Anda di halaman 1dari 19

LUPUS ERITEMATOSUS

ANGGRY SUCIALANTIKA

PEMBIMBING : dr. Shinta N. Barnas, M.Kes., Sp.KK

Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin


Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo
Kendari
2020
Definisi

Lupus eritematosus merupakan penyakit yang menyerang sistem


konektif dan vaskular, dan memiliki dua varian, yaitu lupus
eritematosus diskoid (LED) dan lupus eritematosus sistemik (LES)

LED bersifat kronik dan tidak berbahaya. LED menyebabkan bercak


di kulit, yang eritematosa dan atrofik tanpa ulserasi

LES merupakan penyakit yang biasanya akut dan berbahaya,


bahkan dapat fatal. Penyakit bersifat multisistemik dan menyerang
jaringan konektif dan vaskular.
Epidemiologi

Malar, atau butterfly rash telah dilaporkan pada 20% sampai 60% pasien dengan LE. Data menunjukkan bahwa
makulopapular atau ruam umumnya muncul sekitar 35% sampai 60% pada pasien dengan LES. LES pada
umumnya, 8 kali lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Semua ras terpengaruh, namun lebih banyak
pada wanita kulit putih, dengan usia rata-rata serangan pada dekade kelima.

LED klasik ditemukan pada 15% sampai 30% populasi LES. Kira-kira 5% dari pasien dengan LED dapat
berkembang menjadi LES. Meskipun LED dapat terjadi pada bayi dan orang tua, namun paling sering terjadi pad
a individu antara 20 dan berusia 40 tahun. LED memiliki rasio wanita-pria 3: 2 hingga 3: 1, yang jauh lebih renda
h daripada rasio LES. Semua ras terpengaruh, tetapi penyelidikan menunjukkan bahwa LED mungkin lebih umu
m pada orang kulit hitam.
Etiologi

Lupus eritematosus merupakan penyakit autoimun. Ad


a banyak anggapan bahwa penyakit disebabkan oleh intera
ksi antara faktor-faktor genetik dan imunologik. Selain faktor
genetik ada faktor infeksi (virus) dan faktor hormonal.
Penyakit dapat pula diinduksi oleh obat, misalnya prok
ainamid, hidantoin, griseofulvin, fenilbutazone, penisilin, stre
ptomisin, tetrasiklin, dan sulfonamida.
Patogenesis
Kedua bentuk Lupus eritematosus dimulai dengan mutasi somatic pada sel
asal limfositik (lymphocytic stem cell) pada orang yang mempunyai predispo
sisi
Predisposisi :
1. Genetik
2. Lingkungan ( rokok, alcohol, drugs, sinar UV )
3. Etnis ( kulit putih)
4. Jenis kelamin (wanita >pria) dilihat dari factor hormonal gender
5. Imun (interaksi sel B dan sel T) Autoimmune
Proliferation
/ LES
PATOFISILOGI

Genetik
Lingkungan
autoantibodi Antigen
Hormonal
imun

Sekresi interferon
dan tumor necrosis

Kompleks antigen-
Kerusakan organ ( LES) Infeksi organ autoantibodi (ANA,
Sm, dsDNA)
sitokinin

Sel T dan B
I. LED (Lupus Eritematosus Diskoid)
Gejala Klinis
Kelainan biasanya berlokalisasi simetrik di muka
(terutama hidung, pipi), telinga, atau leher. Lesi terdiri
atas bercak-bercak (makula merah atau bercak
meninggi), berbatas jelas dengan sumbatan keratin pada
folikel-folikel rambut (follicular plugs). Bila lesi-lesi di atas
hidung dan pipi berkonfluensi, dapat berbentuk seperti
kupu-kupu (butterfly erythema).

Bagian badan yang tidak tertutup pakaian, yang terkena


sinar matahari lebih cepat beresidif daripada bagian-
bagian lain. Lesi-lesi dapat terjadi di mukosa oral dan
vulva, atau di konjungtiva. Klinis nampak deskuamasi,
kadang-kadang ulserasi dan sikatrisasi.
Varian Klinis LED

1. Lupus eritematosus tumidus 3. Lupus hipotrofikus


Bercak-bercak eritematosa coklat yang Penyakit sering terlihat di bibir bawah
meninggi terlihat di muka, lutut dan tumit. dari mulut, terdiri atas plak yang
Gambaran klinis dapat menyerupai berindurasi dengan sentrum yang
erisipelas atau selulitis atrofik.

2. Lupus eritematosus profunda 4. Lupus pemio (chilblain lupus,


Hutchinson)
Nodus-nodus terletak dalam, tampak pada
dahi, leher, bokong, dan lengan atas. Kulit Penyakit terdiri atas bercak-bercak
di atas nodus eritematosa, atrofik atau eritematosa yang berinfiltrasi di daerah-
berulserasi daerah yang tidak tertutup pakaian,
memburuk pada hawa dingin.
Pemeriksaan Penunjang

Kelainan Laboratorik dan imunologik jarang


terdapat, misalnya leukopenia, laju endap
darah dapat meningkat, serum globulin naik,
reaksi Wassermann positif, atau percobaan
Coombs positif. Pada kurang lebih sepertiga
penderita terdapat ANA (antibodi
antinuklear), yakni yang mempunyai pola
homogen dan berbintik-bintik.
Diagnosis Banding

