Anda di halaman 1dari 17

TEORI AGENSI

Dosen : Dr. Makaryanawati, S.E., M.Si., Ak., CA., CSRS


PASCASARJANA AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI UM
2020
KELOMPOK 1
Adin Nugroho Jody Atmojo 200421845209

Akhya Rizki Muhammad 200421845208


01 Pengertian Teri Agensi

02 Hubungan Agensi dalam Perusahaan

03 Peran Informasi Akuntansi

04 Implikasi Standar Akuntansi Keuangan

05 Krtitik Teori Agensi

TEORI AGENSI
PENGERTIAN TEORI AGENSI

Teori agensi adalah teori yang menjelaskan hubungan antara pemegang saham dan
pihak manajemen.

Perusahaan merupakan tempat terjadinya hubungan kontrak antara menejemen,


pemilik, kreditur, dan pemeritah.

Hipotesis:
“Manajemen akan mencoba memaksimalkan kesejahteraannya sendiri dengan cara
meminimalisir biaya agensi.”
Hubungan Agensi
Dalam Perusahaan
Prinsip Kausalitas berbunyi: “Sesuatu membutuhkan sebab supaya dia ada”
Satu-satunya yang tidak membutuhkan “sebab” hanyalah “ada” itu sendiri.

Sifat Kausalitas

Keselarasan
1 Satu sebab yang sama akan menghasilkan akibat yang sama.

Kesemasaan sebab-akibat
2 Ketika sebab telah terpenuhi, akibatnya akan langsung muncul, tanpa adanya
jeda.
Kausalitas dan Korespodensi
Sebagian filsuf berpendapat bahwa prinsip kausalitas merupakan
hasil korespodensi (hubungan) yang dilakukan rasio manusia
berdasarkan inderawi.

Dampak dari prinsip korespodensi:

1 Menolak keberadaan Tuhan

2 Bangunan Sains dan Teknologi


03 Sumber Pengetahuan
dan Pembenaran
Semua pengetahuan harus ada sumber epistemic-nya sesuatu yang dikatakan
benar atau salah itu perlu diperjelas sumber pembenarannya

Teori Konsepsi

Teori Plato
• Pengetahuan adalah fungsi mengingat Kembali informasi yang pernah diperoleh.
1 • Pengetahuan berada di alam yang lebih tinggi (Archetypes).

Teori Rasional
2 • Percaya adanya dua sumber konsepsi, yaitu penginderaan (sensasi) dan fitrah (non inderawi).

Teori Empirikal
3 • Penginderaan sebagai satu-satunya yang membekali akal manusia dengan konsepsi dan gagasan
Prinsip Sumber Pengetahuan
dan Pembenaran
Beberapa pemikiran mengenai sumber-sumber penilaian atau pembenaran:

Kaum Rasionalis Kaum Empirikal

Kriteria pertama bagi Pengalaman sebagai asas


pikiran manusia adalah satu-satu nya untuk
pengetahuan rasional mendapatkan penilaian
(proposisi umum ke yang benar (poposisi
khusus) khusus ke umum
04 Positivisme
Positivisme adalah sistem filosofi yang mengakar dalam sains dan matematika.
Hal ini didasarkan pada pandangan bahwa apapun yang ada dapat dibuktikan
melalui eksperimen, pengamatan, dan bukti matematis/logis.

Selain itu, positivism biasanya percaya bahwa kemajuan ilmiah akan memberantas,
atau setidaknya mengurangi masalah-masalah yang dihadapi umat manusia

Sains Modern
Abad Pertengahan Era Renaisans Pasca-Renaisans
• Tuhan adalah • Mulai berpikir atas • Terbit karya-karya
segala-galanya nalarnya sendiri ilmiah besar seperti
• ,manusia sebagai • Cikal bakal metode “principia” Newton
pusat alam penyelidikan ilmiah • Terbentuk dasar-
semesta dasar empirisme
Proposisi Dasar Empirisme
Dan Positivisme
Bentuk proposisional dari faham empirisme dan positivisme adalah:
“tidak ada pengetahuan atas sesuatu yang tidak bisa di indera dan di ukur”

Proposisi dasar:

Pengalaman inderawi Pengalaman inderawi Suatu proposisi mungkin


adalah sumber pertama adalah asas satu-satunya mencapai pengalaman
pengetahuan manusia, dan untuk membenarkan inderawi dan dapat
tidak ada pengetahuan kebenaran suatu proposisi memberi petujuk
rasional apapun yang memiliki makna jika dapat tentangnya, meskipun kita
mendahului pengalaman dibenarkan secara empirik tidak memiliki pengalaman
tentang itu
05 Tiga Himpunan Dasar
Joseph Kosuth (1965) dalam karyanya “One and Three Chairs”, mencerminkan tiga
himpunan dasar dalam proses berpikir manusia.

Para filsuf menyebutnya dengan istilah “alam”, sebagai berikut:

Alam Mental
1 Atau himpunan obyek dalam pikiran manusia

Alam Eksternal
2 Atau himpunnan obyek di luar pikiran manusia

Alam Bahasa
3 Atau himpunan Bahasa yang digunakan manusia
Penelaahan Tiga Himpunan Dasar
Dalam Proses Berpikir
Aksioma dasar yang diambil, bahwa ketiga alam tersebut (mental, eksternal dan
Bahasa) dalam kondisi tertentu mungkin selaras. Artinya apa yang ada di alam
eksternal mungkin ekuivalen dengan apa yang di dalam pikiran manusia, selanjutnya
juga ekuivalen dengan pernyataan nya di alam Bahasa.

Bila aksioma dasar tersebut tidak diterima, maka akan terjadi dua hal berikut
(Relativisme Uber Alles)

Alam Eksternal & Mental (Meyakini Tidak Ekuivalen)


1 Hubungan antara alam mental dengan alam eksternal runtuh. Menyebabkan bangunan pengetahuan
subyek yang berpikir tersebut runtuh, karena semua pengetahuan nya tidak ekuivalen dengan apapun
dalam realitas sebenarnya.

Alam Mental & Bahasa (Meyakini Tidak Ekuivalen)


2 Subyek yang berpikir kehilangan possibility untuk mengkomunikasikan pengetahuan-pengetahuan
nya.
06 Dialektika
Dialektika adalah ilmu pengetahuan tentang hukum yang paling
umum yang mengatur perkembangan alam, masyarakat dan
pemikiran. Sedangkan metode dialektis berarti investigasi dan
interaksi dengan alam, masyarakat dan pemikiran

Dialektika digunakan untuk mencari kebenaran melalui diskusi


atau tanya jawab. Dialektika berguna sebagai pemerdalam dalam
memahami masalah dan dalam pemecahan masalah

Dialektika menghasilkan pemikiran-pemikiran baru berdasarkan


penambahan-penambahan dialog. Dari yang tidak tahu menjadi
tahu. Dari yang belum mengerti menjadi mengerti.
Implikasi Filsafat Ilmu Terhadap
Perkembangan IPTEK
Filsafat ilmu sebagai cabang khusus filsafat yang membicarakan tentang sejarah
perkembangan ilmu. Metode-metode ilmiah, sikap etis yang harus dikembangkan
para ilmuan secara umum mengandung tujuan –tujuan sebagai berikut:

Filsafat Ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga menyebabkan orang menjadi kritis
01 terhadap kegiatan ilmiah.

Filsafat Ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan metode keilmuan.
02

Filsafat Ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan.


03
Implikasi Filsafat Ilmu Terhadap
Perkembangan IPTEK

Adapun implikasi filsafat ilmu terhadap perkembangan ilmu pengetahuan

Bagi seorang ilmuan diperlukan pengetahuan dasar yang memadai tentang ilmu, baik ilmu alam maupun
01 ilmu sosial, supaya para ilmuan memiliki landasarn berpijak yang kuat.

Menyadarkan seorang ilmuan agar tidak terjebak ke dalam pola piker “Menara gading”.
02
Referensi

• https://wira.files.wordpress.com/2019/10/3-prinsip-dasar-filsafat-
ilmu.pdf

• J. S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer,


Jakarta, Indonesia: SH, 1984.

• https://media.neliti.com/media/publications/265966-implikasi-
filsafat-ilmu-terhadap-perkemb-2d8c2db1.pdf
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai