Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK DENGAN HISPRUNG

OLEH :
Kelompok III
ANDI ANDOKO (19.14201.90.26.P)
MAYANG AGUSTIN PRADILA (19.14201.90.06.P)
RUBY RAHMANIA ARYANI (19.14201.90.12.P)
YUNITA FITRIAH (19.14201.90.10.P)
ZULKAIDAH APRIANI (19.14201.90.08.P)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA
2020
BAB I

1.1. LATAR BELAKANG

Penyakit hisprung merupakan suatu kelainan bawaan yang menyebabkan gangguan


pergerakan usus yang dimulai dari spingter ani internal ke arah proksimal dengan
panjang yang bervariasi dan termasuk anus sampai rektum.

1.2. TUJUAN PENULISAN

Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi


dan menambah pengetahuan kepada para pembaca
khususnya kepada mahasiswa ilmu keperawatan
mengenai penyakit hisprung.
BAB II

2.1.1 Definisi
Hisprung atau megacolon adalah penyakit yang disebabkan tidak adanya
sel-sel ganglion dalam rectum atau bagian rectosigmoid colon. Dan
ketidakadaan ini menimbulkan abnormal atau tidak adanya evakuasi usus
spontan. (betz, Cecily & Sowden: 2000).
Hisprung atau penyakit megacolonkongenital merupakan suatu kondisi
tidak adanya segmen ganglion intrinsik parasimpatis pada submukosa dan
myenteric plexuses yang secara anatomi terletak pada bagian anus dan
membentang secara proksimal. (Ami, et al., 2001).
Penyakit hisprung adalah anomali kongenital yang mengakibatkan
obstruksi mekanik karena ketidakadekuatan motilitas sebagian dari usus .
(Donna l. Wong, 2003).
Anatomi Fisiologi

Etiologi
Sel neuroblas bermigrasi dari krista neuralis
saluran gastrointestinal bagian atas dan
selanjutnya mengikuti serabut-serabut vagal
yang telah ada ke kaudal. Penyakit Hisprung
terjadi bila migrasi sel neuroblas terhenti di
suatu tempat dan tidak mencapai rektum.Sel-
sel neuroblas tersebut gagal bermigrasi ke
dalam dinding usus dan berkembang ke arah
kraniokaudal di dalam dinding usus.

Manifestasi klinis
a. Periode Neonatal
b. Periode Anak

Komplikasi penyakit
c. Kebocoran anastomose
d. Stenosis
e. Enterkolitis
Patofisiologi dan patoflow

Istilah congenital aganglionic mega colon


menggambarkan adanya kerusakan primer
dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding
sub mukosa kolon distal. Segmen aganglionic
hampir selalu ada dalam rectum dan bagian
proksimal pada usus besar.Ketidakadaan ini
menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya
gerakan tenaga pendorong (peristaltik) dan
tidak adanya evakuasi usus spontan serta
spingter rectum tidak dapat berelaksasi
sehingga mencegah keluarnya feses secara
normal yang menyebabkan adanya akumulasi
pada usus dan distensi pada saluran
cerna.Bagian proksimal sampai pada bagian
yang rusak pada mega colon (Betz, Cecily &
Sowden).
Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Radiologi
b. Manometri Anorektal
c. Biopsi

Penatalaksanaan Medis
a. Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk melepaskan
obstruksi dan secara normal melemah dan terdilatasinya usus besar untuk
mengembalikan ukuran normalnya.
b. Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat berat anak
mencapai sekitar 9 Kg (20 pounds) atau sekitar 3 bulan setelah operasi pertama.
c. Prosedur Soave adalah salah satu prosedur yang paling sering dilakukan terdiri dari
penarikan usus besar yang normal bagian akhir dimana mukosa aganglionik telah
diubah.
Diagnosa Keperawatan Intervensi keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi Diagnosa Keperawatan :
paru 1. Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru
b. Nyeri akut b.d inkontinuitas jaringan NOC kriteria hasil :
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari -frekuensi pernafasan dlam batas normal
kebutuhan tubuh b.d masukan makanan tak Irama nafas normal
adekuat dan rangsangan muntah. Ekspansi dada simetris
d. Perubahan pola eliminasi (konstipasi) b.d Bernafas mudah
defekasi persyarafan terhadap ganglion usus. Keadaan inspirasi
e. Resiko kekurangan volume cairan b.d muntah, NIC
diare dan pemasukan terbatas karena mual. Monitor frekuensi,ritme,kedalaman,pernafasan
f. Resiko tinggi infeksi b.d imunitas menurun dan catat perkembangan dada
proses penyakit Monitor pola nafas
Palpasi ekspansi paru
Auskultasi suara nafas

2. Nyeri akut b.d inkontinuitas jaringan


NOC
Mengenali faktor penyebab
Menggunakan metode pencegahan
Metode pencegahan non analgetik untuk mengurangi
nyeri
NIC
Kaji secara komprehensif
Observasi isyarat non verval dari ketidaknyamanan
Gunakan komunikasi terapetik
Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi
5. Resiko kekurangan volume cairan b.d muntah, diare dan
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
pemasukan terbatas karena mual.
masukan makanan tak adekuat dan rangsangan muntah
NOC
NOC
Keseimbangan intake $ output
Stamina
BB stabil
Tenaga
Tidak ada mata cekung
Kekuatan menggenggam
Kelembabam kulit dlm btas normal
Penyembuhan jaringan
Membran mukosa lembab
Daya tahan tubuh
NIC
Pertumbuhan
Timbangan popok jika diperlukan
NIC
Pertahankan intake & output yg akurat
Tibang BB
Monitor status dehidrasi
Anjurkan pd keluarga pasien utk memberikan ASI
monitorTTV
Anjurkan pasien utk meningkatkan protein & vit C
Kolaborasi pemberian cairan IV
Kolaborasi dgn ahli gizi
Dorong masukan oral
Dorong keluarga untuk membatu pasien makan
4. Perubahan pola eliminasi (konstipasi) b.d defekasipersyarafan
terhadap ganglion usus
6. Resiko tinggi infeksi b.d imunitas menurun dan proses penyakit
NOC
NOC
Pola eliminasi dlm btas normal
Pasien bebas dr tanda $gejala infeksi
Warna fases normal
Mnjelaskan proses penularan penyakit
Fases lunak
Menjlskan faktor yg mempengaruhi penularan
Bau fases dlm btas normal
Menunjukan kemampuan utk mencegah timbulnya infeksi
Konstipasi tdk terjadi
NOC
NIC
Monitor TTV
Tetapkan alasan dilakukan tindkan pembersihan sistem pencernaan
Monitor kerentanan trhadap infeksi
Pili pmberian enema
Inspeksi kulit & membran mukosa
Jlskan prosedur pd pasien
Inspeksi kondisi l luka
Monitor efek sampin dr tindakan irigasi/pemberian obat
Dorong msukan nutrisi
Catat keuntungan dr pemberian enema laxatif
Dorong istirahat
BIODATA
IDENTITAS BAYI RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Nama : By. A
Bayi tidak dapat buang air besar sejak lahir, kentut hanya sekali,
No.Register : 1175670
tidak pernah kecirit dan perut membesar. Bayi dibawa ke RSUD
Umur : 13 Hari
Jenis kelamin : Laki-laki Kepanjen dan dirujuk ke RSU dr.SAiful Anwar Malang pada
Alamat : Ds.Gondanglegi RT 42 RW 04 Gondanglegi tanggal 09-05-2014. Dan dirawat diruang perinatology. Tanggal 13
Malang Mei 2014 Bayi dinyatakan menderita hisprung disease. Dan pada
Tanggal lahir : 06 Mei 2014 tanggal 15 Mei 2014 bayi sudah dapat buang air besar.
Diagnosa medis : Obstruksi Usus Letak Rendah + Hisprung Disease  
IDENTITAS AYAH RIWAYAT KEHAMILAN
Nama : Tn. S Pemeriksaan rutin : ANC ke bidan puskesmas rutin setiap bulan.
Umur : 36 tahun Penyakit yang diderita selama hamil : Pilek
Jenis kelamin : Laki-laki Keluhan saat hamil : Hanya pada trimester I : Pusing dan mual.
Alamat : Ds.Gondanglegi RT 42 RW 04 Gondanglegi
Imunisasi : Tidak pernah
Malang
Obat / vitamin yang dikonsumsi : Tablet Fe dan Komix
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Kuli Bangunan Riwayat minum jamu : Tidak pernah
IDENTITAS IBU Riwayat dipijat : Tidak pernah
Nama : Ny. S Masalah : Ketuban
Umur : 31 tahun  
Alamat : Ds.Gondanglegi RT 42 RW 04 Gondanglegi RIWAYAT PERSALINAN
Malang Cara Persalinan : Normal/ Spontan
Pendidikan : SLTP Tempat : Polindes
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Penolong : Bidan
  Usia gestasi : 37-38 minggu
KELUHAN UTAMA.
Kondisi Ketuban : Warna Jernih
·         Saat MRS : Bayi tidak dapat buang air besar sejak lahir,
Letak : Bujur
kentut hanya sekali, tidak pernah kecirit dan perut membesar
·         Saat Pengkajian : By. A buang air besar dengan konsistensi cair, BB/PB/LK/LD :3600 gram/55cm/39cm/32cm.
muntah saat minum, dan hipotermi.
Rencana asuhan keperawatan
Intervensi
Tujuan dan kriteria hasil
1.Monitor TTV
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam,
2. Observasi turgor kulit
nutrisi bayi dapat terpenuhi.
3. Observasi intake dan output
Kriteria Hasil :
4. Kolaborasi pemberian cairan intravena dan elektrolit
-          Daya menghisap bayi kuat
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat dan terapi
-          BB dalam batas normal
selanjutnya.
-          Albumin normal
Rasional
-          Mukosa bibir lembab
1. Mengetahui perkembangan dan keadaan umum klien.
Intervensi
2. Mengetahui keadaan turgor kulit pasien.
1.Monitor TTV
3.Memantau cairan yang keluar dan masuk.
2. Monitor kemampuan bayi menghisap
4. Mempercepat proses penyembuhan.
3. Fasilitasi ibu dalam menyusui
4. Berikan susu formula / ASI secara rutin dan sesuai dengan kebutuhan
Tujuan dan kriteria hasil
bayi.
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam,
Rasional
gangguan integritas kulit dapat diminimalisir
1. Mengetahui perkembangan dan keadaan umum klien.
Kriteria Hasil :
2. Mengetahui kemampuan bayi menghisap.
-          Turgor kulit normal
3.Membantu ibu dalam menyusui.
-          CRT kembali < 2 detik
4. Memenuhi kebutuhan nutrisi bayi.
-          Kelembaban kulit bertambah
-          Tidak ada luka / lesi pada kulit (decubitus)
Tujuan dan kriteria hasil
Intervensi‘
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam,
1.Monitor TTV
volume cairan dan elektrolit dapat terpenuhi.
2. Monitor adanya iritasi pada kulit pasien.
Kriteria Hasil :
3. Mobilisasi pasien
-          Turgor kulit normal
4. Beri baby oil pada daerah yang tertekan dan jaga kebersihan kulit
-          Mata (conjunctiva) tidak anemis
5.Memandikan pasien dengan air hangatdan sabun.
-          CRT menjadi normal
Rasional
1. Mengetahui perkembangan dan keadaan umum klien.
2. Mencegah kerusakan integritas kulit.
3.Menghindari iritasi pada kulit akibat tertekan dalam waktu yang
lama.
4. Meminimalisir iritasi.
5. Agar kelembaban kulit terjaga.

Tujuan dan kriteria hasil


Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam,
diharapkan resiko tinggi injury dapat dicegah.
Kriteria Hasil :
-          Pencahayaan cukup sesuai dengan kebutuhan
-          Kadar bilirubin berkurang
-          Tubuh klien tidak berwarna kuning lagi.
Intervensi
1.Monitor TTV
2. Observasi pemberian cahaya sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
klien.
3. Observasi keadaan umum klien setelah fototerapy.
4. Kolaborasi dengan tim medis untuk penghentian fototerapi jika
kadar bilirubin turun.
Rasional
1. Mengetahui perkembangan dan keadaan umum klien.
2. Mengetahui dan menilai penurunan kadar bilirubin serta mencegah
klien mengalami injury.
3.Mengetahui tingkat perkembangan klien, serta menilai sejauh mana
klien mengalami injury
4. Mencegah pemajanan sinar terlalu lama.
Catatan keperawatan
Tindakan keperawatan senin Tindakan keperawatan selasa
1. Mengukur TTV (suhu, RR, dan nadi). 1. Mengukur TTV (suhu, RR, dan nadi)
2.Memantau kemampuan bayi menghisap 2. Memantau kemampuan bayi menghisap
3.  Memberikan susu formula/ASI secara rutin dan sesuai dengan 3. Memfasilitasi ibu dalam menyusui : mengajari tekhnik
kebutuhan bayi.
menyusui yang benar, menganjurkan ibu memompa ASI
 
1. Mengobservasi turgor kulit dan CRT apakah kembali < 2 detik untuk persediaan bayi saat ibu tidak bisa menyusui.
atau tidak. 4. Memberikan susu formula/ASI secara rutin dan sesuai
2. Mengobservasi intake dan output dengan kebutuhan bayi.
3. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian cairan intravena  
dan elektrolit. 1. Mengobservasi turgor kulit dan CRT apakah kembali <
4. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
2 detik atau tidak.
selanjutnya.
  2. Mengobservasi intake dan output
1. Memonitor adanya iritasi pada kulit pasien. 3. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian cairan
2. Memobilisasi pasien. intravena dan elektrolit.
3. Memberi baby oil pada daerah yang tertekan dan menjaga 4. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
kebersihan kulit. selanjutnya.
4. Memandikan pasien dengan air hangat dan sabun.
 
  1. Memonitor adanya iritasi pada kulit pasien.
1.  pemberian cahaya sesuai dengan kebutuhan dan kondisi klien. 2. Memobilisasi pasien.
2.  Membuka pakaian atas bayi dan memberi penutup mata yang 3. Memberi baby oil pada daerah yang tertekan dan
dapat memantulkan cahaya. menjaga kebersihan kulit.
3.  Mengobservasi keadaan umum klien setelah fototerapi. 4. Memandikan pasien dengan air hangat dan sabun.
4. Kolaborasi dengan tim medis untuk penghentian fototerapi jika
kadar bilirubin turun.
Tindakan keperawatan, rabu
1. Mengukur TTV (suhu, RR, dan nadi)
2.        Memantau kemampuan bayi menghisap
3.        Memfasilitasi ibu dalam menyusui : mengajari tekhnik menyusui
yang benar, menganjurkan ibu memompa ASI untuk persediaan bayi
saat ibu tidak bisa menyusui.
4.        Memberikan susu formula/ASI secara rutin dan sesuai dengan
kebutuhan bayi.
 
1.        Mengobservasi turgor kulit dan CRT apakah kembali < 2 detik
atau tidak.
2.        Mengobservasi intake dan output
3.        Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian cairan intravena
dan elektrolit.
4.        Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
selanjutnya.
 
1. Memonitor adanya iritasi pada kulit pasien.
2. Memobilisasi pasien.
3. Memberi baby oil pada daerah yang tertekan dan menjaga
kebersihan kulit.
4. Memandikan pasien dengan air hangat dan sabun.
BAB IV

Kesimpulan
Penyakit Hisprung (mega kolon kongenital) adalah suatu penyumbatan pada usus besar
yang terjadi akibat pergerakan usus yang tidak adekuat karena sebagian dari usus besar
tidak memiliki saraf yang mengendalikan kontraksi ototnya. Hirschsprung terjadi karena
adanya permasalahan pada persarafan usus besar paling bawah mulai dari anus hingga usus
diatasnya. Penyakit hisprung merupakan suatu kelainan bawaan yang menyebabkan
gangguan pergerakan usus yang dimulai dari spingter ani internal ke arah proksimal
dengan panjang yang bervariasi dan termasuk anus sampai rectum. Penyakit ini disebabkan
oleh tidak adanya sel ganglion para simpatis dari pleksus Auerbach dikolon.
 
Saran
bagi tugas kesehatan atau instansi kesehatan agar lebih meningkatkan pelayanan kesehatan
khususnya pada hisrchprung untuk pencapaian kualitas keperawatan secara iptimal dan
sebaiknya proses keperawatan selalu dilaksanakan secara berkesinambungan.
TERIMAKASIH...
..

Anda mungkin juga menyukai