Anda di halaman 1dari 38

Gagal Ginjal

Kronis
Disusun Oleh :
Muhammad Maksum J510215011
Zainurrahmah Aniskurlillah J510215103
Ayu Gita Rahmawati S J510215092
Mahadevi Cinantyan Wibowo J510215040
Meta Sfila Pramadena J510215115
Didit Kuswanto J510215055

Pembimbing:
dr. Ananto Sp PD

Fak. Kedokteran
Universitas Muhamdiyah Surakarta
2021
ANATOMI
2
3
Anatomi

4
DEFINISI
Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis
dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan
fungsi ginjal yang progresif, dan pada umunya berakhir dengan
gagal ginjal.

Gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan


penurunan fungsi ginjal yang ireversibel, pada suatu derajat
yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa
dialisis atau transplantasi ginjal.

5
Klasifikasi
Klasifikasi atas dasar derajat penyakit
Derajat Penjelasan LFG (ml/mnt/1.73m2)
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau meningkat >90

2 Kerusakan ginjal dengan penurunan LFG ringan 60-89

3 Kerusakan ginjal dengan penurunan LFG sedang 30-59

4 Kerusakan ginjal dengan penurunan LFG berat 15-29

5 Gagal ginjal <15 atau dialisis

6

ETIOLOGI
Penyebab penyakit gagal ginjal kronik menurut PERNEFRI
7 pada tahun 2012 :
Penyebab insiden
Penyakit ginjal hipertensi 35%
Nefropati diabetika 26%
Glomerulopati primer 12%
Nefropati obstruksi 8%
Pielonefritis kronik 7%
Nefropati asam urat 2%
Nefropati lupus/SLE 1%
Ginjal polikistik 1%
Tidak diketahui 2%
Lain - lain 6%
EPIDEMIOLOGI
8 Berdasarkan estimasi World Health Organization (WHO),
secara global lebih dari 500 juta orang mengalami penyakit
gagal ginjal kronik. Sekitar 1.5 juta orang harus menjalani cuci
darah dalam hidupnya. Di Indonesia, berdasarkan Pusat Data
dan Informasi Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia,
jumlah pasien gagal ginjal kronik diperkirakan sekitar 50
orang per satu juta penduduk, 60% nya adalah usia dewasa dan
usia lanjut
FAKTOR RESIKO
Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan penyakit gagal ginjal kronik seperti
9 ▹ hipertensi,
▹ diabetes melitus,
▹ pertambahan usia,
▹ ada riwayat keluarga penyakit gagal ginjal kronik,
▹ obesitas,
▹ penyakit kardiovaskular,
▹ berat lahir rendah,
▹ penyakit autoimun seperti lupus eritematosus sistemik,
▹ keracunan obat,
▹ infeksi sistemik,
▹ infeksi saluran kemih,
▹ batu saluran kemih
▹ dan penyakit ginjal bawaan (Tjekyan, 2014).
10

PATOFISIOLOGI
11

PATOFISIOLOGI
12

PATOFISIOLOGI
13
Manifestasi Klinis
1. Gangguan keseimbangan cairan : hipertensi, edema perifer,
asites
2. Gangguan elektrolit dan asam basa : hiperkalemia, asidosis
metabolic (nafas kusmaul), hiperfosfatemia
3. Gangguan gastrointestinal dan nutrisi : mual, muntah, gastritis,
ulkus peptikum, malnutrisi
4. Kelainan kulit : pigmentasi kulit, kering
5. Gangguan hematologi : anemia
6. Gangguan neuromuscular : kelemahan otot, ensefalopati
uremikum
7. Gangguan metabolic endokrin : dislipidemia, gangguan
metabolism glukosa, gangguan hormon seks

Total success!
Diagnosis gagal ginjal kronik
14 1. Penurunan GFR minimal 3 sampai 6 bulan
2. Azotemia lebih dari 3 bulan
3. Adanya gejala uremia
4. Gejala dan tanda renal osteodystrophy
5. Ginjal mengecil bilateral
Pemeriksaan penunjang
15 Gambaran Laboratoris
▹ Pemeriksaan darah lengkap : peningkatan kreatinin serum, penurunan kadar
hemoglobin, peningkatan kadar ureum
▹ Pemeriksaan elektrolit : hiperkalemia, hipokalsemia, hiperfosfatemia
▹ Analisis gas darah : asidosis metabolic
▹ Urinalisis dan pemeriksaan albumin urin : proteinuria, hematuria, leukosuria
Pemeriksaan Penunjang
16 Gambaran Radiologis
▹ USG ginjal : ukuran ginjal mengecil, korteks yang menipis,
adanya batu ginjal, kista, massa
▹ Foto polos abdomen : tampak batu radio-opak
TATALAKSANA NON FARMAKOLOGI
Makan dengan baik Ketika menderita penyakit ginjal sangat penting
untuk membuat tubuh tetap sehat dan sekuat mungkin.
sisa metabolism makanan banyak berada didalam darah karena tidak
mampu dibuang oleh ginjal.
perubahan diet disesuaikan dengan kondisi keparahan ginjal pasien
NUTRISI pada PGK dengan HEMODIALISA
Adalah BAGIAN dari MANAGEMEN OPTIMAL

PENY GINJAL KRONIS


Gangguan metabolime TERAPI NUTRISI
Katabolisme tinggi
Akumulasi toksin
Jumlah cairan terbatas

Memberikan nutrisi cukup


MALNUTRISI Mencegah malnutrisi
Nitrogen balance

• Anemia refrakter
• Penyakit kardiovaskuler
• Penurunan sistem imun KOMPLIKASI KARDIOVASKULER ↓
• Peningkatan sitokin inflamasi
• Resiko kematian meningkat
Evalusi
Evalusi status
status nutrisi
nutrisi

NORMAL
NORMAL Malnutrisi
Malnutrisi Pasien
Pasien
berisiko
berisiko

Perbaiki
Perbaiki faktor
faktor yang
yang bisa
bisa Perbaiki
Perbaiki faktor
faktor yang
yang bisa
bisa
Evaluasi
Evaluasi ulang
ulang 66 dikoreksi
dikoreksi dikoreksi,
dikoreksi, evaluasi
evaluasi ulang
ulang 33
bulan
bulan bln lagi
bln lagi

TIDAK
TIDAK RESPON
RESPON MEMBAIK
MEMBAIK
Makanan
Makanan tambahan
tambahan Evaluasi
Evaluasi ulang
ulang
secara
secara oral
oral 33 bulan
bulan

TIDAK
TIDAK RESPON
RESPON MEMBAIK
MEMBAIK
Makanan
Makanan tambahan
tambahan Evaluasi
Evaluasi ulang
ulang
enteral
enteral atau
atau parenteral
parenteral 33 bulan
bulan
saat
saat HD
HD (IDPN)
(IDPN)
INTRADIALYTIC
V I TAM I N S PARENTERAL NUTRITION

Vitamin (tambahan) INDIKASI :


Vitamin A tak perlu
- Px HD adekuat dgn malnutirisi
Vitamin B
- Px yg tdk bisa mendapatkan intake scr
Thiamin 1.1 – 1,2 mg peroral
Ribofiavin 1.1 – 1,3 mg
Niacin 14 – 16 mg
KANDUNGAN :
Asam pantotenat 5 mg
• Kalori 30 – 35 kkal / kg BB
Piridoxin 10 mg
• Protein 1,2 – 1,3 gr / kg BB
B12 3 ug
Campuran as amino 8,5 – 15 % as amino
Folic acid 1 mg
esensial & non esensial
Vitamin C 60 mg
• Emulsi lemak 10 – 20 % 1/3 kebutuhan
Vitamin D (Calcitriol)
kalori
Vitamin E 15 IU / atas indikasi
• Cairan & elektrolit dimodifikasi
Vitamin K 7,5 mg/minggu
Multivitamin :
- Hindari semua multivit. Yg mgd vit A
- Hindari vit dosis tinggi terutama vit c
• PROTEIN
• Intake Protein 0,8 g/kgbb/day
• Protein penting untuk memperbaiki jaringan, otot, dan perbaikan luka
• Daging sapi, ayam, ikan, telur, susu, dan produk dairy merupakan contoh dari makanan yang mengandung
protein.
• Makan terlalu banyak atau terlalu sedikit protein tidak baik pada penderita penyakit ginjal
• Takaran protein yang disarankan adalah daging sebesar telapak tangan
GARAM
• Terlalu banyak garam mempengaruhi jumlah
volume cairan tubuh yang dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah
dan bengkak pada tungkai
• Hindari makanan asin dan masak dengan
garam
• Cara untuk menjaga intake garam rendah
• Gunakan garam tidak lebih dari sejumput
garam pada masakan.
Buah dan sayur mengandung potassium yang tinggi, karena penurunan fungsi ginjal
untuk mensekresi kalium menurun, maka kadar kalium dalam darah mulai meningkat,
maka dari itu sayuran dan buah buahan yang mengandung kalium tinggi harus di hindari

MAKANAN RENDAH KALIUM TINGGI KALIUM

BUAH Apel, Berries, pear, plum Semua buah yang dikeringkan,


apricot, alpukat, pisang, daging
kelapa, sitrus, kiwi, manga, melon,
jeruk, nanas

SAYURAN Asparagus, kacang hijau, kol, Brokoli, bayam, sawi, tomat,


Potong, Rebus, dan Keringkan kembang kol, wortel, seledri, jagung,
sayuran letus,

karbohidrat Pasta, nasi, kentang, ketela, roti Pisang hijau, kentang goreng, ketela
gandum ungu
Begitu jugan dengan
fosfat. Kadar
phosphate tinggi • keras dan
kakunya
dapat pembuluh • tulang yang
menyebabkan: darah lemah

• kulit kering • nyeri sendi


dan gatal

RENDAH FOSFAT TINGGI FOSFAT

Putih telur, susu murni Susu yang diperkaya, yogurt, puding

Daging sapi, kambing, ayam, turkey, babi Daging bebek, daging burung, jeroang, hati, ginjal, sosis
Tatalaksana Farmakologi

Obat obatan berfungsi untuk memperbaiki gejala


hipertensi
• Hasil dari Eighth Joint
National Committee (JNC8)
merekomendasikan initial
atau terapi tambahan
dengan ACEis or ARBs untuk
hipertensi pada pasien dg
CKD
Penatalaksanaan anemia pada ckd
Evaluasi anemia Terapi besi Terapi ESA
Kalau defisiensi
besi ada
TIBC <20%
SI <200 pre-HD
SI <100 HD

TARGET HB
11-12K/DOQI
HB <10 (PERNEFRI) Iv/oral
HB <11 EPOa/EPO-B
Target tsat Initial doses 50-100
Transferin Sautrataion >20-50%
(Tsat/TIBC) IU/kgbb
Sf 200-500
Serum Feritin (SF/SI)
Terapi Besi IV pada saturasi Transferin
< 20%
Iron Sucrose atau Iron Dextran
Feritin (ng/ml) Terapi ESA
Dosis Interval Lama evaluasi
< 200 100 mg Tiap HD 1-2 bulan Tunda
200-300 100 mg Tiap 1 minggu 3 bulan Lanjutkan
301-500 100 mg Tiap 2 minggu 3 bulan Lanjutkan
501-800 Tunda 1 bulan Lanjutkan

Terapi Besi IV pada saturasi Transferin 20-50%


Iron Sucrose atau Iron Dextran
Feritin (ng/ml) Terapi ESA
Dosis Interval Lama evaluasi

< 200 100 mg Tiap 2 minggu 3 bulan Lanjutkan

200-300 100 mg Tiap 4 minggu 3 bulan Lanjutkan

301-500 100 mg Tiap 6 minggu 3 bulan Lanjutkan

> 500 Tunda


PENANGANAN HIPERKALEMIA
OBAT-OBATAN
OBAT-OBATAN MEKANISME
MEKANISME KERJA
KERJA

 i.v
i.v calcium
calcium gluconate
gluconate (5
(5 ml
ml of
of 10% Ca Stabilitas
10% Ca Stabilitas sel
sel membran
membran
gluconate
gluconate )) (khususnya
(khususnya jantung)
jantung)

Kegawatan 
 i.v
i.v glucose
glucose (25-50
(25-50 mlml of
of 50%
50% glucose)
glucose)
insulin
insulin (10-20
(10-20 units
units soluble)
soluble) Mengalihkan
Mengalihkan kalium
kalium
dari
dari ekstraseluler
ekstraseluler ke
ke

 sodium bicarbonate (25 to 100 ml of
sodium bicarbonate (25 to 100 ml of intraseluler
intraseluler
8.4%
8.4% NaHCO
NaHCO33)) to
to correct
correct acidosis
acidosis


 diuresis
diuresis with
with saline
saline and
and furosemide
furosemide Meningkatkan
Meningkatkan eksresi
eksresi KK
(i.v
(i.v 40-1000
40-1000 mg
mg frusemide
frusemide followed
followed melalui
melalui urine
urine (pd.
(pd.
Meningkatkan
Meningkatkan by
by NSNS)) Non
Non oliguria)
oliguria)
ekskresi
ekskresi kalium
kalium 
 potassium
potassium exchange
exchange resin
resin Menghambat
Menghambat absorsi
absorsi KK

Ekskresi
Ekskresi KK melalui
melalui

 Dialisis membran
membran HF HF
Batasan respon tidak adekuat terhadap ESA
Apabila dengan dosis 8000-10.000 iu/minggu sc :
- Gagal mencapai target kenaikan Hb 0.5-1.5 g/dl dalam 4 minggu
berturut-turut selama 12 minggu (fase koreksi)
- Gagal mempertahankan Hb dalam rentang target pemeliharaan
Penyebab respon tidak adekuat terhadap ESA
a. Defisiensi besi absolut dan fungsional
b. Kehilangan darah kronik (clotting pada dialiser, perdarahan post dialisis,
pengambilan darah berulang, perdarahan saluran cerna)
c. Malnutrisi
d. Dialisis tidak adekuat
e. Hiperparatiroid sekunder
f. Inflamasi (infeksi-noninfeksi)
g. Kegilangan darah akut (perdarahan intra abdomen, pembedahan)
h. Obat-obatan (ACE Inhibitor, ARB, Renin Inhibitor) dosis tinggi
i. Lain-lain (defisiensi asam folat, vitamin B12, hemoglobinopati, mieloma
multipel, mielofibrosis, hemolisis dan keganasan)
membuang cairan edema / oliguri
Resistant edema atau oliguric Gagal ginjal akut, pembatasan intake garam

Step 1
Dosis konvensional loop diuretic
furosemide 40 mg bolus i.v, bumetanide 2 mg iv

Step 2
Dosis tinggi loop diuretic i.v bolus injection (contoh furosemide 200 mg /6 jam)

Step 3
i.v infus loop diuretic (furosemide 10-40 mg/jam, bumetanide 1-4 mg/jam)

Step 4
High-dose i.v loop diuretic (seperti diatas) dilarutkan pada larutan rendah garam diberikan selama 30
minutes setiap 6 jam or thiazide diuretic yang di ikuti setelah 30 mnt dengan dosis tinggi loop diuretic i.v
bolus seperti diatas

Step 5
Ultrafiltration (dialysis)
Asidosis metabolik
• Penatalaksanaan
1. Bicarbonat tablet 2 x 600 mg
2. Bicarbonat iv :
(HCO3
(HCO3 target
target –– HCO3
HCO3 terukur)
terukur) xx BB
BB (kg)
(kg) xx 0,6
0,6
INDIKASI DIALISIS PADA KEGAWATAN
INDICATIONS
INDICATIONS CHARACTERISTICS
CHARACTERISTICS
Kelebihan
Kelebihan Cairan
Cairan  Edema
 Edema paru,
paru, tidak
tidak respon
respon terhadap
terhadap penggunaan
penggunaan
diuretik
diuretik
 (anuria
 (anuria >> 22 hari)
hari)

