Anda di halaman 1dari 58

SISTEM JARINGAN IRIGASI

Pengertian Umum

Empat unsur fungsional pokok :


1. Bangunan-bangunan Utama (HEAD WORKS)
 air diambil dari sumbernya (sungai atau waduk)
2. Jaringan PEMBAWA
 Saluran yang mengalirkan ke petak-petak tersier.
3. Petak-petak TERSIER dengan sistem pembagian air
dan sistem pembuangan kolektif, air irigasi sawah
4.Sistem PEMBUANGAN
Petak Irigasi

Peta Petak (1:2500)

- Bangunan-bangunan utama
- Jaringan dan trase saluran irigasi
- Jaringan dan trase saluran pembuang
- Petak-petak primer, sekunder dan tersier
- Lokasi bangunan
- Batas-batas daerah irigasi
- Jaringan dan trase jalan
- Daerah-daerah yg tidak diairi (desa-desa)
- Daerah-daerah yg tidak dapat diairi
(tanah jelek, terlalu tinggi dsb.)
Petak Irigasi:
a. Petak Primer
b. Petak Sekunder
c. Petak Tersier

Petak PRIMER
Dilayani oleh satu saluran primer yang mengambil air,
langsung dari sumber air (sungai)

Petak SEKUNDER
Menerima air dari bangunan bagi yg terletak di saluran primer
/ sekunder.
Batas petak sekunder , misal slr pembuang
Petak TERSIER
Menerima air irigasi yg dialirkan dan diukur pd bangunan
sadap (off take tersier)
Batas petak tersier , misal parit, jalan, batas desa,
dan sesar medan
Petak Tersier yang Ideal

Petak tersier dikatakan Ideal bila masing-masing


pemilikan sawah memiliki pengambilan sendiri dan
dapat membuang kelebihan air langsung ke jaringan
pembuang.
Ukuran dan bentuk petak tersier dan kuarter
Ukuran petak tersier bergantung pada besarnya biaya
pelaksanaan jaringan irigasi dan pembuang (utama
dan tersier) serta biaya eksploitasi dan pemeliharaan
(OP) jaringan.
Ukuran optimum suatu petak tersier: 50-100 ha.
Ukuran dpt ditambah sampai maksimum 150 ha

Petak kecil, efisiensi irigasi tinggi

Diperlukan lebih sedikit titik2 pembagian air


Saluran yg lebih pendek menyebabkan kehilangan air
yg lebih sedikit.
Lebih sedikit petani yg terlibat  kerjasama lebih baik
Pengaturan (air) yg lebih baik sesuai dgn kondisi
tanaman.
Perencanaan lebih fleksibel sehubungan batas2 desa
Bentuk optimal petak tersier adalah bujur sangkar

Ukuran petak kuarter bergantung pada


- ukuran sawah,
- Keadaan topografi,
- Tingkat teknologi yang dipakai,
- Kebiasaan bercocok tanam,
- Biaya pelaksanaan,
- Sistem pembagian air dan efisiensi

Ukuran optimum petak kuarter : 8-15 ha


Kriteria utk pengembangan petak tersier:

- ukuran petak tersier 50 – 100 ha


- Ukuran petak kuarter 8 – 15 ha
- Panjang saluran tersier < 1500 m
- Panjang saluran kuarter < 500 m
- Jarak antar saluran & pembuang < 300 m
Petak tersier yg ideal
Bentuk optimal petak tersier
Batas Petak

Batas petak tersier:


Didasarkan pada peta topografi, diatur sebaik mungkin:
Satu petak tersier terletak dalam satu daerah administrasi
desa.

Batas petak kuarter:


Saluran irigasi dan pembuang kuarter yg memotong
kemiringan medan dan saluran irigasi tersier
serta pembuang tersier atau primer
yg mengikuti kemiringan medan
Kondisi MEDAN

Tipe Medan Kemiringan


Medan terjal Di atas 2 %
Medan bergelombang 0.25 – 2%
Medan berombak 0.25 – 2%, pd
umumnya < 1%
Medan sangat datar < 0.25 %
 Layout pd Medan Terjal

Medan terjal, tanah sedikit mengandung lempung


Bahaya terhadap erosi

Penurunan elevasi muka air mengakibatkan


luas daerah yg diairi berkurang.
Layout pd Medan Agak Terjal

Banyak petak tersier mengambil airnya sejajar


dengan saluran sekunder yg akan merupakan
batas petak tersier di satu sisi

Batas sisi lain adalah pembuang primer.


Jika batas-batas jalan atau desa tidak ada , batas
atas dan bawah ditentukan oleh trase saluran
garis tinggi dan saluran pembuang.

Pada umumnya, saluran yang mengikuti lereng


adalah saluran tersier,biasanya saluran tanah
dengan bangunan terjun di tempat-tempat
tertentu.
Layout pd Medan Bergelombang

Jika keadaan medan tidak teratur maka tidak


mungkin untuk memberikan skema layout.
Ketidakteraturan sering disebabkan :
• Dasar sungai
• Bekas alur sungai
• Jalan
• Punggung medan dan tanah yg tidak rata

Trase saluran tersier pada kaki bukit utama dan


memberikan air dari salah satu sisi saluran
kuarter yang mengalir paralel atau dari kedua sisi
saluran kuarter yg mungkin ke arah bawah
punggung medan.
Layout pada medan datar
 Pada umumnya, tidak ada daerah datar yang luas sekali di proyek,
kecuali dataran pantai dan tanah rawa-rawa
 Potensi pertanian daerah-daerah semacam ini sering terhambat oleh
sistem pembuang yang jelek dan air yang tergenang terus-menerus
merusak kesuburan tanah.
 Sebelum tanah semacam ini di buat produktif, harus di buat sistem
pembuang yang efisien dahulu.
 Sistem yang paling baik adalah tipe “tulang ikan” (herringbone type)
atau sistem mengikuti gelombang bagian bawah.
Skema layout petak tersier pada medan terjal
Skema layout petak tersier pada medan terjal
Skema layout petak tersier pada medan agak terjal
Skema layout petak tersier di daerah datar berawa-rawa
Skema layout petak tersier di daerah datar bergelombang
Skema layout di daerah datar berawa-rawa
SALURAN IRIGASI

• Jaringan Saluran Irigasi Utama


Membawa air dari jaringan utama ke saluran
sekunder dan ke petak-petak tersier yg diairi

• Jaringan Saluran Irigasi Tersier


Membawa air dari bangunan sadap tersier di
jaringan utama ke dalam petak tersier kmdn kuarter
• Jaringan Saluran Pembuang Utama
• Jaringan Saluran Pembuang Tersier
STANDAR TATA NAMA (KP 01 hal 28)

Nama-nama yang di berikan untuk petak, saluran


bangunan dan daerah irigasi:
- Harus jelas,
- Pendek
- dan tidak mempunyai tafsiran ganda.

Nama-nama yang dipilih dibuat sedemikian sehingga


jika dibuat bangunan baru  tidak perlu mengubah
semua nama yang ada.
STANDAR TATA NAMA

a. Daerah Irigasi

Nama yg diberikan sesuai dgn nama daerah setempat,


atau desa terdekat dgn jaringan bangunan utama atau
sungai yg airnya diambil utk keperluan irigasi.
Apabila ada dua pengambilan atau lebih maka daerah
irigasi tersebut sebaiknya diberi nama sesuai dgn desa-
desa terdekat di daerah layanan setempat.
STANDAR TATA NAMA

b. Jaringan Irigasi Utama

Saluran irigasi primer sebaiknya diberi nama sesuai dgn


daerah irigasi yg dilayani.
Saluran irigasi sekunder diberi nama sesuai dgn nama
desa yg terletak di petak sekunder.
Petak sekunder sebaiknya diberi nama sesuai dgn nama
saluran sekundernya.
Saluran-saluran primer dan sekunder
STANDAR TATA NAMA

c. Jaringan Irigasi Tersier

Petak tersier diberi nama sesuai bangunan sadap tersier


dari jaringan utama.
Ruas-ruas saluran tersier diberi namasesuai dgn nama
box yg terletak di antara kedua box. Box tersier diberi
kode T diikuti nomer urut menurut arah jarum jam,
mulai dari box pertama di hilir bangunan sadap tersier.
Petak kuarter diberi nama sesuai dgn petak rotasi, diikuti
nomer urut mnr jarum jam. Diberi kode A, B, C dst.
Box kuarter diberi kode K, diikuti dgn nomer urut mnr arah
jarum jam (K1, K2 dst)
Saluran kuarter diberi nama sesuai dg petak kuarter yg
dilayani tetapi dgn huruf kecil (a1,a2, dst) .
Standar sistem tata nama utk skema irigasi
Standar sistem tata nama utk bangunan-bangunan irigasi
STANDAR TATA NAMA

d. Jaringan Pembuang

Pembuang primer:
Sungai-sungai alamiah yg kesemuanya akan diberi
nama. Apabila ada saluran-saluran pembuang primer
baru yg akan dibuat maka saluran itu hrs diberi nama
tersendiri.
Pembuang sekunder:
Berupa sungai atau anak sungai yg lebih kecil.
Pembuang tersier:
Pembuang kategori terkecil dan akan dibagi-bagi
menjadi ruas-ruas dgn debit seragam, masing-masing
diberi nomer seri sendiri-sendiri
Sistem tata nama
petak rotasi dan
kuarter

Sistem tata nama


jaringan pembuang
BANGUNAN UTAMA

Bangunan yg direncanakan di dan sepanjang


sungai atau aliran air untuk membelokkan air ke
dalam jaringan saluran agar dpt dipakai utk
berbagai keperluan,

biasanya dilengkapi dgn kantong lumpur utk


mengurangi sedimen yg berlebih serta mengukur
air yg masuk.
BANGUNAN UTAMA

Bangunan utama terdiri dari beberapa bagian :


• bangunan pengelak
• bangunan pengambilan
• bangunan pembilas (penguras)
• kantong lumpur
• pekerjaan sungai
• bangunan-bangunan pelengkap
BANGUNAN PENGELAK

Bangunan pengelak adalah bagian bangunan utama


yang benar-benar dibangun di dalam air.
 diperlukan untuk memungkinkan dibelokkannya air
sungai ke jaringan irigasi dengan jalan menaikkan
muka air di sungai, atau dengan memperlebar
pengambilan di dasar sungai seperti pada tipe
bendung saringan bawah (bottom rack weir).

Bila bangunan pengelak juga dipakai untuk


mengatur elevasi muka air di sungai, maka ada
dua tipe yang dapat digunakan, yaitu:
(1). Bendung pelimpah dan
(2). Bendung gerak (barrage)
Gambar 5.1. Bagian-
bagian Bangunan
Utama
BANGUNAN PENGAMBILAN

Bangunan pengambilan adalah sebuah bangunan


yang berupa pintu air. Air irigasi dibelokkan dari
sungai melalui bangunan tersebut.
Pertimbangan yang digunakan dalam merencanakan
adalah:
- debit rencana
- dan pengelakan sedimen. (lihat Gambar 5.2)
BANGUNAN PEMBILAS/PENGURAS

Pada tubuh bendung tepat di hilir pengambilan dibuat


bangunan pembilas guna mencegah masuknya
sedimen ke dalam jaringan saluran irigasi.
Pembilas dapat direncanakan sebagai :
- Pembilas pada tubuh bendung
- Pembilas bawah (undersluice)
- Shunt undersluice
- Pembilas bawah tipe boks.
Gambar Bangunan
Pengambilan dan
Pembilas/Penguras
Kantong lumpur/saluran penangkap pasir

Kantong lumpur mengendapkan fraksi-fraksi sedimen


yang lebih besar dari fraksi pasir halus (0,06 – 0,07
mm) dan biasanya ditempatkan di sebelah hilir saluran
pengambilan. (lihat Gambar).
Pekerjaan pengaturan sungai

Bangunan–bangunan khusus yang dibuat di sekitar bangunan


utama untuk menjaga agar bangunan tetap berfungsi dengan
baik antara lain :
- Pekerjaan pengaturan sungai guna melindungi bangunan terhadap
kerusakan akibat penggerusan dan sedimentasi. Pekerjaan ini
biasanya berupa krib, matras batu, pasangan batu kosong dan
dinding pengarah.
- Tanggul banjir untuk melindungi lahan yang berdekatan dengan
genangan akibat banjir.
- Saringan bongkah untuk melindungi pengambilan/pembilas bawah
agar bongkah tidak menyumbat bangunan selama terjadi banjir.
- Tanggul penutup untuk menutup bagian sungai lama atau untuk
mengelakkan sungai melalui bangunan tersebut.
Bangunan-bangunan pelengkap

Bangunan pelengkap terdiri dari bangunan atau


perlengkapan yang akan ditambahkan ke bangunan
utama untuk keperluan :
1. Pengukuran debit dan muka air di sungai maupun di
saluran.
2. Pengoperasian pintu.
3. Peralatan komunikasi, perumahan, gudang dan ruang
kerja untuk kegiatan eksploitasi dan pemeliharaan.
4. Jembatan diatas bendung.
5. Instalasi tenaga air mikro.
Tipe Bangunan Pengelak

Lokasi bangunan pengelak dan pemilihan tipe yang paling


cocok dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu;
~ sungai,
~ elevasi yang diperlukan untuk irigasi,
~ topografi pada lokasi yang direncanakan,
~ kondisi geologi teknik pada lokasi,
~ metode pelaksanaan
Gambar 5.3. Bangunan Kantong Lumpur
Gambar. Saluran Pengarah ke Kantong Lumpur
Gambar. Saluran Pembilas Kantong Lumpur
Tipe Bangunan Pelimpah

Bendung pelimpah adalah bangunan pelimpah melintang


sungai yang memberikan tinggi muka air minimum kepada
bangunan pengambilan untuk keperluan irigasi.
Bendung merupakan penghalang selama terjadi banjir dan
dapat menyebabkan genangan yang luas di daerah-
daerah hulu bendung tersebut.
Tipe bangunan ini merupakan tipe bangunan pengelak yang
paling umum dipakai di Indonesia. (lihat Gambar 5.4)
Gambar. 5.4. Bendung Pelimpah
Bendung gerak

Bendung gerak adalah bangunan berpintu yang dibuka


selama aliran besar.
Bendung gerak dapat mengatur muka air di depan
pengambilan agar air yang masuk tetap sesuai dengan
kebutuhan irigasi, dengan menggunakan pintu-pintunya
(pintu sorong, pintu radial dan sebagainya).
Tipe bangunan ini biasanya digunakan di daerah-daerah
aluvial yang datar di mana meningginya muka air di
sungai mempunyai konsekuensi-konsekuensi yang luas,
misalnya kebutuhan tanggul banjir yang panjang.
Bendung gerak mempunyai kesulitan-kesulitan eksploitasi
karena pintunya harus tetap dijaga dan dioperasikan
dengan baik dalam keadaan apapun. (lihat Gambar 5.5)
Bendung gerak

Penggunaan bendung gerak dapat dipertimbangkan, jika:


~ kemiringan dasar sungai kecil/relative datar
~ peninggian dasar sungai akibat konstruksi bendung tetap
tidak dapat diterima, karena akan mempersulit
pembuangan air atau membahayakan pekerjaan sungai
yang telah ada akibat meningginya muka air.
~ debit banjir tidak dapat dilewatkan dengan aman melalui
bendung tetap.
~ pondasi kuat
Gambar. 5.5.
Bendung Gerak
Gambar. 5.5. Denah Bendung Gerak
Pengambilan bebas/free intake

Untuk keperluan irigasi, tidak selalu merupakan keharusan


untuk meninggikan muka air di sungai.
Jika muka air sungai cukup tinggi, dapat dipertimbangkan
pembuatan pengambilan bebas, yaitu bangunan yang
dapat mengambil air dalam jumlah yang cukup banyak
selama waktu pemberian air irigasi, tanpa membutuhkan
tinggi muka air tetap di sungai. (lihat Gambar 5.6)
Pengambilan bebas

Bangunan pengambilan bebas jarang dipakai karena


persyaratan untuk berfungsinya bangunan tersebut
dengan baik sangat sulit dipenuhi.
Persyaratan tersebut meliputi:
1. kebutuhan pengambilan kecil, dibandingkan dengan
debit sungai andalan
2. kedalaman dan selisih tinggi energi yang cukup untuk
pengelakan pada aliran normal
3. tanggul sungai yang stabil pada lokasi bangunan
pengambilan
4. bahan dasar yang kecil pada pengambilan dan sedikit
bahan layang.
Gambar. 5.6.
Pengambilan Bebas
Pompa

Alternatif lain untuk penyediaan air irigasi adalah dengan


pompa.
Pompa dapat dipakai untuk menaikkan air sampai elevasi
yang diperlukan.
Pompa merupakan metode yang fleksibel untuk
mengelakkan air dari sungai. Tetapi karena biaya
energinya mahal (bahan bakar atau listrik), maka pompa
hanya digunakan apabila pemecahan berdasarkan
gravitasi tidak memungkinkan, serta analisis ekonomi
menunjukkan bahwa instalasi pompa memang layak.
Gambar. Tipe-tipe Stasiun Pompa Tinggi Energi Rendah
Gambar Bendung Saringan Bawah

Anda mungkin juga menyukai