Anda di halaman 1dari 3

MODUL II

AKAD DAN TRANSAKSI


DALAM BISNIS SYARIAH

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini, maka diharapkan mahasiswa dapat memahami dan
mengetahui konsep –konsep tentang:

1. Akad dalam pereknomian Islam

2. Jenis-jenis akad dalam muamalah

3. Jenis-jenis akad tabarru’ dan aplikasinya dalam muamalah

4. Jenis-jenis akad tijarah dan aplikasinya dalam muamalah

5. Transaksi dalam muamalah

6. Latihan-latihan akad dan transaksi dalam bisnis syariah

================================================================================

A. Akad

Lafal akad berasal dari lafal Arab al-‘aqd yang berarti perikatan, perjanjian atau
permufakatan al-ittifaq. Secara terminologi fiqih, akad didefinisikan sebagai pertalian

ijab (pernyataan melakukan ikatan) dan qabul (pernyataan menerima ikatan) sesuai

dengan kehendak syariat yang berpengaruh pada obyek perikatan (Haroen, 2000). Jadi,

akad adalah suatu perikatan, perjanjian yang ditandai adanya pernyataan melakukan

ikatan (ijab) dan pernyataan menerima ikatan (qabul) sesuai dengan syariah Islamiyah

yang mempengaruhi obyek yang diperikatkan oleh pelaku perikatan. Dari pengertian ini

maka dalam akad akan ada minimal dua pihak yang melakukan perikatan, kemudian

adanya obyek perikatan dan disertai dengan ijab dan qabul untuk terlaksananya

perikatan tersebut.

Ahmad Az-Zarqa, ahli fikih Jordania asal Syria (Haroen, 2000) menyatakan
bahwa tindakan (action) hukum yang dilakukan manusia terdiri dari dua bentuk, yakni

1. tindakan berupa perbuatan;

2. tindakan berupa perkataan.

Akuntansi Syariah Pusat Bahan Ajar dan Elearning


‘12 1 Drs. Slamet Wiyono, Ak. MBA. Universitas Mercu Buana http://www.mercubuana.ac.id
Obyek dari akad tabarru’ ini biasanya adalah sesuatu yang diberikan/dipinjamkan
dari suatu pihak kepada pihak lain. Jenis-jenis transaksi yang tergabung dalam

akad tabarru’, yakni sebagai berikut.

a). Akad Qardh

Transaksi qardh timbul karena salah satu pihak meminjamkan obyek

perikatan yang berbentuk uang kepada pihak lainnya, tanpa berharap mengambil

keuntungan materiil apa pun. Menurut M.Syafii Antonio (2001), qardh adalah

pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau

dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharap imbalan. Institusi yang

kemungkinan mengelola transaksi qardh ini adalah seperti Bait al-Mal, Bait al-

Zakah, organisasi sosial, bank syariah, dan individual. Guna tertib administrasi

organisasi maka transaksi qardh ini selayaknya juga untuk diadministrasikan

dalam pembukuan yang dapat dipertanggung jawabkan kepada para pihak yang

terkait dan kepada Allah SWT.

Rukun Al-Qardh

1. pihak yang meminjam (muqtaridh);

2. pihak yang memberikan pinjaman (muqridh);

3. dana (qardh);

4. ijab qabul (sighat).

Gambar 2 Skema Transaksi Al Qardh

2. Pemberian Utang
Q
ar

1. Akad
Muqridh Muqtaridh

3. Pengembalian

Akuntansi Syariah Pusat Bahan Ajar dan Elearning


‘12 3 Drs. Slamet Wiyono, Ak. MBA. Universitas Mercu Buana http://www.mercubuana.ac.id
c). Akad Hawalah

Transaksi hawalah timbul karena salah satu pihak meminjamkan suatu obyek
perikatan yang berbentuk uang untuk mengambil alih piutang/utang dari pihak

lain. Menurut M.Syafii Antonio (2001), hawalah adalah pengalihan utang dari

orang yang berhutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Artinya,

ada satu pihak yang menjamin utang pihak lain. Institusi yang kemungkinan

mengelola transaksi hawalah adalah bank syariah.

Rukun Hawalah
1. pihak yang berutang (muhil);

2. pihak yang berpiutang (muhal);

3. pihak yang berutang dan berkewajiban membayar utang kepada muhal

(muhal ‘alih);

4. utang muhil kepada muhal (muhal bih);

5. utang muhal alaih kepada muhil;

6. ijab qabul (sighat).

Gambar 4 Skema Transaksi Hawalah Al Haq

1b. Janji bayar tanggung

1a. Transaksi
Muhil Muhal

3. Dana Talangan

2. Akad Hawalah 4. Penagihan

Muhal ‘Alaih

Akuntansi Syariah Pusat Bahan Ajar dan Elearning


‘12 5 Drs. Slamet Wiyono, Ak. MBA. Universitas Mercu Buana http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai