Anda di halaman 1dari 41

Disampaikan oleh : Maunah Ambarwati, SP.

,MP
Pada Pelatihan Tanaman Pangan dan Hortikultura bagi Petugas
Pertanian (PHP) Tahun 2020 di Propinsi Kalimantan Selatan
DASAR HUKUM
UU Nomor 22 Tahun 2019 tentang Sistem
Budidaya Pertanian Berkelanjutan
1.Perlindungan Pertanian dilaksanakan dengan
Sistem Pengelolaan Hama Terpadu serta
penanganan dampak perubahan iklim
(Pasal 48 Ayat 1)
2. Pelaksanaan Perlindungan Pertanian
menjadi tanggung jawab Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya,
Petani, Pelaku Usaha dan Masyarakat (Pasal 48
Ayat 2)
SASARAN
SISTEM PERLINDUNGAN TANAMAN
PANGAN DALAM PEMBANGUNAN
PERTANIAN
• Menjaga produktivitas pada taraf
tinggi
• Populasi OPT terkendali
• Mutu produk tanaman terjaga
• Kesejahteraan petani meningkat
• Kualitas lingkungan terpelihara
3
TANTANGAN YANG DIHADAPI
 Kebijakan Peningkatan Produksi Pangan Nasional
diupayakan melalui Pengembangan Intensifikasi
Pertanian (PIP) dan Perluasan Areal Tanam Baru
(PATB)  memenuhi kebutuhan nasional
 Program PIP dan PATB mendorong petani
melakukan budidaya tanaman padi sepanjang
tahun  rentan serangan OPT dan/atau rawan
terkena DPI (banjir & kekeringan)
 Luasnya serangan OPT dan terkena DPI
 Jumlah petugas POPT sangat kurang
 Penggunaan pestisida tidak bijaksana
SISTEM PERLINDUNGAN
• Pelaksanaan: tindakan pre-emtif, responsif & eradikasi.
• Tindakan pre-emtif dengan melakukan upaya-upaya
pengendalian OPT (antisipatif) berdasarkan pengalaman
musim yang lalu agar spot serangan OPT pada musim
tanam berikutnya tidak terjadi.
• Tindakan responsif dengan melakukan pengamatan OPT
pada musim yang sedang berjalan. Apabila sudah terjadi
gejala serangan berdasarkan pengamatan periodik, maka
segera dikendalikan.
• Tindakan eradikasi dengan melakukan pemusnahan
total tanaman yang terserang OPT ataupun seluruh
tanaman inang
SISTEM PERLINDUNGAN

STRATEGI :
PENGAWALAN DAN
PENGENDALIAN
TARGET DAN STRATEGI
Target :
95% Pertanaman Tanaman Pangan aman
dari serangan OPT dan DPI (maksimal
serangan OPT = 2,5%; terkena DPI = 2,5%)
Strategi :
Pengawalan yang lebih intensif dan
bersinergi antara POPT, PPL, dan KCD/
Mantri Tani
Mengoptimalkan peran petani
Memperluas gerakan pengendalian OPT
Budayakan Budidaya Tanaman Sehat
Penyediaan Sarana Pengendalian
TINDAK LANJUT
1. Monitoring secara intensif OPT Utama
2. Penyediaan sarana pengendalian di lokasi
endemis
3. Di daerah endemis OPT utama agar
dilakukan pengendalian yang tepat,
jadikan daerah endemis menjadi daerah
aman.
4. Lakukan Gerdal paling lambat 2 hari
setelah diketahui populasi OPT sudah masuk
ambang pengendalian.
5. Kombinasi berbagai teknis pengendalian
6. Gerakan Pengendalian OPT secara massal
dalam satu kawasan
PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN

ANALISIS PENGAMBILAN
AGROEKOSISTEM KEPUTUSAN

TINDAKAN
PENGAMATAN PENGENDALIAN

AGROEKOSISTEM
PERENCANAAN AGROSISTEM
UNTUK PENGENDALIAN OPT :
• Pengaturan Pola Tanam
• Pengunaan varietas tahan,
• Penggunaan benih sehat,
• Pengolahan tanah sempurna,
• Penggunaan bahan organik,
• Tanam serempak pada waktu yang tepat,
• Pemupukan berimbang
• Pengaturan pengairan : hindari penggenangan air terus
menerus, misalkan 1 hari digenangi dan 3 hari
dikeringkan.
• Pengeringan petakan dan biarkan tanah hingga retak
sebelum dialiri lagi
• Mengatur jarak tanam, misal : pola tanam jajar legowo
• Tunggul-tunggul padi sesudah panen harus dikelola (sbg
tempat bertahan OPT & musuh alami): didekomposisi
Menggunakan VU Padi
“ Penggunaan Varietas yg sama maksimal 3 kali
berturut-turut, selanjutnya harus ganti Varietas”
 Wilayah rawan banjir:  (Inpara 3,Inpara 4, Inpara 5, Inpari
29, Inpari 30, Batanghari, Banyuasin, Siak Raya, Lambur)
 Wilayah rawan kekeringan  Inpari 10, Inpari 18, Inpari 19,
Situbagendit, Inpago 6, Inpago 7, Inpago 8)
 Wilayah rawan tungro  Inpari 5, Inpari 7, Inpari 21, Tukad
Balian, T. Unda, T. Petanu )
 Wilayah rawan WBC  Inpari 13, Inpari 18, Konawe, Inpari
31, Inpari 33
 Wilayah rawan Blast  Inpari 11, Inpari 12, Inpari17, batang
Piaman, Batutegi, Inpari 32 HDB
 Rawan kresek  Inpari 1, Inpari 4, Inpari 17,Inpari 18, Conde,
Angke dan Inpari 32 HDB
PENGENDALIAN
• Serangan di bawah ambang : menggunakan
agens pengendali hayati (APH).
• Serangan melebihi ambang : menggunakan
pestisida kimiawi secara bijaksana,
terdaftar dan diijinkan oleh Menteri
Pertanian dengan memperhatikan kaidah 6
tepat :
 Tepat sasaran OPT,
 Tepat jenis bahan pengendali,
 Tepat dosis/konsentrasi,
 Tepat cara aplikasi,
 Tepat waktu
 Tepat mutu.
PENYEBAB GAGALNYA
PENGENDALIAN OPT OLEH PETANI
1. Lemah dalam identifikasi OPT dan Gejala
Serangan
2. Belum cukup menguasai informasi/ belum
memahami Bioekologi OPT
3. Pemantauan/Pengamatan kurang intensif
4. Tindakan pengendalian yang terlambat
5. Pengendalian OPT secara konvensional
(hanya mengandalkan satu teknik
pengendalian)
6. Aplikasi pestisida yang kurang tepat
7. Kurangnya koordinasi dengan pihak terkait
(Petani, POPT, PPL, KCD/Mantri Tani, dll)
REVIEW SERANGAN OPT
DI INDONESIA
KINERJA PERLINDUNGAN TOTAL LUAS SERANGAN OPT UTAMA
12 TH (2008-2019) 12 TH (2008-2019)

Data Tahunan
10%

20%

70%

Data Bulanan

• Rerata serangan OPT sebesar 3,13% • Rerata Peringkat serangan OPT sbb:
• Trend serangan OPT cenderung 1) Jabar. 2) Jateng, 3) Jatim, 4) Sulsel,
menurun 5) Sumsel
• Puncak Serangan OPT : Pebruari dan
• Rerata Peringkat Puso karena OPT sbb:
Juni-Juli
1) Jatim, 2) Jateng, 3) Sumsel, 4) Sulsel,
5) Jabar
• Puncak Serangan Tungro = April
• Puncak Serangan KR/KH = Agustus
• Puncak Serangan Blas & Kresek = Februari
• Puncak serangan WBC & Tikus = Juni/Juli
• Puncak Serangan PB = Maret (Peb-Juli)
LOSSIS PER TAHUN DAN RERATANYA
AKIBAT SERANGAN OPT PADA TANAMAN PADI
SELAMA 10 TAHUN ( 2010-2019)
Terkena Puso Persen Luas Tanam Lossis
Thn (Ha) (Ha) (%) (Ha) (Ton GKP)
2010 552.332 6.731 3,90 14.161.992 622.534
2011 644.852 39.804 4,87 13.243.302 790.247
2012 397.836 2.162 2,92 13.602.690 403.859
2013 435.386 4.197 3,13 13.907.248 431.624
2014 447.453 2.492 3,27 13.668.934 362.624
2015 374.191 6.870 2,67 14.011.389 358.963
2016 433.202 4.555 2,60 16.664.646 390.574
2017 435.947 9.263 2,81 15.540.278 408.333
2018 309.989 3.346 2,76 11.242.800 264.521
2019 299.286 5.434 2,95 10.150.333 256.124
Rerata 10 Tahun 433.047 8.485 3,18 13.619.361 428.940
LUAS SERANGAN OPT DAN KEKERINGAN/KEBANJIRAN
PERIODE JAN – OKT 2020 (Data per 30 Oktober 2020)
PENGAMANAN PRODUKSI
TANAMAN PANGAN DARI OPT
(1 Januari sd 30 Oktober 2020)
Data Serangan OPT Periode Jan-Okt 2020 berdasarkan laporan
BPTPH sd Okt 2020 secara total naik 60% (padi +32%, Jagung
+261%, Kedelai –25%) dibanding 2019 (dlm periode yang sama).
Adapun 4 OPT utama Padi mengalami kenaikan:
•PBP = 95.843 Ha (naik 17% dibanding 2019)
•Tikus = 89.642 Ha (naik 22% dibanding 2019)
•WBC = 71.811 Ha (naik 108% dibanding 2019)
•Blas = 60.916 Ha (naik 48% dibanding 2019)
OPT Jagung yg baru masuk ke Indonesia pd thn 2019 =
UGF menjadi peringkat 1 OPT di Indonesia
•UGF = 105.163 Ha (naik 786% dibanding 2019)
•Perlu diwaspadai dan penanganan khusus/ekstra
FOKUS
PENGUATAN PERLINDUNGAN
TANAMAN PANGAN
1. Peningkatan Kualitas dan Kuantitas
SDM Petani dan Petugas
2. Penguatan Kelembagaan Perlintan
3. Penyediaan Sarana
4. Pengembangan Sistem Informasi
Perlintan
Lanjutan : FOKUS PENGUATAN PERLINDUNGAN
TANAMAN PANGAN

1. Peningkatan Kualitas dan Kuantitas SDM Petani


dan Petugas
 Mengusulkan formasi PNS-POPT dan
pengusulan P3K-THL POPT
 Meningkatkan peran BBPOPT Jatisari dan
BPMPT untuk peningkatan SDM Perlintan
 Pelatihan PHT/Bimtek Tematik spesifik lokasi
 Bimbingan Pengembangan Bio Pestisida, Agens
Hayati, Entomopatogen, dll
 Bimbingan Pengembangan Musuh Alami Hama
 Bimbingan Aplikasi Pestisida
 Bimbingan Sertifikasi Produk
Lanjutan : FOKUS PENGUATAN PERLINDUNGAN
TANAMAN PANGAN

2.Penguatan Kelembagaan Perlintan


 BPTPH, Lab Pestisida, Lab Pengamatan
Hama dan Penyakit, Lab Agens Hayati.
Pos Pelayanan Agens Hayati (PPAH)
Kortikab, POPT
 Brigade Proteksi Tanaman
 Regu Pengendali Hama (RPH)
 Pendampingan Akreditasi Laboratorium
(Pestisida, Pengamatan Hama dan
Penyakit, Agens Hayati)
 Aplikasi Gerdal Smart Mobile untuk RPH
 dilengkapi : Sarana Pengendalian OPT, BIMTEK & Dashboard.
Lanjutan : FOKUS PENGUATAN PERLINDUNGAN
TANAMAN PANGAN

3. Penyediaan Sarana
 Bio Pestisida dan Pestisida Kimia
 Peralatan Aplikasi Pestisida
 Peralatan pengembangan Agens Hayati
 Kendaraan Petugas (Roda 4 dan Roda 2)
 Sarana kerja untuk Petugas POPT
 Sarana Penanganan DPI (Kekeringan/
Kebanjiran) : Pompa, Selang, Bak, dll
 Drone pengamatan OPT dan Drone untuk
pengendalian OPT
 Sarana Teknologi Informasi/ Pengolah
Data
Lanjutan : FOKUS PENGUATAN PERLINDUNGAN
TANAMAN PANGAN

4. Pengembangan Sistem Informasi Perlintan


1. Aplikasi Pengelolaan & Pemetaan Data Harian OPT/DPI
(Aplikasi Elapor Petugas , Publik)
2. Monitoring OPT/DPI, Peramalan OPT dan Pengendalian
OPT/ Penanganan DPI dlm satu aplikasi
• Pengembangan Early Warning System OPT/DPI
• Aplikasi Perlintan (Monitoring, Peramalan OPT)
• Aplikasi GSM (Jasa Pengendalian, bimtek, penyediaan
sarana pengendalian OPT)
• Informasi OPT di Medsos: FB, Instagram, Twitter
• Rintisan : pemanfaatan Satelit/Radar untuk menghitung/
estimasi populasi OPT (Aplikasi SOBICS = Sistem Informasi Sebaran
OPT Berbasis Intrepretasi Citra Satelit)
Integrasi Aplikasi - Pengembangan
Dashboard Big Data Perlintan
di BPTPH dan Ditlin TP
1.Aplikasi Laporan Serangan OPT dan DPI oleh BPTPH (Tabular)
2.Aplikasi E Lapor OPT/DPI Petugas (Spasial)
3.Aplikasi E Lapor OPT/DPI Masyarakat (Spasial)
4.Aplikasi Gerdal Smart Mobile (GSM)
5.Aplikasi Sebaran OPT Berbasis Intepretasi Citra Satelit (SOBICS)
Aplikasi REMOTE SENSING
Sistem Informasi
Sebaran OPT Berbasis TIM AHLI:
Interpretasi Citra •BPPT
Satelit (SOBICS) •LITBANG
•PT
Aplikasi
SOBICS
PUSTAKA SPEKTRAL
Hasil Riset
BPPT & Ditjen TP
Selama 10 tahun
• Data Sebaran dan Populasi Tikus
• Data Sebaran dan Populasi PBP
• Data Sebaran dan Populasi Kresek
• Data Sebaran dan Populasi WBC
BERBASIS WEB-GIS • Data Sebaran dan Populasi Blas
• Data Sebaran dan Populasi KR/KH
Aplikasi • Dalam upaya optimalisasi fungsi kelembagaan perlindungan
Gerdal Smart tanaman pangan (Regu Pengendali Hama) di perdesaan,
Direktorat Perlindungan Tanaman, Ditjen Tanaman Pangan,
Mobile Kementerian Pertanian akan meluncurkan Aplikasi Gerdal
(GSM) Smart Mobile (GSM).
Integrasi: 7 Aplikasi Ditlin TP • Manfaat utama aplikasi ini adalah: untuk meningkatkan
dgn Big Data efektivitas dan efisensi dalam pelayanan Gerdal OPT oleh
RPH. Manfaat bagi petani konsumen adalah :
Aplikasi 1) Identifikasi OPT,
GSM 2) Info jenis sarana pengendalian yang dibutuhkan,
3) Layanan kebutuhan sarana pengendalian OPT-nya
(Market Place),
4) Informasi biaya layanan,
5) Layanan Gerdal dapat segera diterima cepat
6) Bimtek cara pengendalian hama (Pengelolaan Hama
Terpadu)
Integrasi Aplikasi, Dashboard di Prov & Ditlin
• Data POPT -Sebaran OPT
• Data RPH -Aktivitas Gerdal
• Data daftar biaya Gerdal
• Data penyedia sarana Gerdal Terpantau On line
BERBASIS ANDROID • Data Bimtek PHT
• Data Petani, Poktan & Gapoktan
LAYANAN DARING
KEGIATAN UTAMA & ANGGARAN DITLIN TP - TH 2020

Keterangan : Data setelah Revisi DIPA bulan Agustus 2020


REVIEW DPI
(KEKERINGAN/ KEBANJIRAN)
DI INDONESIA
PETA KERAWANAN KEKERINGANPADA TANAMAN PADI
Berdasarkan Data Kekeringan dan Perkiraan Kehilangan Hasil-Rerata 10 Tahun (2010-2019)
c
Sangat Rawan:
Bireun, Aceh,
Pidie,

Sangat
Rawan: Sangat rawan: Sangat Rawan:
Banyuasin, Grobogan, Cilacap, Konawe Selatan
Sangat Rawan:
OKI Pemalang, Rembang,
Lampung Selatan Sangat Rawan:
Pati, Blora
Bone, Waju, Sopeng,
Bulukumba
Sangat Rawan:
Sangat Rawan: Bojonegoro, Cilacap,
Pandeglang, Tangerang, Lamongan
Sangat Rawan:
lebak, Serang
Indramayu, Cirebon, Ciamis, Sangat
Sukabumi, Tasikmalaya, Rawan:
Garut, Subang, Bogor, Lombok
Cianjur, Kota Bekasi Tengah
DAERAH RAWAN DAN SANGAT RAWAN KEKERINGAN PADA TANAMAN PADI
KRITERIA SANGAT RAWAN KRITERIA RAWAN
No Kabupaten/Kota No Kabupaten/Kota No Kabupaten/Kota
c
No Kabupaten/Kota No Kabupaten/Kota No Kabupaten/Kota
1 Kab. Bone 20 Kab. Bireuen 1 Kab. Sambas 33 Kab. Luwu Utara 65 Kab. Rokan Hilir 97 Kab. Gorontalo Utara
2 Kab. Indramayu 21 Kab. Pemalang 2 Kab. Aceh Utara 34 Kab. Lima Puluh Kota 66 Kab. Aceh Barat Daya 98 Kab. Donggala
3 Kab. Wajo 22 Kab. Tasikmalaya 3 Kab. Mesuji 35 Kab. Banyumas 67 Kab. Semarang 99 Kab. Boyolali
4 Kab. Lampung Selatan 23 Kab. Serang 4 Kab. Langkat 36 Kab. Dompu 68 Kab. Gresik 100 Kab. Ponorogo
5 Kab. Grobogan 24 Kab. Rembang 5 Kab. Aceh Timur 37 Kab. Pekalongan 69 Kab. Jepara 101 Kab. Manggarai
6 Kab. Bojonegoro 25 Kab. Tanggerang 6 Kab. Tanah Laut 38 Kab. Lampung Tengah 70 Kab. Tajung Jabung Timur 102 Kab. Sragen
7 Kab. Cilacap 26 Kab. Gunung Kidul 7 Kab. Majalengka 39 Kab. Tegal 71 Kab. Demak 103 Kab. Kuantan Singingi
8 Kab. Ciamis 27 Kab. Lebak 8 Kab. Tulang Bawang 40 Kab. Ngawi 72 Kab. Sumbawa Barat 104 Kab. Aceh Barat
9 Kab. Banyuasin 28 Kab. Pati 9 Kab. Bandung 41 Kab. Tulungagung 73 Kab. Sinjai 105 Kab. Merangin
10 Kab. Cirebon 29 Kab. Garut 10 Kab. Banjar 42 Kab. Konawe 74 Kab. Sumedang 106 Kab. Takalar
11 Kab. Aceh Besar 30 Kab. Subang 11 Kab. Tuban 43 Kab. Kota Waringin Timur 75 Kab. Purwakarta 107 Kota Jambi
12 Kab. Lamongan 31 Kab. Bogor 12 Kab. Gorontalo 44 Kab. Kerinci 76 Kab. Samosir 108 Kab. Parigi Moutong
13 Kab. Sumbawa 32 Kab. Pacitan 13 Kab. Merauke 45 Kab. Lampung Barat 77 Kab. Boalemo 109 Kab. Hulu Sungai Tengah
14 Kab. Bima 33 Kab. Lombok Tengah 14 Kab. Banggai 46 Kab. Muaro Jambi 78 Kab. Barito Kuala 110 Kab. Bombana
15 Kab. Pandeglang 34 Kab. Konawe Selatan 15 Kab. Sidrap 47 Kab. Penajam Paser Utara 79 Kab. Kampar 111 Kab. Bantul
16 Kab. Pidie 35 Kab. Blora 16 Kab. Bandung Barat 48 Kab. Kutai Kartanegara 80 Kota Singkawang 112 Kab. Way Kanan
17 Kab. Soppeng 36 Kab. Cianjur 17 Kab. Wonogiri 49 Kab. Jeneponto 81 Kab. Lombok Timur 113 Kab. Pohuwato
18 Kab. Sukabumi 37 Kab. Ogan Komiring Ilir 18 Kab OKU Timur 50 Kab. Pangkep 82 Kota Sungai Penuh 114 Kab. Tulang Bawang Barat
19 Kab. Bulukumba 38 Kab. Bekasi 19 Kab. Musi Rawas 51 Kab. Sampang 83 Kab. Mamuju 115 Kota Banjar
20 Kab. Aceh Tamiang 52 Kab. Sukoharjo 84 Kab. Tajung Jabung Barat 116 Kab. Lombok Barat
Kab Induk Kab Pemekaran 21 Kab. Batang Hari 53 Kab. Kebumen 85 Kab. Maros 117 Kab. Tanggamus
Kab. Muara Enim PALI 22 Kab. Karawang 54 Kab. Tanah Datar 86 Kab. Kendal 118 Kab. Banjarnegara
Kab. Musi Rawas MURA Utara 23 Kab. Trenggalek 55 Kab. Polewali Mandar 87 Kab. Ogan Ilir 119 Kab. Dairi
Kab. Lampung Barat Pesisir Barat 24 Kab. Muara Enim 56 Kab. Karanganyar 88 Kab. Pidie Jaya 120 Kab. Minahasa
Kab. Ciamis Pangandaran 25 Kab. Serdang Bedagai 57 Kab. Sikka 89 Kab. Lampung Timur 121 Kota Tasikmalaya
Kab. Belu Malaka 26 Kab. Musi Banyuasin 58 Kab. Kuningan 90 Kab. Purbalingga 122 Kab. Bangkalan
Kab. Kutai Barat Mahakam Ulu 27 Kab. Brebes 59 Kab. Bantaeng 91 Kab. Padang Lawas Utara 123 Kab. Gowa
Kab. Morowali Morowali Utara 28 Kab. Kolaka 60 Kota Serang 92 Kab. Poso 124 Kab. Tabanan
Kab. Muna Muna Barat 29 Kab. Pinrang 61 Kab. Aceh Jaya 93 Kab. Pasir 125 Kab. Ngajuk
Kab. Kolaka Kolaka Timur 30 Kab. Deli Serdang 62 Kab. Pringsewu 94 Kab. Klaten 126 Kab. Sleman
Kab. Mamuju Mamuju Tengah 31 Kab. Karo 63 Kab. Luwu 95 Kab. Purworejo 127 Kab. Enrekang
Keterangan/Kota Peta sesuai BPS 2020, Kab. pemekaran digabung 32 Kab. Pesawaran 64 Kab. Barru 96 Kab. Morowali 128 Kab. Buleleng
dengan Kab. induk 129 Kab. Magetan
OPERASIONAL PENANGANANAlokasi Kegiatan Penanganan
TA. 2020 Kekeringan 2020
KEKERINGAN No Provinsi
Alokasi
Pompa
Alokasi Kegiatan
Bantuan
Mobilisasi
Alokasi Anggaran (Rp)
Bantuan
Mobilisasi
(Unit) BBM (Ha) Transport/Uang BBM (Ha) Transport/Uang Total
(Kali) (Kali)
Saku (OH) Saku (OH)
Kegiatan penanganan 1 Aceh 55 1.250 1.250 35 250.000.000 125.000.000 87.500.000 462.500.000

kekeringan ini adalah dengan 2 Sumatera Utara 40 750 750 24 150.000.000 75.000.000 60.000.000 285.000.000

memberikan stimulus berupa 3 Sumatera Barat 22 500 500 16 100.000.000 50.000.000 40.000.000 190.000.000

bantuan operasional 4 Riau 59 500 500 16 100.000.000 50.000.000 40.000.000 190.000.000

penanganan kekeringan. 5 Jambi 45 300 300 8 60.000.000 30.000.000 20.000.000 110.000.000

Bantuan untuk membiayai : 6 Sumatera Selatan

7 Lampung
288

150
500

500
500

500
30

16
100.000.000

100.000.000
50.000.000

50.000.000
75.000.000

40.000.000
225.000.000

190.000.000
pompanisasi dlm rangka olah 8 Jawa Barat 39 2.000 2.000 50 400.000.000 200.000.000 125.000.000 725.000.000
tanah atau pengamanan 9 Jawa Tengah 54 2.000 2.000 50 400.000.000 200.000.000 125.000.000 725.000.000
standing crop. 10 DI. Yogyakarta 35 500 500 16 100.000.000 50.000.000 40.000.000 190.000.000

11 Jawa Timur 65 2.000 2.000 55 400.000.000 200.000.000 137.500.000 737.500.000


Komponen kegiatan yang 12 Banten 40 400 400 12 80.000.000 40.000.000 30.000.000 150.000.000
dibiayai meliputi: BBM, upah 13 Bali 30 150 150 5 30.000.000 15.000.000 12.500.000 57.500.000

tenaga kerja pompanisasi, dan 14 Nusa Tenggara Barat 50 500 500 16 100.000.000 50.000.000 40.000.000 190.000.000

mobilisasi pompa (sewa 15 Nusa Tenggara Timur 42 250 250 8 50.000.000 25.000.000 20.000.000 95.000.000

kendaraan R6). 16 Kalimantan Barat 10 200 200 7 40.000.000 20.000.000 17.500.000 77.500.000

1.BBM untuk pompa air sekitar 17 Kalimantan Tengah 24 250 250 9 50.000.000 25.000.000 22.500.000 97.500.000

Rp. 200.000,-/hektar. 18 Kalimantan Selatan 246 500 500 15 100.000.000 50.000.000 37.500.000 187.500.000

2.Operator alsin/pompa
19 Kalimantan Timur 80 500 500 15 100.000.000 50.000.000 37.500.000 187.500.000

20 Sulawesi Utara 29 200 200 6 40.000.000 20.000.000 15.000.000 75.000.000


sebanyak 2 orang/hektar 21 Sulawesi Tengah 31 500 500 16 100.000.000 50.000.000 40.000.000 190.000.000
masing-masing Rp. 22 Sulawesi Selatan 123 2.000 2.000 50 400.000.000 200.000.000 125.000.000 725.000.000
100.000,-/hari. 23 Sulawesi Tenggara 20 400 400 12 80.000.000 40.000.000 30.000.000 150.000.000

3.Mobilisasi pompa 24 Gorontalo 10 200 200 6 40.000.000 20.000.000 15.000.000 75.000.000

25 Sulawesi Barat 45 250 250 8 50.000.000 25.000.000 20.000.000 95.000.000


Jumlah 1.632 17.100 17.100 501 3.420.000.000 1.710.000.000 1.252.500.000 6.382.500.000

Ket : Alokasi anggaran dengan pertimbangan alokasi bantuan pompa dan rawan kekeringan.
PENUTUP
 Luasnya Serangan OPT perlu Gerdal yang lebih intensif
 Memprioritaskan Teknologi Ramah Lingkungan melalui
pendekatan pengelolaan agroekositem dan spesifik lokasi
 Pestisida kimia sintesis merupakan cara terakhir untuk
pengendalian OPT dan digunakan secara tepat
berdasarkan hasil pengamatan
 Pemanfaatan Teknologi Informasi untuk Percepatan
Pelaporan Serangan OPT dan/atau DPI
 Jika kondisi sudah mendekati ambang pengendalian:
segera dipersiapkan dan dilaksanakan Tindakan
Pengendalian Secara Cepat dan Tepat
 Sasaran pengamanan produksi : OPT/DPI terkendali,
produksi tinggi, produk berkualitas pendapatan petani
meningkat, lingkungan lestari
TERIMA KASIH
SEMOGA SELALU SEHAT & SUKSES

“Orang pesimis mengeluhkan angin.


Orang optimis berusaha mengubah arah angin.
Orang realis menyesuaikan layarnya”
William Arthur Ward

Anda mungkin juga menyukai