Anda di halaman 1dari 6

PERILAKU DIET DAN KEJADIAN MALNUTRISI PADA PASIEN

HEMODIALISIS

Bayu Nuryanto, Sholihatul Maghfirah*, Laily Isro’in


Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Ponorogo
*s.m.fira87@gmail.com

ABSTRAK
Masalah yang sering timbul pada pasien hemodialisis adalah malnutrisi.Salah satu faktor yang dapat
menyebabkan malnutrisi adalah perilaku diet.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan perilaku diet dengan terjadinya malnutrisi pada pasien hemodialisis. Desain penelitian
adalah dengan menggunakan desain penelitian cross sectional. Teknik sampling yang digunakan
adalah consecutive sampling, dengan sampel berjumlah 144 responden, teknik pengumpulan data
perilaku diet dengan kuesioner dan pengukuran malnutrisi menggunakan penghitungan Index Masa
Tubuh (IMT). Hasil penelitian didapatkan bahwa p value (0,010) < α (0,05) yang artinya ada
hubungan antara perilaku diet dengan terjadinya malnutrisi pada pasien hemodialisis. Bagi peneliti
selanjutnya disarankan melakukan penelitian perilaku diet pada pasien hemodialisis dengan
malnutrisi menggunakan metode pengukuran albumin serum.

Kata kunci : Perilaku diet, malnutrisi, hemodialisis

ABSTRACT
The problems which often arise in hemodialysis patients are malnutrition. Malnutrition is
characterized by changes in cell membrane integrity and fluid balance disturbances. One of the
factors that can lead to malnutrition is dietary behavior. The right of dietary behavior can be
used as a main therapeutic companion. The right of dietary behavior will help minimize the
occurrence of malnutrition in hemodialysis patients, so patients can maintain their life with
productive. The purpose of this study was to determine the relationship of dietary behaviors with
malnutrition in hemodialysis. The study design was cross sectional research design. The
sampling technique used consecutive sampling with 144 respondents, the data was collected with
behavioural questionnaires and Body Mass Index (BMI) calculation. The result showed p value
(0,010) <α (0,05) so there was a relationship between dietary behavior with incident of
malnutrition in hemodialysis patients. For further research suggested to measure malnutrition in
hemodialisis patient with albumin serume measurement.

Keywords:dietary behaviour, malnutrition, hemodialysis

PENDAHULUAN Jawa Timur jumlah pasien ginjal kronis sebesar


Masalah utama yang sering timbul pada 0,2 % .17 Di RSUD Dr. Harjono Ponorogo pada
pasien penyakit ginjal kronik dengan Bulan Januari sampai Oktober 2015 jumlah
hemodialisis adalah malnutrisi.9 Kondisi uremik pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
dan pembatasan diet yang berlebihan (terutama hemodialisis adalah sejumlah 250 pasien (Rekam
protein) tanpa disertai jumlah energi yang Medik RSUD Dr. Harjono Ponorogo).
cukup dapat menyebabkan terjadinya Pengaturan diet yang terlalu ketat pada
malnutrisi.20 Angka kejadian gagal ginjal di pasien gagal ginjal dapat menyebabkan
dunia secara global terdapat lebih dari 500 juta malnutrisi pada pasien gagal ginjal diantaranya
orang dan yang harus menjalani hidup dengan gejala uremia yang menyebabkan asupan
bergantung pada cuci darah (hemodialisis) protein dan kalori yang menurun, inflamasi
sebanyak 1,5 juta orang dengan insidensi kronik, dan komorbid akut atau kronik.17 Pasien
pertumbuhan 8% per tahun.22 hemodialisis membutuhkan pengaturan nutrisi
Perhimpunan Nefrolog (ahli ginjal dan khusus dari beberapa elemen kesehatan, oleh
hipertensi) Indonesia atau Pernefri melaporkan, karena itu pasien harus mempertahan perilaku
setiap tahunnya terdapat 200.000 kasus baru diet yang benar agar pasien dapat hidup normal
gagal ginjal stadium akhir. Tetapi tidak semua kembali dan produktif serta dapat menunda
pasien terlayani kebutuhan cuci darahnya mejalani hemodialisis untuk jangka waku yang
karena keterbatasan unit mesin dialisis.2 Di cukup lama.8

Adi Husada Nursing Journal – Vol.2 No.2 Desember 2016 7


Pasien hemodialisis dengan malnutrisi SMA 30 20,83
akan mengalami berat badan yang menurun, PT 11 7,64
kehilangan simpanan energi (jaringan lemak) Pekerjaan
dan protein tubuh juga albumin serum, Wiraswasta 69 47,92
transferin dan protein viseral lainnya.18 Bukti IbuRumah Tangga 13 9,03
menunjukkan bahwa pada pasien hemodialisis Petani 24 16,67
yang malnutrisi didapatkan peningkatan Pensiunan 2 1,39
inflamasi dan sitokin-sitokin pro-inflamasi PNS 11 7,64
seperti CRP dan IL-6. Adanya inflamasi TNI/POLRI 1 0,69
dikaitkan dengan anoreksia yang terjadi pada Tidak Bekerja 24 16,67
pasien dialisis. Inflamasi kronis juga bisa Penghasilan
meningkatkan kecepatan penurunan protein <Rp. 1.050.000 63 43,75
otot skeletal ataupun yang ada di jaringan lain, ≥ Rp. 1.050.000 81 56,25
mengurangi otot dan lemak, menyebabkan Riwayat Penyakit
hipoalbumin dan hiperkatabolisme dimana Hipertensi 72 50
kesemuanya tadi akan menyebabkan kidney Asam Urat 1 0,69
disease wasting (KDW).12 Diabetes 31 21,53
Malnutrisi ditandai dengan perubahan ISK 1 0,69
keutuhan membran sel dan gangguan Urolitiasis 7 4,86
keseimbangan cairan, sehingga pengukuran Tidak Ada 32 22,22
komposisi tubuh dengan menggunakan Indeks Lama HD
Massa Tubuh merupakan bagian terpenting <12 bulan 1 0,69
dalam penilaian status nutrisi pasien ≥12 bulan 143 99,31
hemodialisis.15 Mengenal dan mengatasi Informasi Diet
masalah nutrisi tepat pada waktunya dapat Pernah 144 100
memperbaiki prognosis pasien, misalnya Sumber Informasi
dengan membantu pasien mendapatkan berat Tenaga Kesehatan 144 100
badan normal, meningkatkan respon terapi dan
mengurangi komplikasi terapi.15 Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui
bahwa dari144 responden terdapat lebih dari
METODE PENELITIAN setengahnya (55,56%) atau sebanyak 80
Penelitian ini adalah penelitian analitik responden berusia 41- 60 tahun, lebih dari
dengan jenis penelitian cross sectional.Teknik setengahnya (62,50%) atau sebanyak 90
sampling yang digunakan dalam penelitian ini responden berjenis kelamin laki-laki, setengah
adalah consecutive sampling. Pada penelitian dari respoden (50,00%) atau sebanyak72
ini jumlah sampel yang didapatkan dari tanggal responden memiliki pendidikan terakhir SD,
6 sampai 11 April 2016 adalah sebanyak 144 hampir setengahnya (47,92%) atau 69
responden. Lokasi penelitian di Ruang responden bekerja sebagai wiraswasta, lebih
Hemodialisis RSUD Dr. Harjono Ponorogo. dari setengahnya (56,25%) atau 81 responden
Analisis statistik menggunakan chi-square. memiliki penghasilan lebih dariRp.1.050.000,
setengahnya (50%) yaitu 72 responden
HASIL DAN PEMBAHASAN memiliki penyakit sebelumnya adalah
Data Umum/Demografi hipertensi, hampir seluruh responden (99,31)
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden atau 143 responden menjalani hemodialisis
(n=144). selama ≥12 bulan dan seluruhnya (100%) atau
Karakteristik 144 responden adalah pernah mendapatkan
N %
Responden informasi tentang diet hemodialisis.
Umur
21-40 tahun 25 17,36 Data Khusus
41-60 tahun 80 55,56 Perilaku Diet pada Pasien Hemodialisis
>60 tahun 29 27,08 Tabel 2. Distribusi frekuensi responden
Jenis Kelamin berdasarkan perilaku diet
Laki-laki 90 62,5 Perilaku
Perempuan 54 37,5 No n %
Diet
Pendidikan 1. Positif 77 53,47
SD 72 50 2. Negatif 67 46,53
SMP 31 21,53 Jumlah 144 100

