Anda di halaman 1dari 10

S A

A
I M A
H

D N
S
Y

A M W
A

L
S IB D I IR
A

I I L
O M S A :
B
U
A
D

O N G E
H
O
M
N L H

EK RAS U N
O S

PEI S U
D
1. PERANG SALIB PERTAMA (1095-1101)

Pada bulan Maret 1095 di Konsili Piacenza, duta besar yang dikirim oleh kaisar Bizantium, Alexius
Komnenus (Alexius I), meminta bantuan untuk mempertahankan kerajaannya melawan Turki
Seljuk. Sedangkan di Konsili Clermont, Paus Urbanus II meminta seluruh umat Kristen untuk
bergabung dalam perang melawan Turki Seljuk.
Paus Urbanus II memberikan jaminan kepada siapa pun yang ikut serta dan mati saat perang salib,
bahwa mereka akan masuk surga walaupun mempunyai banyak dosa pada masa lalunya.
Setelah turun ke medan perang, tentara salib berhasil mengalahkan dua pasukan besar Turki di
Dorylaeum dan di Antiokhia. Mereka akhirnya berbaris ke Yerusalem dengan sebagian kecil
pasukan yang tersisa. Pada 1099, mereka berhasil merebut Yerusalem dan menciptakan negara-
negara tentara salib kecil yang menjadi bagian dari Kerajaan Yerusalem. Sedangkan untuk faktor
ekonomi Perang Salib dilatarbelakangi oleh posisi para pedagang Eropa yang mulai terancam
oleh para pedagang Muslim. Sebagaimana diketahi, pada abad ke-10 para saudagar Muslim
menguasai hampir seluruh jalur perdagangan di Laut Tengah.
Hal itu tentunya sangat menghambat perkembangan perdagang untuk wilayah Eropa. Sehingga para
perdagang Kristen Eropa sangat mendukung dilakukannya Perang Salib. Mereka kemudian
bersedia menjadi penyokong dana pada rangkaian eksepdisi para tentara Perang Salib ke wilayah
Jerusalem.
2. PERANG SALIB KEDUA (1145-1150)
Setelah masa damai, di mana umat Kristen dan Muslim hidup berdampingan di Tanah
Suci Yerusalem, tentara Islam yang dipimpin oleh Imad ad-Din Zengi merebut
Aleppo dan Edessa.
Kekalahan-kekalahan ini menyebabkan Paus Eugenius III menyerukan perang salib
lainnya pada tanggal 1 Maret 1145. Perang salib baru ini didukung oleh berbagai
pengkhotbah, yang paling terkenal adalah Bernardus dari Clairvaux.
Tentara Prancis dan Jerman, di bawah pimpinan Raja Louis VII dan Konrad III, berbaris
ke Yerusalem pada tahun 1147 tetapi gagal mencapai keberhasilan besar. Pada 1150,
kedua pemimpin besar itu kembali ke negaranya dengan tangan kosong.
Para pedagang besar yang berada di kota Venezia, Genoa, dan Pisa, berambisi untuk
menguasai sejumlah kota-kota dagang di sepanjang pantai timur dan Selatan Laut
Tengah untuk memperluas jaringan perdagangan mereka. Untuk itu, mereka rela
menanggung sebagian dana peperangan dengan maksud menjadikan kawasan
tersebut sebagai pusat perdagangan, apabila pihak Kristen Eropa memperoleh
kemenangan. Hal itu dimungkinkan karena jalur Eropa akan bersambung dengan
jalur perdagangan di Timur melalui jalur strategis tersebut. Demikian pula para
petualang dari ksatria Kristen, merasa puas dengan harta rampasan atau upeti dari
negeri taklukan.
3. PERANG SALIB KETIGA (1188-1192)

Pada tahun 1187 Salahuddin Al Ayyubi (Saladin) berhasil merebut Yerusalem setelah
meraih kemenangan atas pasukan salib di Pertempuran Hattin.
Paus Gregorius VIII pun menyerukan perang salib ketiga, yang langsung disambut oleh
Raja Richard I dari Inggris (Richard the Lionheart), Kaisar Romawi Suci Frederick I
dan Raja Philip II dari Perancis.
Tentara salib berhasil mengalahkan kaum Muslim di dekat Arsuf, dan berhasil mendekat
ke Yerusalem. Namun, karena persediaan makanan dan air yang tidak memadai,
perang salib ketiga berakhir dengan kegagalan pasukan Kristen untuk merebut
Yerusalem.
Setelah para tentara salib menghalau kaum Muslim dari Akko, Philippe bersama dengan
penggantinya Friedrich, yaitu Luitpold V, Adipati Austria (dikenal sebagai Luitpold
yang Budiman), meninggalkan Tanah Suci pada bulan Agustus 1191. Pada tanggal 2
September 1192, Richard dan Saladin merampungkan suatu perjanjian yang
memberikan kendali atas Yerusalem kepada kaum Muslim tetapi mengizinkan
para pedagang dan peziarah. Kristen untuk mengunjungi kota tersebut. Richard
meninggalkan Tanah Suci pada tanggal 2 Oktober. Keberhasilan Perang Salib Ketiga
memungkinkan para tentara salib untuk mempertahankan negara-negara yang cukup
besar di Siprus dan pesisir Suriah. Namun kegagalan untuk merebut kembali
Yerusalem kemudian menyebabkan terjadinya perang salib ke empat.
4. PERANG SALIB KEEMPAT (1202-1204)

Perang Salib Keempat dimulai pada tahun 1202 oleh Paus Innosensius III, dengan maksud untuk
menginvasi Tanah Suci melalui Mesir. Perang ini juga menjadi kendaraan bagi ambisi politik Doge
Enrico Dandolo dari Venesia untuk memperluas kekuasaan Venesia di Timur Dekat dan melepaskan
diri dari Bizantium.
Tentara Salib pun membuat kontrak dengannya, namun tidak memiliki dana untuk membayar armada dan
ketentuan yang telah mereka kontrak. Dandolo pun meminta mereka untuk mengalihkan perang salib
ke Bizantium, dengan kota Zara sebagai jaminan awalnya.
Paus Innosensius III yang terkejut karena peristiwa itu, langsung mengekskomunikasi mereka semua.
Walau begitu, mereka kembali melakukan pengepungan pada bulan April 1204. Kali ini
Konstantinopel berhasil dijarah, gereja-gereja dirampok, dan banyak penduduk yang dibunuh.
Para tentara salib membagi kekaisaran ini menjadi berbagai fief Latin dan koloni Venesia. Perang Salib
Keempat berakhir setelah Bizantium terbagi menjadi dua bagian besar.
Semenjak abad ke X, kaum muslimin telah menguasai jalur perdagangan di laut tengah, dan para
pedagang Eropa yang mayoritas Kristen merasa terganggu atas kehadiran pasukan muslimin,
sehingga mereka mempunyai rencana untuk mendesak kekuatan kaum muslimin dari laut itu.
Hal ini didukung dengan adanya ambisi yang luar biasa dari para pedagang-pedagang besar yang berada
di pantai Timur laut tengah (Venezia, Genoa dan Piza) untuk menguasai sejumlah kota-kota dagang di
sepanjang pantai Timur dan selatan laut tengah, sehingga dapat memperluas jaringan dagang mereka,
Untuk itu mereka rela menanggung sebagian dana Perang Salib dengan maksud menjadikan kawasan
itu sebagai pusat perdagangan mereka, karena jalur Eropa akan bersambung dengan rute-rute
perdagangan di Timur melalui jalur strategis tersebut.
5. PERANG SALIB KELIMA (1217)

Melalui prosesi, doa, dan khotbah, Gereja berusaha untuk kembali mengadakan perang
salib. Pada tahun 1215, Dewan Keempat Lateran merumuskan sebuah rencana untuk
pemulihan Tanah Suci.
Pada fase pertama, pasukan perang salib dari Hongaria, Austria bergabung dengan
pasukan raja Yerusalem dan pangeran Antiokhia untuk merebut kembali Yerusalem di
tahun 1217.
Pada fase kedua, pasukan perang salib mencapai prestasi luar biasa setelah berhasil
mengepung Damietta di Mesir pada tahun 1219. Namun di bawah desakan seorang
legatus kepausan, Pelagius, mereka melanjutkan serangan bodoh ke Kairo, dan
blokade pasukan Sultan Ayyubiyyah Al-Kamil memaksa mereka untuk menyerah dan
mengadakan gencatan senjata.
6. PERANG SALIB KEENAM (1228-1229, 1239)

Setelah berulang kali melanggar sumpahnya dalam perang salib, Kaisar Friedrich II diekskomunikasi oleh
Paus Gregorius IX pada tahun 1228. Namun ia berlayar dari Brindisi, mendarat di Palestina, dan
melalui diplomasi ia mencapai kesuksesan yang tak terduga. Al-Kamil memberikan Yerusalem,
Nazareth, dan Betlehem kepada tentara salib dalam jangka waktu sepuluh tahun.
Sebagai imbalannya, Friedrich berjanji untuk melindungi Al-Kamil dari semua musuh, sekalipun mereka
umat Kristen. Setelah masa tenang ini, Perang Salib Para Baron pun terjadi.
Perang ini adalahi suatu upaya oleh Raja Thibaut I dari Navarre pada tahun 1239 dan 1240, yang berawal
dari panggilan Paus Gregorius IX untuk kembali menghimpun tentara salib pada bulan Juli 1239
setelah gencatan senjata berakhir.
Selain Thibaut, Peter dari Dreux, Hugues IV dari Bourgogne dan bangsawan Prancis lainnya juga ikut
berpartisipasi di dalamnya. Mereka tiba di Akko pada bulan September 1239.
Setelah kekalahan pada bulan November di Gaza, Thibaut mengatur dua perjanjian, satu perjanjian
dengan kaum Ayyubiyyah dari Damaskus dan perjanjian lainnya dengan kaum Ayyubiyyah dari
Mesir. Perjanjian ini membuat sebagian bangsawan tidak senang, dan Thibaut kembali ke Eropa
setelahnya.
7. PERANG SALIB KETUJUH (1249-1254)

Kepentingan kepausan yang diwakili oleh templar (ksatria salib) membawa konflik


dengan Mesir pada 1243. Pada tahun berikutnya, pasukan Khwarezm yang dipanggil
oleh anak Al-Kamil, Al-Adil, menyerbu Yerusalem.
Tentara salib, dengan gabungan kaum Franka dan tentara bayaran Badui tetap kalah telak
oleh pasukan Baibars dari suku Khwarezmian dalam kurun waktu empat puluh
delapan jam.
Pertempuran ini dianggap oleh banyak sejarawan sebagai lonceng kematian bagi negara-
negara Kristen. Sebagai bagian dari Perang Salib ini, Louis IX dari Prancis tetap
mengorganisasi perang salib melawan Mesir hingga 1254.
8. PERANG SALIB KEDELAPAN (1270)

Perang Salib kedelapan diorganisasi oleh Louis IX pada tahun 1270, yang berlayar dari
Aigues-Mortes untuk membantu sisa-sisa negara-negara tentara salib di Suriah.
Namun, perang salib tersebut malah dialihkan ke Tunis, tempat Louis menghabiskan dua
bulan terakhirnya sebelum mati. Atas usahanya, Louis kemudian menjadi seorang
Santo (kota St. Louis, Missouri, AS dinamai untuknya). Perang Salib ini terkadang
dipecah menjadi perang salib kedelapan dan kesembilan.
Hasil dari perang salib ini adalah hilangnya kekuasaan Kristen di Suriah, meskipun umat
Kristen diizinkan untuk hidup damai di wilayah tersebut.
Nah, itu tadi 8 periode perang salib dan penjelasannya. Perang Salib memiliki pengaruh
besar pada Abad Pertengahan Eropa, terutama persentuhan antara umat Islam dan
Kristen di berbagai bidang pengetahuan seperti sains, kedokteran, dan arsitektur.
DAFTAR PUSTAKA
Referensi: Alvarendra, H. Kenzou. 2017. Buku Babon Sejarah Dunia. Yogyakarta :
Brilliant Book
Phillips, Jonathan (2004). The Fourth Crusade and the Sack of Constantinople. New
York: Viking. hlm. 269. 

Anda mungkin juga menyukai