Anda di halaman 1dari 9

PATOFISIOLOGI

HIV
Nama: Anggi Ramadhani
Kelas: Tingkat 2A Keperawatan
Pengertian HIV
Patofisiologi HIV (human immunodeficiency virus) dimulai dari
transmisi virus ke dalam tubuh yang menyebabkan infeksi yang
terjadi dalam 3 fase: serokonversi, asimtomatik, dan acquired
immunodeficiency syndrome (AIDS)
Transmisi HIV
Ditransmisikan melalui cairan tubuh dari orang yang terinfeksi
HIV, seperti darah, ASI, semen dan sekret vagina. Virus masuk
ke dalam tubuh manusia melalui port d’entree yang terdapat
pada tubuh, umumnya kemungkinan ini meningkat melalui
perilaku berisiko yang dilakukan.
• HIV umumnya ditularkan melalui aktivitas seksual tanpa kondom ,
transfusi darah , jarum suntik , dan dari ibu ke anak . Setelah
mendapatkan virus, virus bereplikasi di dalam dan membunuh sel T
helper , yang dibutuhkan untuk hampir semua respons imun adaptif .
Ada periode awal penyakit mirip influenza , dan kemudian fase laten,
tanpa gejala.
• Imunologi
Setelah virus masuk ke dalam tubuh, ada periode replikasi virus yang
cepat, yang menyebabkan melimpahnya virus di darah tepi. Selama
infeksi primer, tingkat HIV dapat mencapai beberapa juta partikel virus
per mililiter darah
Fase Infeksi HIV
Infeksi HIV terdiri dari 3 fase: serokonversi, asimtomatik, dan AIDS
 Fase Serokonversi
Fase serokonversi terjadi di masa awal infeksi HIV. Pada fase ini, terjadi
viremia plasma dengan penyebaran yang luas dalam tubuh, selama 4-11
hari setelah virus masuk melalui mukosa tubuh
 Fase Asimtomatik
Pada fase asimtomatik, HIV sudah dapat terdeteksi melalui pemeriksaan
darah. Penderita infeksi HIV dapat hidup bebas gejala hingga 5-10 tahun
walau tanpa intervensi pengobatan. Pada fase ini, replikasi virus terus
berjalan, virulensi tinggi, viral load stabil tinggi, serta terjadi penurunan
CD4 secara konstan
 Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)
Pada fase AIDS, umumnya viral-load tetap berada dalam kadar yang tinggi. CD4
dapat menurun hingga lebih rendah dari 200/µl
Menurunnya CD4 mempermudah infeksi dan perubahan seluler menjadi
keganasan. Infeksi oportunistik berupa:
Demam > 2 minggu
o Tuberkulosis paru
o Tuberkulosis ekstra paru
o Sarkoma kaposi
o Herpes rekuren
o Limfadenopati
o Candidiasis orofaring
o Wasting syndrome
Stadium Infeksi HIV
Stadium infeksi HIV menurut WHO dibagi ke dalam 4 stadium
• Stadium 1
Stadium 1 infeksi HIV berupa sindrom serokonversi akut yang
disertai dengan limfadenopati persisten generalisata (muncul nodul-
nodul tanpa rasa sakit pada 2 atau lebih lokasi yang tidak
berdampingan dengan jarak lebih dari cm dan waktu lebih dari 3
bulan).
Pasien stadium ini dapat tetap asimtomatik hingga bertahun-tahun
tergantung pada pengobatan. Status performa 1: aktif penuh dan
asimtomatik.
• Stadium 2
Pada stadium 2, pasien dapat kehilangan berat badan kurang dari 10% massa tubuh. Risiko
penyakit infeksi antara lain:
- Herpes zoster
- Manifestasi minor mukokutan
- Infeksi saluran pernafasan atas rekuren
- Status performa 2: simtomatik namun hampir aktif penuh
• Stadium 3
Stadium 3 HIV akan menyebabkan pasien kehilangan berat badan lebih dari 10% massa tubuh.
Pasien juga akan mengalami beberapa infeksi atau gejala berikut:
- Diare kronik lebih dari 1 bulan
- Demam prolong lebih dari 1 bulan
- Kandidosis oral, kandidiasis vagina kronik
- Oral hairy leukoplakia
- Infeksi bakteri parah
- Tuberkulosis paruStatus performa 3: berada di tempat tidur lebih dari 50% dalam satu bulan
terakhir
• Stadium 4
Pasien HIV stadium 4 mengalami infeksi oportunistik yang juga dikenal sebagai AIDS defining
infections, antara lain:
Tuberkulosis ekstrapulmoner
- Pneumoniac Pneumocystis jirovecii
- Meningitis kriptokokal
- Infeksi HSV lebih dari 1 bulan
- Kandidiasis pulmoner dan esofageal
- Toksoplasmosis
- Kriptosporidiosis
- CMV
- HIV wasting syndrome
- Ensefalopati HIV
- Sarkoma Kaposi
- Limfoma
- Pneumonia rekuren
• Faktor Risiko
Terdapat berbagai perilaku dan tindakan yang dapat menyebabkan
peningkatan risiko terinfeksi HIV:
- Melakukan hubungan seks yang tidak terproteksi
- Memiliki riwayat mengidap infeksi menular seksual, terutama jika
berulang
- Menggunakan jarum yang telah terkontaminasi HIV, secara bergantian
(seperti pada pengguna narkoba suntik, tindik, atau tato)
- Bekerja pada lingkungan yang berisiko tertusuk jarum/infeksius
(pekerja/tenaga kesehatan)
- Ibu HIV terhadap janin yang dikandungnya, atau pada bayinya

Anda mungkin juga menyukai