Anda di halaman 1dari 13

Kekerasan Berbasis

Gender (KBG) dan


Rape Culture
Minggu, 14 Maret 2021
Norcahyo Budi W
(Male Involvement Officer, Gender Unit)
UNFPA Indoenesia

Dipresentasikan dalam rangka Peringatan Hari Perempuan Internasional 2021 oleh CIMSA UMP
WOMEN’S CRY ( Women’s Caring and Representative for Young
Pengertian KBG
• Istilah yang memayungi setiap perilaku
membahayakan yang dilakukan terhadap
seseorang berdasarkan peran gender yang
dilekatkan oleh masyarakat yang
membedakan antara laki-laki dan perempuan.
• Termasuk didalamnya adalah segala perilaku
yang mengakibatkan penderitaan fisik,
seksual, atau mental, ancaman akan
melakukan suatu perbuatan membahayakan,
pemaksaan, dan atau perilaku lain yang
membatasi kebebasan seseorang baik di
ruang public maupun kehidupan pribadi.
• (UNGA Resolution 49/104, 1993)
BPS: SPHPN, 2016
Gender-based
violence (GBV)

1 in 3 women have
experienced physical and/or
sexual violence by partner
and non partner (SPHPN,
2016)
Jenis dan Contoh KBG

Memukul/ menampar ●
Melecehkan Harassing

Menendang ●
Memperkosa/ upaya perkosaan

Menyundut/ membakar Praktek Rape

Menarik/ merenggut Berbahaya ●
Sexual abuse

Menjambak rambut ●
Menyentuh tanpa persetujuan

Fisik Seksual

Emosional/ Ekonomi
Psikologis


Perundungan verbal ●
Mengambil/ merampas uang pasangan

Intimidasi. ancaman Mengkontrol keuangan
KBG


Pengawasan terus menerus ●
Menolak mengabaikan membiayai

Mengisolasi Online keuangan, makanan, kebutuhan dasar

Mempermalukan/ merendahkan ●
Kontrol akses terhadap layanan

Pembatasan/ kungkungan di rumah kesehatan maupun pekerjaan (ekonomi)
Dampak KBG

Fisik
Spiritual Pola Pikir

Diri KELUARGA KOMUNITAS NEGARA

Perasaan Perilaku
Hubunga
n Sosial
Pohon Penyebab KBG
KBGO Perkosaan
Persekusi jender
KDRT Trafficking
GBV
Kekerasan
Perkawinan
Seksual
Anak

Kekerasan dalam Pelecehan


pacaran

Penyalahgunaan zat
Faktor
Pendidikan minim Pendukung
Kemiskinan Minimnya
Konflik perlindungan hukum

Ketidakadilan Akar
gender Budaya Patriarki
Penyalahgunaan Masalah
relasi kuasa
Apa itu Rape Culture
• Rape culture adalah budaya yang ada di
lingkungan social/masyarakat yang menganut
belief, nilai moral dan sikap yang menganggap
kekerasan seksual adalah hal yang dianggap
wajar/lumrah/dimaklumi, dapat dibenarkan dan
tidak dipertanyakan (ditantang) oleh lingkungan
sosial serta meminimalkan keseriusan dari
kekerasan seksual yang terjadi.
• Budaya ini didorong oleh adanya pemahaman
gender dan sikap terhadap gender dan seksualitas
yang tidak adil dan tidak setara.
Lingkungan

Bentuk Rape Culture – Ecological


Keluarga
Individu
Perspective
• Hukuman yang tidak menjerakan • Korban perkosaan dinikahkan
pelaku, impunitas dengan pelakunya (dimediasi
• Kebijakan jam malam untuk berdamai dengan pelaku
perempuan • Tidak menjadi active bystander
• Definisi hukum KBG termasuk melihat kasus KDP, kekerasan
perkosaan seksual, pelecehan seksual di
• Toxic masculininity teman sebaya

• Aib keluarga (taboo) bila ada Kebijakan/ Negara


kasus kekerasan seksual
dialami anggota keluarga • Mengeluarkan sexist Jokes
• Pengasuhan • Memiliki keyakinan laki-laki yang
jantan punya banyak
pasangan/pacar/istri
Contoh Ungkapan yang Merepresentasi Rape
Culture
• Itu pasti ceweknya yang godain cowoknya, • Pake baju tertutup biar gak diapa-apain ama
cowok mana sih yang gak tergoda liat body kayak cowo
gitu • Kamu kawin dengan Mamat supaya gak malu
• Waktu kamu diperkosa kamu ikut goyang? keluarga kita, punya anak hamil karena
diperkosa paman sendiri
Berarti suka sama suka
• Laki-laki itu wajar kalau punya banyak
• Salah dia juga suka pake baju ketat dan seksi pendamping, itu berarti dia laku dan perkasa.
• Aduh suaranya dia itu kayak pengen ngajakin ke Aplagi kalo punya banyak istri
tempat tidur • Laki-laki maskulin itu yang jantan banyak
pacarnya
• Jam malam kami buat untuk mencegah
kekerasan seksual • Ah bukan cowok lo kalo hari gini masih perjaka
• Suaminya si Nani itu selingkuh, wajar sih soalnya
• Jadi perempuan jangan suka keluar malam
si Nani sering keluar kota
• Kita kawinkan aja korban dengan pelaku • Si Doni itu keren banget, ceweknya banyak
perkosaan ini supaya gak jadi zina dan fitnah ditiap fakultas ada
Dampak “Rape Culture”

Menghambat proses Membuat kasus- kekerasan


seksual menjadi tidak
pemulihan pada terlaporkan (terutama bila
korban/penyintas korban laki-laki)

Kasus kekerasan seksual sulit


Melepaskan dihapuskan sehingga
pelaku dari merugikan perempuan/anak
Apa yang bisa kita lakukan untuk mengubah
“Rape Culture”

Rape Culture (pengertian, dampak dan akar masalahnya)

PAHAMI tentang: ●


Mitos terkait kekerasan seksual.
Strategi/cara menghilangkan/mengubah rape culture

ZERO TOLERANCE: Tidak mentolerir bentuk-bentuk budaya rape culture baik dimulai dari diri sendiri dan lingkungan sekitar.


Bangun budaya menghargai dan megutamakan “konsen”

Diskusikan hal ini dengan lingkungan (keluarga, teman, sahabat, kerabat)


EDUKASI:


Pendidikan gender dan kespro sejak dini bagi generasi berikutnya (generasi muda)


Percaya, berempati dan berpihak pada korban/penyintas
DENGARKAN PENYINTAS: ●


Mendengarkan kebutuhan pada penyintas
Mendukung dan menguatkan penyintas untuk pulih


Menjadi active bystander (lakukan sesuatu bila melihat kekerasan seksual dalam bentuk apapun)

AKSI HENTIKAN: ●


Berhenti menyalahkan korban/penyintas
Tegur atau ingatkan lingkungan bila bergurau berbau sexist


Ubah toxic masculinity menjadi positive masculinity dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

PRAKTEK PERUBAHAN: Tidak menggunakan perkosaan atau kekerasan seksual sebagia bahan gurauan


Terlibat dalam gerakan keadilan dan kesetaraan gender (berdonasi, kampanye, aktif bekerjasama dengan organisasi perempuan, mempromosilan kesetaraan gender
dll)
Inisiatif UNFPA terkait Pencegahan dan
Penanganan KBG

Penguatan Layanan Sektor


SPM Layanan KTPA 2010
Kesehatan KBG

Advokasi Pencegahan Praktek


Survey Pengalaman Hidup
Berbahaya (P2GP dan Perkawinan
Terima Kasih, Thank You
Matur Nuwun, Terimong Kinasih
@unfpaindonesia Norcahyo B Waskito
UNFPA Indonesia Male Involvement Officer
Unfpaindonesia waskito@unfpa.org

Anda mungkin juga menyukai