Anda di halaman 1dari 20

Journal Reading

Seorang Pria Berusia 87 Tahun Hiperplasia Prostat


dan Batu Buli-buli, Prostat Terbesar yang Dilaporkan
di Indonesia

Audy Massora Pongtiku


2019086016288

Pembimbing:
dr. Binsar Marshall Maranatha Sirait, Sp. U, M.
Ked. Klin
Abstrak
Tujuan: Tujuan dibuatnya artikel ini adalah untuk melaporkan kasus Giant benign
prostate hyperplasia (GBPH) dan melihat hubungan antara volume prostat dengan
gejala BPH. Giant BPH didefinisikan sebagai prostat dengan berat lebih dari 200 atau
500 g. Ambang bawah disarankan oleh peneliti dari Jepang. Kejadian ini sangat langka,
hanya ada 16 kasus lebih dari 500 g sampai 2013.
Presentasi Kasus: Pasien adalah laki-laki usia 87 tahun dengan keluhan utama
hematuria. Pada pasien ini dilakukan ultarsonografi transabdominal.
Pembahasan: USG transabdominal menunujukkan prostat membesar dengan lobus
media protrusi ke dalam buli-buli berukuran 86 x 102 x 76 mm dan volume 348 cc.
Kami melakukan prostatektomi transvesika. Prostat besar tersebut terenukleasi secara
utuh dalam satu bagian dengan 23 batu berukuran sekitar 1 cm. Secara kasar, massa
berukuran 12 x 8 cm dan berat 300 g. Evaluasi histologis menunjukkan BPH.
Kesimpulan: Sepanjang pengetahuan kami, ini merupakan kasus Giant BPH pertama
yang dilaporkan di Indonesia. Kami ingin menekankan bahwa beratnya gejala BPH tidak
berkorelasi dengan volume prostat. Sayangnya, kami tidak dapat menyimpulkan
hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan volume karena kurangnya data IMT dari
literatur.
Kata kunci: Giant, jinak, hiperplasia prostat
Pendahuluan
• BPH merupakan kondisi yang sering
menyebabkan LUTS progresif pada pria tua
• Pembesaran prostat jarang >100 g, hanya 4%
pada pria berusia >70 tahun
• BPH raksasa: berat prostat >200 atau 500 g
• BPH raksasa sangat langka
Presentasi Kasus
• Pria 87 tahun datang dengan hematuria
• Sebulan sebelumnya juga mengalami episode
hematuria selama 2 hari yang berhenti tanpa
terapi khusus
• Komorbid disangkal
• BB 50 kg, TB 150 cm, IMT 22,2
• DRE: teraba prostat membesar, elastis, simetris,
tidak nyeri, tidak terba nodul
• Lab: Hb 12,9, urinalisis: urine jernih, demsitas
1,020, eritosituria
• USG: pembesaran prostat 86 x 102 x 76 mm,
pembesaran lobus media protrusi ke buli-buli,
penebalan buli-buli, eko terlihat dalam lumen
buli-buli batu buli 6 dan 9 mm
• Dilakukan enukleasi prostatik transvesikal di bawah
anestesi spinal
• Prostat dienukelasi semua dalam 1 potongan dengan
23 batu berukuran 1 cm
• Spesimen yang diangkat Ø 12 x 8 cm, berat 300 g
• Waktu operasi 2 jam, kehilangan darah 600 cc
• Rawat inap 6 hari
• PA: terkonfirmasi BPH
• 1 bulan follow up: kenyamanan berkemih ,
inkontinensia (-)
Gambar 1. Ultrasonografi (USG) Transabdominal menunjukkan
pembesaran prostat berukuran 86 x 102 x 76 mm dan volume 348 cc dengan
lobus median yang membesar protrusi ke buli-buli
Gambar 2. KUB menunjukkan kalkulus buli-buli berukuran diamter 35 dan 85 mm
Gambar 3a. Temuan intraoperatif dengan enukleasi prostatik
transvesikal terbuka 3b. 23 batu buli buli dikumpulkan
Gambar 4. Spesimen kelenjar prostat pascaoperasi. Spesimen yang
dipotong berukuran diameter 12x8 cm dan berat 300 g
Gambar 5. Pemeriksaan mikroskopik pada spesimen prostat.
Stroma fibromuskular dengan proliferasi asinus kelenjar prostat
Pembahasan
• BPH raksasa sangat langka, pertama dilaporkan
oleh Freyer (1908)
• Prevalensi BPH meningkat seiring usia (57%
usia 65 tahun, 90% usia 90 tahun)
• Cenderung akibat proliferasi sel epitel dan
stromal, gangguan apoptosis, atau keduanya
• Perubahan prostat mulai umur 40 tahun,
volume 0,6 ml/tahun, urin flow 0,2 ml/s
• GPH umumnya muncul dengan LUTS obstruktif
dan hematuria
• Dari ulasan literatur, sebagian besar pasien
mengalami gejala LUTS
• Etiologi pasti perdarahan belum jelas, tetapi
dapat disebabkan oleh peningkatan densitas
pembuluh darah mikro dan overekspresi VEGF
• Riwayat medis digali untuk menyingkirkan
keadaan lain, misalnya prostatis
• Kuesioner IPSS dapat digunakan untuk
mengevaluasi beratnya gejala
• GPH didiagnosis melalui DRE dan sonografi
• DRE: ukuran, bentuk, simetris, kualitas,
nodularitas, dan konsistensi
• Hiperplasia prostat berat dikonfirmasi melalui USG,
tomografi, dan resonansi magnetik
• Pada kasus ini, dilakukan USG transabdominal
pembesaran prostat 86 x 102x 76 mm dan volume
348 cc, lobus media protrusi ke dalam buli-buli.
• Dinding buli-buli terlihat menebal dan ireguler
sistitis.
• Beberapa eko internal dalam lumen buli-buli batu
buli-buli berukuran diameter 6 dan 9 mm.
• PSA juga berguna dalam memutuskan terapi
yang sesuai
• PSA adalah refleksi volume prostat yang lebih
akurat dibandingkan DRE, dan berkorelasi
dengan perkembangan gejala
• Nilai PSA serum ≥ 1,5ng/ml volume prostat
setidaknya 30 cc.
• Direkomendasikan uji PSA dimulai usia 50
tahun
• Intervensi bedahuntuk pasien BPH dengan
retensi urine, gross hematuria berulang, ISK,
insufisiensi renal, batu buli-buli, LUTS
• Terapi definitif biasanya prostatektomi
suprapubik, yaitu enukleasi adenoma prostatik
hiperplastik melalui insisi ekstraperitoneal pada
dinding buli-buli anterior bawah
• Prostatektomi suprapubik: enukelasi adenoma
prostatik melalui insisi ekstraperitoneal pada
dinding buli-buli anterior
• Operasi ini paling cocok untuk pasien dengan
lobus media besar yang protrusi ke buli-buli
• Terapi bedah dilakukan pada pasien yang tidak
berespon baik terhadap terapi obat atau yang
memiliki komplikasi misal retensi urine
Kesimpulan
• Kasus yang dipresentasikan adalah BPH
terbesar yang dilaporkan di Indonesia
• Walaupun jarang, hematuria dapat menjadi
tanda awal dan satu-satunya
• Gejala BPH tidak berkorelasi dengan ukuran
prostat
• Diagnosis praoperasi dengan DRE dan USG,
diagnosis definitif secara histologis
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai