum dan
Hindia Belanda diperintah secara sentral di bawah sesudah UU Tahun 1903 terletak pada eksistensi Dewan
Gubernur Jenderal sebagai Wakil Raja Belanda di Daerah.
tanah jajahan. Disamping itu, terdapat juga daerah-
daerah yang tersebut
Raja-raja disebut ʻSwaprajaʼ
memerintah yang diperintah oleh Sebelum itu, tidak terdapat sama sekali otonomi
berdasarkan
raja-raja pribumi
kontrak politiksetempat.
yang ditandatangani dengan pemerintahan daerah. Semua unit pemerintah bersifat
wakil Pemerintah Belanda dan diberikan administratif atas dasar prinsip dekonsentrasi. Setelah UU
tugas untuk menjalankan beberapa tugas Tahun 1903 diterbitkan, didirikan- lah Dewan Daerah pada
atas nama pemerintah kolonial, di antara unit-unit pemerintahan tertentu, di mana mereka diberikan
kerajaan tersebut adalah Yogyakarta, kewenangan menggali pendapatan daerah guna
13

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai