Anda di halaman 1dari 37

PENGOLAHAN LIMBAH

OBAT KADALUARSA

Farmasi Lingkungan
Kelompok 7 3A Farmasi
01 02 03
Risnawa Puji Astuti Ervina Novitasari Maram Nuraini
31020196 31118001 31118037

04 05 06
Rangga Dwi
Indah Alvina Damayanti Vina Fujiyanti
Muharram
31118044
31118041 31118048
TOPIK

TANDA-TANDA
PENDAHULUAN OBAT
Pengertian Obat, KADALUARSA
Limbah & Obat Sediaan Padat,
Kadaluarsa Semisolid, Cair & Gas

 
KONDISI YANG PENANGANAN
MEMPERCEPAT LIMBAH OBAT
KADALUARSA
KADALUARSA
OBAT
01
PENDAHULUAN
Pengertian Obat, Limbah
& Obat Kadaluarsa
PENGERTIAN OBAT
Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang digunakan
oleh semua makhluk untuk bagian dalam maupun bagian luar, guna
mencegah, meringankan, maupun, menyembuhkan penyakit. Menurut
undang-undang yang dimaksud dengan obat adalah suatu bahan atau
campuran bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam
menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan
badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan, termasuk
memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia. (Syamsuni, 2006)
PENGERTIAN LIMBAH
Limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses
produksi, baik pada skala rumah tangga, imdustri, pertambangan, dan sebagainya.
Sedangkan limbah farmasi merupakan adalah limbah yang mencakup produk
farmasi yang sudah kadaluarsa, tidak digunakan, tumpah, atau terkontaminasi
sehingga harus dibuang. Contoh produk farmasi tersebut adalah :
● Senyawa kimia dan produk botani yang digunakan dalam pengobatan.
● Sediaan farmasi (tablet, kapsul, injeksi, salep, krim, infus, dan lain-lain).
● Produk diagnostic in vitro dan in vivo.
● Produk biologi seperti vaksin dan sera.
PENGERTIAN OBAT KADALUARSA

Kadaluarsa obat adalah berakhirnya batas aktif dari obat yang


memungkinkan obat menjadi kurang aktif atau bahkan menjadi toksik.
Kadaluarsa obat juga diartikan sebagai batas waktu dimana produsen
obat menyatakan bahwa suatu produk dijamin stabil dan mengandung
kadar zat sesuai dengan anjuran. Jadi, obat kadaluarsa adalah obat yang
telah melewati tanggal kadaluarsa ditentukan berdasarkan obat yang
disimpan dibawah kondisi ideal yang disarankan produsen dari aspek
kondisi suhu, kelembaban, paparan cahaya, dan intergritas pengemasan
(ICH, 2002).
PENGERTIAN OBAT KADALUARSA

Obat yang sudah kadaluarsa, kadar atau konsentrasinya sudah


berkurang antara 25-30% dari konsentrasi awalnya. Obat yang
sudah melewati masa kadaluarsa dapat membahayakan karena
berkurangnya stabilitas obat tersebut dan dapat mengakibatkan
efek toksik (racun). Hal ini dikarenakan kerja obat sudah tidak
optimal dan kecepatan reakasinya telah menurun, sehingga obat
yang masuk kedalam tubuh hanya akan mengendap dan menjadi
racun.
02
02
KONDISI YANG
MEMPERCEPAT
KADALUARSA OBAT
Kelembaban, Suhu &
Cahaya
Kondisi Yang Mempercepat Kadaluarsa Obat
● Kelembaban
Tempat yang lembab akan mempercepat masa kadaluarsa obat, hal ini
karena akan mempengaruhi stabilitas kemudian dapat menyebabkan
penurunan kandungan pada obat.

● Suhu
Umumnya obat disimpan pada suhu kamar. Penyimpanan obat didalam
kulkas tidak dianjurkan jika tidak terdapat dalam petunjuk. Obat – obat minyak
seperti minyak ikan, sebaiknya jangan disimpan ditempat yang terlalu dingin.
Insulin (obat untuk penderita diabetes) merupakan contoh obat yang akan
rusak jika ditempatkan pada ruangan dengan suhu panas.
Kondisi Yang Mempercepat Kadaluarsa Obat
.
● Cahaya
Sebaiknya tidak diletakkan pada tempat yang terkena paparan sinar
matahari ataupun lampu secara langsung. Misalnya : vaksin bila terkena
sinar matahari langsung maka dalam beberapa detik, vaksin akan
menjadi rusak. Untuk melindunginya dari cahaya maka digunakan
kemasan berwarna, misalnya ampul yang berwarna coklat disamping
menggunakan kemasan luar (Lukman, 2006).
03
Tanda-Tanda Obat
Kadaluarsa
Sediaan Padat, Semisolid, Cair
& Gas
Tanda-Tanda Obat Kadaluarsa

● Sediaan Padat (tablet, kapsul, pil, dan serbuk)


Umumnya mengalami perubahan berupa perubahan warna, rasa,
bau, dan konsistensinya. Tablet dan kapsul mudah menyerap air dari
udara sehingga menjadi meleleh, lengket dan rusak. Kemasan mungkin
menjadi menggembung. Tablet berubah ukuran, ketebalannya dan
terdapat bintik-bintik. Masing-masing tablet dalam kemasan ukurannya
tidak sama dan tulisan pada tablet dapat memudar. Kapsul berubah
ukuran dan panjangnya, mengalami keretakan dan warna kapsul
memudar. Obat puyer akan menggumpal jika telah mengalami reaksi
kimia.
● Sediaan Semisolid (salep, krim, pasta, dan gel)
Umumnya mengalami perubahan karena dipengaruhi oleh panas. Salep dan krim
berubah konsistensinya dan dapat menjadi terpisah-pisah, bau dan viskositasnya berubah,
melembut, kehilangan komponen airnya, tidak homogen lagi, penyebaran ukuran dan bentuk
partikel tidak merata serta pH nya berubah.

● Sediaan Cair (sirup, eliksir, emulsi, dan suspensi)


Umunya dipengaruhi oleh panas. Perubahannya dalam hal warna, konsistensi, pH,
kelarutan, dan viskositas. Bentuk sediaan cair menjadi tidak homogen. Beberapa obat,
seperti obat suntik dan tetes mata atau telinga, cepat rusak bila terkena sinar. Terdapat
partikel-partikel kecil yang mengambang pada oabt cair namun hal ini normal pada
suspensi. Bau dan rasa obat berubah menjadi tajam seperti bleach, acid, gasoline,
penguent/getir.
● Gas (contohnya oksigen)
Aerosol mengalami kebocoran, kontaminasi partikelnya, fungsi
tabungnya rusak dan beratnya berkurang. Jika diukur dosisnya maka
terdapat perbedaan dosis.
04
Dampak Limbah Obat
Kadaluarsa
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 32 tahun 2009
menjelaskan bahwa limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Limbah
obat rusak atau kadaluarsa yang dibuang secara tidak tepat dapat menimbulkan
berbagai ancaman bagi lingkungan dan kehidupan manusia. Misalnya limbah
obat kadaluarsa dapat sampai ke tangan pemulung dan anak-anak apabila
dibuang secara tidak tepat atau landfill yang tidak tertutup rapat. Ataupun
terjadi pencurian dari tumpukan limbah obat-obatan atau selama pemilahan
dapat mengakibatkan masuknya kembali obat kadaluarsa itu kepasar untuk
dijual dan dikonsumsi kembali. Hal ini tentu akan berdampak pada kesehatan
yang dapat menyebabkan dan menimbulkan penyakit. Selain itu, dampak
limbah obat kadaluarsa yang semakin meningkat dapat menyebabkan terjadinya
pencemaran terhadap lingkungan.
05
Penanganan Limbah Obat
Kadaluarsa
Menurut World Health Organization tahun 1999, ada beberapa metode
penanganan obat kadaluarsa, antara lain :
1. Pengembalian pada penyumbang atau produsen
Kemungkinan pengembalian obat-obatan yang tidak terpakai pada
produsen dalam rangka pembuangan yang aman harus diusahakan bila
mungkin, terutama obat-obatan yang menimbulkan masalah dalam
pembuangan, seperti anti keganasan. Untuk sumbangan yang tanpa
diminta atau tidak diinginkan, terutama yang telah melampaui atau
dekat batas waktu kadaluarsanya dapat dikembalikan ke penyumbang.
2. Penimbunan
Penimbunan yaitu penempatan limbah langsung ke lahan penimbunan
sampah tanpa perlakuan atau persiapan sebelumnya. Penimbunan merupakan
metode yang tertua dan paling sering dipergunakan dalam pembangunan limbah
padat. Terdapat tiga macam cara penimbunan :
● Pembuangan terbuka sederhana dan tanpa pengendalian
Pembuaangan sederhana barangkali merupakan metode pembuangan yang
paling sering dilakukan di negara berkembang. Pembuangan sampah yang tidak
diolah ke tempat penimbunan sampah terbuka secara sederhana dan tanpa
pengendalian merupakan Langkah yang tidak ramah lingkungan dan harus
dihindari. Pembuangan limbah farmasi tanpa pengelolaan ketempat tersebut
tidak disarankan kecuali bila tidak ada pilihan lain.
● Penimbunan berteknologi
Tempat pembuangan seperti ini menerapkan beberapa cara yang dapat
melindungi terjadinya kehilangan bahan-bahan kimia kedalam lapisan air tanah.
Penyimpanan obat-obatan secara langsung merupakan pilihan kedua setelah
pembuangan limbah farmasi yang telah diimobilisasi ke tempat penimbunan
sampah.
● Penimbunan berteknologi tinggi
Lokasi penimbunan sampah yang dibangun dan dioperasikan secara tepat
merupakan cara pembuangan sampah rumah tangga yang relative aman, juga
bagi limbah farmasi. Prioritas utama adalah perlindungan lapisan air tanah.
3. Imobilisasi limbah dengan metode enkapulasi
Enkapulasi ialah pengimobilisasian obat-obatan dengan
memadatkannya dalam tong plastic atau besi. Sebelum dipergunakan, tong
harus dibersihkan dan kandungan sebelumnya harus bukan berupa bahan
yang mudah meledak atau berbahaya. Tong tersebut diisi hingga 75%
kapasitasnya dengan obat-obatan padat atau setengah padat, kemudian sisa
ruang dipenuhi dengan menuangkan bahan-bahan seperti semen atau
campuran semen dengan kapur, busa plastic atau pasir batu bara. Tong yang
sudah disegel kemudian harus ditempatkan di dasar lubang pembuangan
dan ditutupi dengan sampah padat rumah tangga
4. Imobilisasi limbah dengan metode inersiasi
Inersiasi merupakan varian enkapulasi yang meliputi pelepasan bahan-
bahan pembungkus, kertas, karton, dan plastic dari obat-obatan. Pil harus
dilepaskan dari blisternya. Obat-obatan tersebut lalu ditanam kemudian
ditambahkan campuran air, semen, dan kapur hingga terbentuk pasta yang
homogen. Pekerja perlu dilindungi dengan penggunaan pakaian pelindung
dan masker terhadap resiko timbulnya debu. Pasta tersebut kemudian
dipindahkan dalam keadaan cair dengan mempergunakan truk pengaduk
konstruksi ke tempat pembuangan dan dituang kedalam tempat
pembuangan sampah biasa. Pasta akan berubah menjadi massa padat
yang bercampur dengan limbah rumah tangga.
5. Pembuangan melalui saluran pembuangan air
Beberapa obat-obatan cair seperti sirup dan cairan intravena dapat
dilarutkan kedalm air dan dibuang kedalam saluran pembuangan air
sedikit demi sedikit selama periode tertentu tanpa memberikan
dampak serius terhadap Kesehatan masyarakat atau lingkungan. Air
yang mengalir dengan deras dapat juga dipergunakan untuk
membilas sejumlah kecil obat-obatan atau anti septik cair yang telah
diencerkan denga naik.
6. Pembakaran dalam wadah terbuka
Obat-obatan tidak boleh dihancurkan dengan cara pembakaran
bersuhu rendah dalam wadah terbuka karena polutan beracun dapat
dilepaskan ke udara. Kemasan kertas dan karton jika tidak hendak
didaur ulang dapat dibakar. Plastic polivinil klorida (PVC) tidak boleh
dibakar. Meskipun pembakaran limbah farmasi bukan merupakan
metoda pembuangan yang disarankan, pada kenyataannya hal ini
seringkali dilakukan. Sangat dianjurkan bahwa pembuangan limbah
farmasi dengan car aini hanya untuk jumlah yang sangat sedikit.
7. Insinerasi suhu sedang
Banyak negara yang tidak memiliki insinerator dua ruang bersuhu tinggi
yang dapat menangani komponen halogen lebih dari 1%. Insinerator
tersebut memenuhi standar pengendalian emisi yang ketat seperti yang
diterbitkan oleh Uni Eropa. Namun biasanya hanya pembakaran dan
insinerator bersuhu sedang yang tersedia. Pada keadaan darurat pihak
berwenang dapat mempertimbangkan pengunaan insinerator dua ruang
yang bekerja pada suhu minimal 850℃ dengan waktu retensi
pembakaran sedikitnya dua detik pada ruang kedua untuk mengelola
obat-obatan dalam bentuk padat.
Banyak insinerator pengelolaan limbah kota yang lebih lama merupakan
insinerator suhu sedang dan penggunaan fasilitas tersebut disarankan
sebagai langkah sementara, daripada menggunakan pilihan yang kurang
aman seperti pembuangan ke tempat pembuangan yang tidak memadai.
Pada keadaan ini disarankan bahwa limbah farmasi dicampur dengan
limbah rumah tangga dalam jumlah yang besar (sekitar 1:1000). Insinerator
tersebut tidak dirancang untuk membakar komponen halogen secara
aman. Sebagian besar obat-obatan mengandung halogen dalam
konsentrasi yang sangat rendah sehingga kandungan halogen yang
terdapat dalam gas hasil pembakaran dapat diabaikan.
8. Insinerasi suhu tinggi
Industry-insdustri yang mempergunakan teknologi dengan suhu tinggi seperti tempat
pembakaran semen, stasiun tenaga panas bumi yang bebahan bakar batu bara atau
tempat pengecoran biasanya memiliki tempat pembakaran yang bekerja pada suhu
yang jauh lebih tinggi dari 850℃, memiliki waktu retensi pembakaran yang lebih
lama dan mengeluarkan gas buangan melalui cerobong yang tinggi. Pembakaran
semen merupakan yang paling memadai untuk pembuangan obat-obatan
kadaluarsa, limbah kimia, minyak bekas, ban karet, dan lain-lain. Beberapa
karakteristik pembakaran semen menjadikannya cocok untuk pembuangan obat-
obatan. Selama proses pembakaran, bahan baku semen mencapai suhu 1450℃
sementara gas pembakaran mencapai suhu 2000℃.
Pada suhu setinggi ini waktu tinggal gas hanya beberapa detik. Pada keadaan ini
semua komponen organic limbah akan hancur secara efektif. Beberapa hasil
pembakaran yang beracun atau berbahaya terserap oleh produk kerak semen atau
dikeluarkan oleh pertukaran panas. Obat-obatan harus dimasukkan kedalam
tungku dengan penambahan bahan bakar dalam jumlah kecil secukupnya.
Terdapat aturan sederhana bahwa bahan bakar yang dimasukkan dalam tungku
untuk setiap pembakaran bahan farmasi tidak melebihi 5%. Pembakaran semen
biasanya menghasilkan 1500 hingga 8000 ton semen perhari, karena itu sangat
banyak obat-obatan yang dapat disingkirkan dalam waktu singkat. Untuk
menghindari penyumbatan mekanisme penyaluran bahan bakar, sebaiknya
kemasan dibuka dan atau dilakukan penggilingan obat-obatan terlebih dahulu.
9. Dekomposisi kimiawi
Jika tidak terdapat insinerator yang memadai, dekomposisi kimiawi
sesuai rekomendasi produsen dapat dipergunakan dan diikuti oleh
penimbunan. Metode ini tidak disarankan bila tidak terdapat ahli kimia.
Inaktivasi kimiawi berat dan lama, dan persediaan bahan kimia yang
diperlukan untuk pengolahan harus tersedia sepanjang waktu. Metode ini
mungkin praktis untuk menyingkirkan sejumlah kecil obat-obatan anti
keganasan. Namun untuk jumlah yang besar, contohnya lebih dari 50 kg
obat-obatan anti keganasan, dekomposisi kimiawi tidak praktis karena
jumlah yang kecil saja memerlukan perlakuan berulang.
9. Dekomposisi kimiawi
Jika tidak terdapat insinerator yang memadai, dekomposisi kimiawi
sesuai rekomendasi produsen dapat dipergunakan dan diikuti oleh
penimbunan. Metode ini tidak disarankan bila tidak terdapat ahli kimia.
Inaktivasi kimiawi berat dan lama, dan persediaan bahan kimia yang
diperlukan untuk pengolahan harus tersedia sepanjang waktu. Metode ini
mungkin praktis untuk menyingkirkan sejumlah kecil obat-obatan anti
keganasan. Namun untuk jumlah yang besar, contohnya lebih dari 50 kg
obat-obatan anti keganasan, dekomposisi kimiawi tidak praktis karena
jumlah yang kecil saja memerlukan perlakuan berulang.
VIDEO CARA PENGOLAHAN OBAT KADALUARSA
VIDEO CARA PENGOLAHAN OBAT KADALUARSA
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan tersebut dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
● Kondisi yang mempercepat kadaluarsa obat yaitu kelembaban, suhu dan
cahaya.
● Tanda-tanda obat kadaluarsa yaitu berubah warna, bentuk, rasa, Ph, kelarutan,
viskosistas, konsistensinya dan mengalami kebocoran jika pada sediaan gas.
● Penanganan Limbah Obat Kadaluarsa ada 9 cara yaitu pengembalian pada
penyumbang atau produsen, penimbunana, imobilitas limbah dengan metode
enkapulasi, imobilitas limbah dengan metode inersiasi, pembuangan melalui
saluran pembuangan air, pembakaran dalam wadah terbuka, insinerasi suhu
sedang, insinerasi suhu tinggi dan dekomposisi kimiawi.
DAFTAR REFERNSI
Lukman. 2006. Penyimxpanan Obat-obat. Jakarta: Rineka.
Syamsuni. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: ECG.
Permenkes No. 73 tahun 2016. Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
di Apotek.
ICH. (2002). Bracketing and matrixing designs for stability testing of new
drug substances and products. In International Conference on
Harmonization.
Yeti, Y. dan Ilyas, Y. 2018. Pengelolaan Obat Kadaluarsa dalam Upaya
Pengendalian Pencemaran Lingkungan di Puskesmas Wilayah
Kerja Kota Serang. Hygiene, 4(3), 138-142.
Kareri, Dorkas Rambu. 2018. Pelaporan Obat Rusak dan Kadaluarsa di
Seksi Kefarmasian Dinas Kesehatan Kabupaten Sumba Timur.
Program Studi Farmasi. Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang.
DAFTAR REFERNSI

Ningrum, Fitriani, A, S. 2013. Evaluasi Pengelolaan Limbah Farmasi


di RSUD Sleman Periode 2006-2012. Fakultas Farmasi.
Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
Nuraini, Wulan Febriyanti. 2013. Analisa Pengelolaan Obat
Kadaluarsa di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Sukoharjo
Tahun 2011. Diploma III Farmasi. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Sebelas Maret Semarang.
THANKS

Anda mungkin juga menyukai