Uremia
Uremia  Kesadaran
 Kesadaran menurun,
menurun, kejang,
kejang, mual
mual &
& muntah,
muntah,
pericarditis
pericarditis

Hiperkalemia
Hiperkalemia  K+
 K+ >> 6.5
6.5 mmol/L
mmol/L
 K+
 K+ 5.5-6.5
5.5-6.5 mmol/L
mmol/L (dgn.
(dgn. gejala
gejala pada
pada EKG)
EKG)

Asidosis
Asidosis Metabolik
Metabolik  pH<7.2
 pH<7.2 dan
dan tidak
tidak membaik
membaik dengan
dengan terapi
terapi NaBic
NaBic
 Ada
 Ada kontra
kontra indikasi
indikasi penggunaan
penggunaan terapi
terapi NaBic
NaBic
(terdapat
(terdapat edema
edema paru,
paru, otak,
otak, dll)
dll)
Komplikasi

DERAJAT PENJELASAN LFG (ml/mnt) KOMPLIKASI


35 1 Kerusakan ginjal >/ 90 -
dengan LFG normal
2 Kerusakan ginjal 60 - 89 - Tekanan darah mulai
dengan penuruan LFG naik
ringan
3 Kerusakan ginjal 30 - 59 - Hiperfosfatemia
dengan penuruan LFG - Hypokalemia
sedang - Anemia
- Hiperparatiroid
- Hipertensi
- Hiperhomosistinemia
4 Kerusakan ginjal 15 - 29 - Malnutrisi
dengan penuruan LFG - Asidosis metabolic
berat - Cenderung
hyperkalemia
- Dyslipidemia
5 Gagal ginjal <15 - Gagal jantung
36 Prognosi
s

CKD tidak dapat disembuhkan sehingga prognosis jangka


panjangnya buruk, kecuali dilakukan transplantasi ginjal.
Penatalaksanaan yang dilakukan sekarang ini, bertujuan hanya
untuk mencegah progresifitas dari CKD itu sendiri

Daftar Pustaka
Killeen, Anthony A. 2017. Kidney Learning Guide series. Abbott Diagnostic.
• Maryniak, Kim., Lori Constantine. 2016. RN.com’s Assessment Series: Renal and Urinary Anatomy and
Physiology. AMN Healthcare Education Services.
• Tjekyan, R., 2014. Prevalensi dan Faktor Risiko PGK di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang : Jurnal
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. [online] Available at : http://eprints.unsri.ac.id/5558/1/Prev
alensi_dan_Faktor_Risiko_Penyakit _Ginjal_Kronik_di [accessed 10 January 2016]
• PERNEFRI. (2012). 5 th Report Of Indonesian Renal Registry; 2012.
• Davey P. At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga; 2006.
• Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. Dalam: Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam (PAPDI). Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi kelima. Jilid II. Jakarta: Interna Publishing; 2009
• Sinha, Arjun D., Rajiv Argawal. 2019. Clinical Pharmacology of Antihypertensive Therapy for the
Treatment of Hypertension in CKD. American Society of Nephrology. (14) 757-764.
• “Chronic Kidney Disease and Nutrition”, www.health.govt.nz, december 2011, 25 Februari 2021.
https://www.health.govt.nz/system/files/documents/topic_sheets/ckd-and-nutrition.pdf
• Anthony Fauci, Eugene Braunwald, Dennis Kasper, Stephen Hauser, Dan Longo, J. Jameson, Joseph
Loscalzo Harrison's Principles of Internal Medicine, 20th Edition, 20th edn., : Mcgraw-hill, 2018.
• Gang jee ko., et.al., 2017. Dietary Protein intake and Chronic Kidney Disease., HHS Public Access. 20(1)
77-85
38

THANK
S! questions?
Any

Anda mungkin juga menyukai