Dermatitis seboroik Psoriasis

Kelainan kulit terdiri atas eritema dan skuama yang Ruam tampak seperti bercak berwarna merah, ruam
berminyak dan agak kekuningan, batasnya agak kurang terasa kering dan tebal, bersisik dan berwarna putih
tegas. Predilekasi pada daerah kepala, belakang telinga, keperakan. Ruam menyebabkan kulit pecah-pecah dan
supraorbital, areola mame, umbilicus, lipat paha, dan mudah berdarah. Ruam kulit pada psoriasis terasa gatal,
daerah genital. nyeri, dan perih seperti terbakar. Ruam biasa muncul pada
siku, lutut, tangan, kaki, leher, wajah, dan kulit kepala.
S c i e n c e Te c h n o l o g y E n g i n e e r i n g A r t s M a t h e m a t i c s
Pengobatan
Sistemik diberikan obat antimalaria, misalnya klorokuin, dosis
inisial adalah 1-2 tablet (100 mg) sehari selama 3-6 minggu,
kemudian 0,5-1 tablet selama waktu yang sama. Obat hanya dapat
diberi maksimal selama 3 bulan agar tidak timbul kerusakan mata.
Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada LED dengan lesi-
lesi yang diseminata. Dosis kecil diberikan secara intermiten, yakni
tiap dua hari sekali, misalnya prednison 30 mg.
II. LES (Lupus Eritematosus Sistemik)
Kriteria diagnosis ialah yang diuraikan oleh ARA (the American
Rheumatism Association) yang telah direvisi pada tahun 1982.
Diagnosis LES dibuat jika paling sedikit terdapat 4 dari 11 manifestasi
klinis berikut :
Eritema fasial(butterfly rash)

Lesi discoid,sikatrik hipotorik

Fotosensivitas

Ulserasi di mulut dan nasofaring

Artritis
Serositis( pleuritis, pericarditis)
Insert the title of your subtitle Here

Kelainan ginjal (proteinuria>0,5 g/ hari)

Kelainan neurologic (kelelahan, psikosis)

Kelainan darah (anemia hemolitik, leukopenia


<4000/µl

Limfopenia

Trombositopenia< 100000/µl

Gangguan imunologik
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium

Kelainan laboratorium ialah anemia hemolitik dan anemia normositer, leukopenia, trombositopenia,
peninggian laju endap darah, hiperglobulinemia dan, bila terdapat sindrom nefrotik, albumin akan rendah.
Krioglobulin, kelainan faal hepar dan penurunan komplemen serum. Proteinuria, biasanya bersifat gross
proteinuria, merupakan gejala penting. Faktor reumatoid positif pada kira-kira 33% kasus. .
Pemeriksaan Penunjang
• 90 %
• 4 pola (membranosa(anular,peripheral),
ANA homogen,berbintik, dan nuklear

• Pada pemeriksaan imunoflouresens terdapat pita deposit


granular immunoglobulin G,M atau A dan komplemen C3
Lupus
band test pada taut epidermal-dermal yang disebut lupus band

• Ditemukan 40-50 %
Anti-ds-
DNA

• Terjadi sekitar 20-30%


Anti-Sm
Diagnosis Banding

Dengan adanya gejala di berbagai organ, maka penyakit-penyaki yang harus didiagnosis banding
banyak sekali. Beberapa penyakit yang mempunyai gejala-gejala yang menyerupai LES, yakni
artritis reumatika, sklerosis sistemik, dermatomiositis, dan purpura trombositopenik.
Pengobatan

Kortikosteroid sistemik merupakan indikasi, bila penderita sakit kritis, misalnya terdapat krisis lupus nefritis, pleuritis,
perikarditis, atau mengalami banyak hemoragi. Dosis kortikosteroid lebih banyak bergantung pada gejala klinis dari pada
hasil laboratorium, dapat diberikan prednison 1 mg/kg berat badan atau 60-80 mg sehari. Kemudian diturunkan 5 mg/
minggu dan dicari dosis pemeliharaan yang diberikan selang sehari.

Obat-obat antibiotik, antiviral dan anti fungal harus diberikan, bila terdapat komplikasi, misalnya infeksi sekunder,
pneumonia bakterial atau infeksi virus, dan mikosis sistemik. Pada penderita L.E.S. dengan anemia hemolitik atau lupus
nefropatia sering kali dosis tinggi kortikosteroid tidak efektif, maka harus diberi terapi sitostatik, misalnya azatioprin 5O-
150 mg per hari, dengan dosis maksimal 200 mg per hari. Dapat pula diberikan siklofosfamid dengan dosis yang sama.
Prognosis
Pengobatan dini dapat mencegah terjadinya jaringan parut atau atrofi. Prognosis LED umumnya
baik. Hanya sekitar 1-5% saja kasus LED yang akan berkembang menjadi LES. Kemungkinan
eksaserbasi dapat muncul terutama pada musim semi dan musim panas. Kasus kambuh jarang,
sekitar <10%.Tingkat mortalitas pada penyakit ini rendah, tetapi nyeri pada lesi dapat
berkelanjutan. Jaringan parut dan atrofi kulit yang terbentuk biasanya permanen

Pada LES perjalanan penyakit biasanya kronis, kambuh, dan tidak dapat diprediksi. Remisi
dapat berlangsung selama bertahun-tahun. Jika fase akut awal terkontrol, prognosis jangka
panjang biasanya bagus.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai