Anda di halaman 1dari 59

PENGANTAR HUKUM BISNIS

RINITAMI NJATRIJANI, SH, M.HUM.


A. Pengertian Hukum Bisnis
Istilah hukum bisnis sebagai terjemahan dari istilah
“ business law” sangat banyak dipakai baik di
kalangan akademis maupun praktisi. Istilah-istilah
lain terhadap hukum bisnis sbb :
1. Hukum Dagang
2. Hukum Perniagaan
3. Hukum Ekonomi
Istilah hukum dagang dan hukum perniagaan mrp
istilah yang cakupannya sangat tradisional dan
sempit.
Pada prinsipnya kedua istilah itu hanya melingkupi
topik-topik yang terdapat dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang saja. Sementara itu pada
hukum bisnis banyak topik-topik yang sudah tidak
diatur lagi dalam KUHD, misalnya tentang PT,
kontrak bisnis, pasar modal, merger dan akuisisi,
perkreditan, hak kekayaan intelektual, perpajakan,
bisnis internasional dll.
Hukum Ekonomi cakupannya sangat luas,
berhubung adanya pengertian ekonomi dalam arti
makro dan mikro, ekonomi pembangunan dan
ekonomi sosial, ekonomi manajemen dan akuntansi
yang kesemuanya tersebut dicakup oleh “ hukum
ekonomi”. Oleh karena itu istilah yang ideal adalah
“hukum bisnis”.
Apa yang dimaksud dengan “hukum bisnis”itu?
Sebagaimana diketahui istilah hukum bisnis, terdiri
dari dua(2) kata yaitu “hukum” dan “bisnis”. Banyak
sudah definisi yang diberikan pada kata “hukum”,
meskipun demikian tidak ada satu definisipun yang
dapat dikatakan lengkap dan
menggambarkan apa arti hukum secara lengkap.
G.NIEMEYER dalam bukunya “LAW WITHOUT
FORCE”, mengatakan bahwa :
“Hukum itu tidak menyangkut kehidupan pribadi
seseorang, akan tetapi menyangkut dan mengatur
berbagai kegiatan (activity) manusia dalam hubungan
dengan manusia-manusia lainnya, atau dengan
perkataan lain, hukum mengatur berbagai kegiatan
manusia itu di dalam hidup kemasyarakatan”. Jadi
hukum itu harus berguna bagi manusia.
A.1. Norma dan Sanksi

Suatu peraturan hukum terdiri dari dua bagian yaitu


norma dan sanksi.
Norma adalah petunjuk hidup yang mengikat
seorang dalam ia berhubungan dengan orang lain
atau dalam ia berhubungan dengan pemerintah dari
masyarakat ybs, maka dikatakan norma itu adalah
normatif, artinya mengikat /memaksa seseorang.
Norma tersebut adalah : norma hukum dan norma
sosial lainnya, seperti : norma agama, norma
kesusilaan dan norma kesopanan.
Perbedaannya terletak pada sanksi atau ancaman
hukumannya. Pelanggaran terhadap norma agama
sanksinya dari Tuhan yaitu masuk neraka, pelanggaran
terhadap norma kesusilaan datangnya dari masyarakat,
berupa celaan, seperti manusia a susila atau manusia a
sosial dan pelanggaran norma kesopanan datangnya dari
masyarakat, berupa celaan juga seperti manusia yang
tidak sopan. Sedangkan pelanggaran terhadap norma
hukum datangnya dari pemerintah masyarakat ybs,
seperti : ganti rugi (sanksi dari hukum perdata),
hukuman penjara, hukuman mati dalam hukum pidana.
Oleh karena itu pada hakekatnya sanksi adalah alat
untuk melindungi norma, artinya alat yang
memberikan jaminan agar norma-norma sosial itu
ditaati oleh anggota-anggota masyarakatnya.
Sedangkan istilah “bisnis” yang dimaksudkan adalah
suatu urusan atau kegiatan dagang, industri atau
keuangan yang dihubungkan dengan produksi atau
pertukaran barang atau jasa, dengan menempatkan
uang dari para enterpreuneur dalam risiko tertentu
dengan usaha tertentu dengan motif untuk
mendapatkan keuntungan.(Friedman,Jack P.1987:66).
Dengan demikian yang dimaksud dengan hukum
bisnis adalah suatu perangkat kaidah hukum
(termasuk law enforcementnya) yang mengatur
tentang tata cara pelaksanaan urusan atau kegiatan
dagang, industri atau keuangan yang dihubungkan
dengan produksi atau pertukaran barang dan atau
jasa dengan menempatkan uang dari para
enterpreuner dalam risiko tertentu dengan usaha
tertentu dengan motif untuk mendapatkan
keuntungan tertentu.
Adapun yang merupakan ruang lingkup dari hukum
bisnis antara lain sebagai berikut :
Kontrak bisnis, jual beli, bentuk-bentuk perusahaan,
perusahaan go public dan pasar modal, penanaman
modal asing, kepailitan dan likuidasi, perkreditan dan
pembiayaan, jaminan hutang, surat berharga,
perburuhan, hak kekayaan intelektual, anti monopoli,
perlindungan konsumen, keagenan dan distribusi,
asuransi, perpajakan, penyelesaian sengketa bisnis,
bisnis internasional, hukum pengangkutan (darat, laut
udara dan multi moda).
A.2.Kodifikasi Hukum

Hukum mengikuti gerak dinamika masyarakat,


masyarakat berkembang karena timbulnya berbagai
kebudayaan sebagai akibat pengaruh kebudayaan
asing dan teknologi baru. Oleh karena itu dalam
lapangan hukum, masyarakat juga membutuhkan
sistem hukum yang dapat memberikan kepastian
hukum, agar setiap orang dapat mengenal peraturan
hukumnya yang mengatur suatu peristiwa konkrit
tertentu. Misalnya : peristiwa jual beli diatur melalui
Pasal 1457 KUHPerdata, peristiwa pencurian diatur
dalam hukum pidana yang pengaturannya tercantum
dalam Pasal 362 KUHP dst.
Suatu sistem hukum yang dapat memberikan
kepastian hukum adalah “hukum tertulis”, baik
berupa Undang-Undang, Peraturan-peraturan tertulis
lainnya yang dibuat oleh negara. Membukukan atau
mengkitabkan peraturan hukum yang sejenis secara
sistematis dan lengkap ke dalam suatu kitab undang-
undang disebut melakukan “kodifikasi” hukum, dan di
Indonesia terdapat tiga(3) jenis kodifikasi yaitu KUHP,
KUHPerdata dan KUHD.
Jadi tujuan utama dari kodifikasi hukum adalah
untuk memperoleh kepastian hukum di samping
untuk kesatuan dan keseragaman hukum.
A.3. Pengertian Hukum

Meliputi aturan tertulis dan tidak tertulis yang


berlaku dalam masyarakat dalam penyelenggaraan
segenap dimensi kehidupan bermayarakat,
berbangsa dan bernegara.
Bersifat mengikat bagi semua penduduk.
Ada jaminan kepastian hukum, ketertiban hukum
dan perlindungan hukum.
Bersifat konsentris (Adanya pemerintah pusat yang
mengatur)
Bersifat konvergen (terbuka terhadap perubahan
dan perkembangan) dan bersifat tertulis supaya
lebih menjamin kepastian hukum.
Hukum Tidak Tertulis
Contohnya :
Hukum Adat, Norma Masyarakat, Norma Susila,
Norma Agama, Kebiasaan dalam masyarakat, baik
kebiasaan di tingkat nasional maupun internasional
(International Custom and Usage).
ASAS PERUNDANG-UNDANGAN

Tidak berlaku surut


Tidak boleh diganggu gugat
Apabila dibuat penguasa yang lebih tinggi, maka
kedudukannya juga lebih tinggi
LEX POSTERIORE DEROGAT LEX PRIORI
( Hukum yang terbit kemudian mengenyampingkan
hukum yang terbit sebelumnya)
LEX SPESIALIS DEROGAT LEX GENERALIS
( Hukum yang khusus mengenyampingkan hukum
yang umum)
IUS CONSTITUTUM
(Hukum yang berlaku bagi suatu masyarakat
tertentu dalam daerah tertentu).
IUS CONSTITUENDUM
( Hukum yang diharapkan berlaku pada waktu yang
akan datang)
Contoh Hukum Tertulis di Indonesia
1. Pancasila
2. Undang-Undang Dasar Negara RI 1945
3. TAP MPR RI
4. Undang-Undang
5. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
6. Peraturan Pemerintah
7. Keputusan Presiden
8.Peraturan Menteri
9. Surat Edaran
10.Peraturan Daerah
11.Konvensi
12. Traktat Internasional
UNDANG-UNDANG TIDAK BERLAKU

Dikatakan Undang-Undang tidak berlaku apabila :


1. Jangka waktu habis
2. Keadaan berakhir
3. Dicabut oleh instansi pembuat Undang-Undang.
4. Ada Undang-Undang baru yang isinya
bertentangan.
HUKUM PERDATA

Berasal dari CORPUS IURIS JUSTINIANUS


( ROMAWI)
HUKUM PRIVAT PERANCIS ( CODE CIVIL &
CODE DE COMMERCE )
HUKUM PRIVAT BELANDA
( BURGERLIJK WETBOEK/ B W) DAN
( WETBOEK VAN KOOPHANDEL/ WVK).
BURGERLIJK WETBOEK
KITAB UNDANG UNDANG HUKUM PERDATA

Terdiri dari 4 buku :


1. Buku Kesatu mengatur tentang Orang ( Van
Personen)
2. Buku Kedua mengatur tentang Benda ( Van
Zaken)
3. Buku Ketiga mengatur tentang Perikatan ( Van
Verbintenissen)
4. Buku Keempat mengatur tentang Pembuktian dan
Daluwarsa ( Van Bewitsen/Verjaring )
BUKU I TENTANG ORANG

SUBYEK HUKUM= SEGALA SESUATU YANG


MEMPUNYAI HAK DAN KEWAJIBAN
SUBYEK HUKU DI SINI ADALAH MANUSIA DAN
BADAN HUKUM
BERLAKU SEJAK MANUSI A LAHIR - MATI
PERKAWINAN DAN HAK KEWAJIBAN SUAMI
ISTRI
KEKAYAAN PERKAWINAN
KEKUASAAN ORANG TUA
PERWALIAN DAN PENGAMPUAN
PERWALIAN

Undang-Undang mengambil umur sebagai ukuran


untuk orang-orang yang belum dewasa ialah mereka
yang belum berumur genap 21 tahun.
Pasal 330 BW menetapkan :
“ Belum dewasa adalah mereka yang belum
mencapai umur genap dua puluh satu tahun
dan tidak lebih dahulu kawin”
PERWALIAN ( VOOGDIJ)

Berlaku terhadap :
l. Anak yatim piatu/ anak belum dewasa tidak dalam
kekuasaan orang tua, perlu bimbingan dan
pemeliharaan serta ditetapkan oleh hakim.
2. Perwalian dapat ditetapkan menurut Undang-
Undang, bahkan bisa secara wasiat.
PENGAMPUAN

Orang dewasa yang tidak mampu melakukan


tindakan hukum , disebabkan oleh sakit
ingatan,keadaan dungu, pemboros dan tidak
sanggup mengurus kepentingan sendiri.
Orang-orang seperti ini perlu dimintakan
pengampuan dari keluarga suami istrinya, keluarga
sedarah dan dapat pula dimintakan pengampuan
oleh Kejaksaan
Pengampu = Kurator.
PERIKATAN SEBAGAI DASAR HUKUM BISNIS

A. Pengertian Kontrak


Dalam hukum bisnis kontrak sangat banyak
dipergunakan orang, bahkan hampir semua kegiatan
bisnis diawali adanya kontrak, meskipun dalam
tampilan yang sangat sederhana. Dalam tampilan
yang klasik, istilah kontrak ini sering disebut dengan
istilah perjanjian sebagai terjemahan “agreement”,
dan ada pula yang memadankan istilah itu dengan
“transakasi”, yang merupakan terjemahan dari
“transaction”.
Pengertian/Difinisi Kontrak :
Adalah kesepakatan yang diperjanjikan diantara dua(2)
orang atau lebih yang dapat menimbulkan hak dan
kewajiban diantara masing-masing pihak, sehingga timbul
hubungan hukum yang disebut perikatan (verbentenis).
Perjanjian secara otentik diatur dalam Ps 1313 KUHPer :
Suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya pada satu orang atau lebih lainnya.
B.SYARAT SAHNYA KONTRAK
Menurut Pasal 1320 KUHPer/BW, kontrak dikatakan sah
apabila dipenuhi syarat-syarat sbb :
1. Syarat Subyektif, apabila syarat ini dilanggar,
maka kontrak dapat dibatalkan, meliputi :
a. Kesepakatan mereka yang mengikatkan diri,
b. Kecakapan dalam membuat kontrak (dewasa dan
tidak sakit ingatan ),
2. Syarat Obyektif, syarat ini apabila dilanggar,
maka kontraknya batal demi hukum, meliputi:
c. Suatu hal (obyek) tertentu,
d. Sesuatu sebab ( kausa) yang halal
Akibat hukum tidak terpenuhinya
syarat a dan b perjanjian dapat
dibatalkan, sedangkan tidak
terpenuhinya syarat c dan d perjanjian
batal demi hukum.
C. ASAS-ASAS UTAMA DALAM PERJANJIAN
( KONTRAK ), dikenal ASAS KEBEBASAN
BERKONTRAK
Menurut Pasal 1338 KUHPer, menyatakan bahwa semua
perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Dari
bunyi pasal tersebut terkandung asas :
1. ASAS KONTRAK SEBAGAI HUKUM YANG
MENGATUR
Hukum yang mengatur ( aanvullen recht, optional law)
yaitu peraturan-peraturan hukum yang berlaku bagi
subyek hukum, misalnya para pihak dalam suatu kontrak.
Akan tetapi ketentuan itu tidak mutlak berlakunya,
karena jika para pihak mengatur sebaliknya/ sendiri,
maka yang berlaku adalah apa yang diatur oleh para
pihak yang bersangkutan. Jadi peraturan yang bersifat
hukum mengatur dapat disimpangi oleh para pihak itu
sendiri. Pada prinsipnya hukum kontrak termasuk ke
dalam kategori hukum yang mengatur. Oleh karena itu
hukum kontrak ini disebut sebagai hukum yang
mempunyai sistem terbuka (open system).
2. ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK
( FREEDOM OF CONTRACT)
Adalah suatu asas yang mengajarkan bahwa para
pihak dalam suatu kontrak bebas untuk
membuat/tidak membuat kontrak, demikian pula
bebas pula untuk mengatur sendiri isi kontraknya.
Asas kebebasan berkontrak ini dibatasi oleh rambu-
rambu hukum sesuai Pasal 1337 BWsebagai berikut :
1. Harus memenuhi syarat sebagai suatu kontrak.
2. Tidak dilarang oleh Undang-Undang.
3. Tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan kebiasaan
yang berlaku/kesusilaan.
4. Harus dilaksanakan dengan iktikad baik.

C. ASAS PACTA SUNT SERVANDA


Asas ini artinya bahwa ‘JANJI ITU MENGIKAT’, atau istilah
terkenalnya ‘ MY WORD IS MY BOND’.
Mengikatnya secara penuh atas kontrak yang dibuat oleh para
pihak tersebut oleh hukum kekuatannya dianggap sama dengan
undang-undang. Apabila suatu pihak dalam kontrak tidak
menuruti kontrak yang telah dibuatnya, oleh hukum disediakan
ganti rugi, atau bahkan pelaksanaan kontrak secara paksa.
D. Di samping itu ada beberapa asas yang lain dalam
standar kontrak :
A. Asas Kepercayaan
B. Asas Persamaan hak
C. Asas Keseimbangan
D. Asas Moral
E. Asas Kepatutan
F. Asas Kebiasaan
G. Asas Kepastian hukum
Contoh :Anatomi Akta di bawah tangan

1. Awal Akta : Kepala Akta/Judul, Nomor, Pengantar yang


meliputi : ( Tgl dibuat, tempat dibuatnya akta)
2. Komparisi : Identifikasi Penandatangan : sebagai pihak
(nama,pekerjaan, alamat), wakil( kualifikasi, dasar
hukum, kewenangan, identitas yang diwakili).
3. Isi : Premise (penjelasan sebelum masuk isi akta):
 Klausula definisi
 Klausula transakasi
 Klausula spesifik
 Klausula Umum
4. Akhir/penutup : tanggal/tempat, tanda tangan,
meterai, saksi.
SUMBER PERIKATAN

Dalam Pasal 1233 KUHPerdata, kontrak atau


persetujuan dapat lahir karena :
1. Perjanjian/Persetujuan para pihak (kontrak)
2. Undang-Undang, dapat dibagi :
 A. Undang-Undang karena perbuatan manusia:
• A.l. Yang diperbolehkan (ZAAKWARNEMING/Ps 1354 KUHPer).
• A.2. Yang berlawanan dengan hukum, misalnya seorang karyawan
yang membocorkan rahasia perusahaan, perusahaan dapat
menuntut karyawan tersebut karena perbuatan hukum yang
melawan hukum. Untuk itu dapat dilihat Pasal 1365 KUHPerdata.
 B. Undang-Undang saja,mis: Kewajiban alimentasi (Ps 321
KUHPerdata) ,kewajiban anak memberi nafkah pd Orang tuanya.
C. RISIKO,WANPRESTASI DAN KEADAAN
MEMAKSA
C.1. Risiko berarti kewajiban untuk memikul
kerugian, jika ada kejadian di luar kesalahan salah
satu pihak yang menimpa benda yang dimaksudkan
dalam kontrak. Artinya beban untuk memikul
tanggung jawab ada pada salah satu pihak saja.
Alangkah baiknya apabila dalam suatu kontrak
bisnis, risiko ditanggung oleh dua belah pihak.
C.2. Wanprestasi
Menurut Pasal 1234 KUHPer yang dimaksud dengan
prestasi adalah seseorang yang menyerahkan
sesuatu ( berbuat sesuatu), melakukan sesuatu dan
tidak melakukan sesuatu. Sedangkan seorang
debitur dikatakan wanprestasi atau tidak
memenuhi kewajibannya, apabila :
 1. Tidak memenuhi kewajibannya, karena sengaja atau lalai
 2. Terlambat memenuhi kewajibannya
 3.Memenuhi kewajibannya tetapi tidak seperti yang
diperjanjikan.
Terhadap debitur yang tidak memenuhi
kewajibannya itu, kreditur dapat melakukan
tindakan-tindakan diantaranya, memberikan
peringatan (sommatie) yang harus dilakukan secara
tertulis (Pasal 1238KUHPer).
Sommatie tidak perlu dilakukan dalam hal :
 1. Debitur telah mengakui wanprestasinya
 2.Debitur terang-terangan menolak untuk melakukan
prestasi
 3.Debitur melakukan prestasi tetapi dengan cara yang tidak
pantas.
Apakah yang dapat dituntut dari seorang debitur
yang lalai ?
 Seorang kreditur dapat menuntut pada seorang
debitur hal-hal sbb : (Pasal 1266,1267 KUHPer)
A. Minta agar perjanjian dilaksanakan
B. Minta ganti rugi
C. Minta perjanjian dilaksanakan dengan ganti rugi
D. Minta supaya perjanjian dibatalkan dapat disertai
dengan permintaan ganti kerugian.
Akibat dari wanprestasi, dikenakan sanksi
berupa ganti rugi, pembatalan kontrak,
peralihan risiko, maupun biaya perkara.
Sebagai contoh : Seorang debitur dituduh melakukan
perbuatan melawan hukum, lalai atau secara sengaja
tidak melaksanakan sesuai bunyi yang telah
disepakati dalam kontrak, jika terbukti, maka debitor
harus mengganti kerugian ( termasuk ganti rugi +
bunga + biaya perkaranya). Meskipun demikian,
debitur masih dapat membela diri, dengan alasan:
A. Keadaan memaksa (Overmacht/force majeur
Untuk dapat dikatakan suatu “keadaan memaksa”,
apabila keadaan itu : di luar kekuasaannya, memaksa
atau tidak dapat diketahui sebelumnya.
B. Kelalaian kreditor sendiri
C. Kreditur telah melepaskan haknya untuk menuntut
ganti rugi.
Untuk hal yang demikian debitur tidak harus mengganti
kerugian. Oleh karena itu dalam setiap kontrak bisnis
yang kita buat dapat dicantumkan juga mengenai risiko,
wanprestasi dan keadaan memaksa ini.
HUKUM BENDA

Kaidah hukum yang mengatur hubungan hukum


antara subyek hukum dengan benda dan hak
kebendaan.
Benda adalah segala sesuatu yang dapat menjadi
obyek hukum.
Hak kebendaan = kewenangan untuk menguasai
benda, macamnya hak menikmati (hak milik, hak
guna bangunan, hak pakai) dan hak jaminan (untuk
kreditor = hak didahulukan pelunasan hutangnya)
PENGATURAN HUKUM BENDA

Buku II KUHPerdata, Pasal 499 – 1232 KUHPer, 21


bab.
Ada beberapa bab yang tidak dipergunakan karena
sudah ada UU, contoh: hak atas tanah (UU no 5/
1960 tentang UUPA), hipotek (UU no 4/ 1996
tentang Hak Tanggungan).
Hukum benda penting dalam membahas masalah
hak milik (eigendom), hak menguasai (bezit),
penyerahan (levering) dan jaminan.
DEFINISI BENDA

Pengertian benda dalam arti sempit : segala


barang yang dapat dilihat/ berwujud.
Pengertian benda dalam arti luas segala
sesuatu yang dapat dimiliki seseorang baik yang
berupa kekayaan, hak dan penghasilan.
Sebagai obyek hukum (lawannya subyek hukum).
Difinisi benda menurut Pasal 499
KUHPerdata , kebendaan adalah tiap-tiap barang
dan tiap-tiap hak yang dapat dikuasai oleh hak milik.
PEMBAGIAN BENDA

BENDA BERTUBUH
BENDA TIDAK BERTUBUH
BENDA BERGERAK
BENDA TIDAK BERGERAK
PEMBAGIAN BENDA MENURUT Undang-
Undang : (benda yang dapat diganti dan yang tidak
dapat diganti; benda yang dapat diperdagangkan
dan yang tidak dapat diperdagangkan; benda yang
dapat dibagi dan yang tidak dibagi).
BENDA TIDAK BERGERAK

Berdasarkan sifatnya (Ps 506KUHPer), benda tidak


bergerak adalah tanah dan semua hal yang
berhubungan erat dan melekat padanya termasuk
tanaman, pohon.
Berdasarkan tujuannya (Ps 507 KUHPer) karena
pemakaiannya melekat pada tanah/ bangunan untuk
waktu agak lama, contoh: mesin pabrik, rumah dan
isinya (cermin, lukisan).
BENDA TIDAK BERGERAK

Menurut ketentuan undang-undang (Ps 508 KUHPer):


Bd tidak bergerak adalah segala hak/ penagihan mengenai suatu
benda tidak bergerak.
Hak pakai hasil
Hak pengabdian tanah pekarangan
Hak numpang karang
Hak usaha (erfpacht)
Bunga tanah
Bunga sepersepuluh
Pajak pasar
Gugatan untuk menuntut pengembalian/ penyerahan benda tak
bergerak.
BENDA BERGERAK

Berdasar sifatnya (benda yang dapat berpindah/


dipindahkan, contoh : perkakas rumah, mebel, alat
telekomunikasi, mobil/motor)
Berdasarkan ketentuan Undang-Undang, contohnya:
 Hak pakai hasil dan hak pakai kebendaan bergerak
 Hak atas bunga yang diperjanjikan
 Perikatan dan tuntutan mengenai jumlah uang
 Saham /Sero/ andil dalam PT, obligasi
 Andil dalam perutangan atas beban negara Indonesia
 HKI
HAK KEBENDAAN

Hak untuk menguasai suatu benda


Macamnya hak jaminan dan hak menikmati
Ciri-ciri:
 Zaaksgevolg/ droit de suit = hak yang mengikuti hak
kebendaan terus mngikuti dimanapun benda itu berada.
 Droit de preference, hak pelunasan lebih dulu untuk benda
tersebut.
 Zakelijke actie : hak menggugat bila ada gangguan atas hak
tersebut.
HAK MILIK = EIGENDOM

Hak untuk menikmati kegunaan suatu kebendaan dengan


leluasa, untuk berbuat bebas terhadap kebendaan tersebut
dengan kedaulatan sepenuhnya asal tidak bertentangan dengan
UU, ketertiban umum, dan tidak mengganggu hak orang lain ( Ps
570 KUHPerdata).
Hak milik adalah hak yang paling sempurna atas suatu benda,
artinya bahwa pemilik mempunyai hak untuk berbuat bebas atas
bendanya itu . Cara memperoleh hak milik ( Pasal 584 KUHPer) :
pemilikan, perlekatan, pewarisan, penyerahan, daluwarsa.
Hapusnya: berpindah dengan cara : musnah, pemilik
melepaskan benda/ binatangnya sehingga menjadi liar dan
lepas dari pemilik.
HAK MENGUASAI = bezit

Kedudukan menguasai/ menikmati suatu barang yang ada


dalam kekuasaan seseorang secara pribadi atau
perantaraan orang lain, seakan-akan barang itu miliknya.
Seakan-akan ini terkandung maksud bahwa barang ada di
tangan bezitter merupakan milik, tetapi secara yuridis
belum tentu sebagai pemilik.
Unsur:
 Bezitter
 Obyek hukum
 Penguasaan materiil
 Perlindungan untuk bezitter
 Tidak persoalkan obyek milik siapa.
MACAM BEZITTER

A.Bezitter beritikad baik, mempunyai hak:


 1. Dianggap sebagai pemilik sampai ada keputusan hakim
 2. Mendapat hak milik karena daluwarsa.
 3. Menikmati hasil dari benda yang dikuasainya.
 4. Berhak mempertahankan benda apabila ada gangguan/
memulihkan kembali kedudukannya.
Cara memperoleh Bezit (penguasaan) :
 1. Secara asli atau originair, yaitu dengan jalan pengambilan.
 2. Secara pengoperan atau Traditio , yaitu dengan bantuan
seseorang yang sudah menguasainya lebih dahulu.
B. BEZIT BERIKTIKAD BURUK :
 Dianggap sebagai pemilik sementara
 Menikmati segala hasil dari benda yang dikuasai

 Berhak mempertahankan barang apabila ada gangguan dari


pihak lain
Hanya bersifat sementara s/d ada keputusan hakim.
Berakhirnya Bezit

Atas kehendaknya sendiri


Tanpa kehendak sendiri:
 Tanah diambil/ditarik pihak lain
 Tanah tenggelam karena banjir
 Benda diambil/dicuri
 Benda dihilangkan/tidak diketahui rimbanya
 Telah dikuasai orang lain untuk 1 tahun tanpa gangguan
Levering/Penyerahan

Macam Penyerahan (Levering):


 1. Penyerahan nyata ( feitelijke levering),
 2. Penyerahan yuridis ( yuridisch levering ).
Cara penyerahan benda bergerak, dengan :
penyerahan simbolik, penyerahan nyata,
penyerahan kunci, mengulungkan
Cara penyerahan benda tidak bergerak, dengan : akta
penyerahan = akta otentik dan atau akta di bawah
tangan, di hadapan pejabat yang berwenang.
(PPAT/Notaris).
Cara penyerahan piutang atas nama dengan cessie
Hak Jaminan

Benda bergerak dengan gadai atau dengan FEO


(fiducia eigendom overdracht) lembaga jaminan
berdasarkan kepercayaan, dimana barang jaminan
benda bergerak masih dikuasai, digunakan,
dimanfaatkan pemiliknya
Benda tidak bergerak dengan hipotek /
creditverband, hak tanggungan.
HANDELZAAK

URUSAN PERUSAHAAN/ ASET PERUSAHAAN

2. BENDA BERGERAK
1. BENDA TETAP a. Berwujud
a. Berwujud: Mesin-mesin, Mobil, Alat
Tanah, Kapal terdaftar, Telkom 3. YG TDK BERUPA BENDA
Gedung Langganan, Rahasia
b. TIDAK Berwujud Perusahaan, Relasi
b. TIDAK berwujud Piutang, Gadai, Nama
Hipotek Perusahaan, Merk, Patent,
Good Will

 ASET PERUSAHAAN:
dapat dijual secara “EN BLOC” tetapi tidak dapat diserahkan secara
“EN BLOC”.

Anda mungkin juga menyukai