8 Adi Husada Nursing Journal – Vol.2 No.2 Desember 2016


Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui punggung dalam keluarga sehingga agar tetap
bahwa dari 144 responden terdapat 77 produktif dalam hidupnya mereka menjalani
responden (53,47%) memiliki perilaku positif diet sesuai dengan yang dianjurkan oleh
dan 67 responden (46,53%) memiliki perilaku perawat. Namun dari hasil penelitian
negatif. didapatkan tidak semua responden laki-laki
Perilaku positif pada pasien dipengaruhi memiliki perilaku positif.
oleh usia, pendidikan dan pekerjaan, jenis Berdasarkan hasil tabulasi didapatkan
kelamin, lama menjalani hemodialisa dan ada48 responden yang berjenis kelamin laki-
riwayat penyakit sebelumnya. Berdasarkan dari laki namun memiliki perilaku yang negatif,
77 responden terdapat 45 responden (31,25%) dari 48 responden tersebut terdapat lebih dari
berusia 41-60 tahun yang berperilaku positif setengahnya yaitu 29 responden (60,42%)
dalam menjalankan diet hemodialisis. Menurut memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta yang
Washington (2013) semakin meningkat usia selalu memanfaatkan waktu untuk
maka semakin baik manajemen diri yang mengembangkan karir usahanya sehingga
dilakukan oleh pasien selama mereka menjalani kesempatan untuk memperoleh informasi dan
hemodialisis. Berdasarkan pada teori Psikologi menjalankan diet yang benar menjadi relatif
Perkembangan Hurlock (2003) masa dewasa minimal.
pertengahan (madya) atau yang disebut juga Perilaku positif responden juga
usia setengah baya dalam terminologi dipengaruhi oleh pendidikan. Berdasarkan
kronologis yaitu pada umumnya berkisar antara tabulasi silang didapatkan hasil dari 77
usia 40-60 tahun, dimana pada usia ini ditandai responden yang berperilaku positif, terdapat
dengan berbagai perubahan fisik maupun responden yang berpendidikan rendah (SD dan
mental. Pada tahap ini perkembangan SMP). Pendidikan rendah tersebut terbagi atas
intelektual dewasa sudah mencapai titik akhir 37 responden(25,69%) memiliki pendidikan
puncaknya yang sama dengan perkembangan terakhir SD dan 13 responden (9,03%)
tahap sebelumnya (tahap pemuda), dewasa memiliki pendidikan terakhir SMP. Menurut
madya mampu memasuki dunia logis yang Notoatmodjo (2003) proses dan kegiatan
berlaku secara mutlak dan universal yaitu pendidikan pada dasarnya melibatkan masalah
dunia idealitas paling tinggi. Namun, tidak perilaku individu maupun kelompok.
semua responden yang berusia 41-60 memiliki Perilakupositif dalam diet hemodialisis
perilaku yang positif dalam diet hemodialisis, sebagian besar dimiliki oleh responden yang
masih ada 34 responden (23,61%) berusia 41- berpendidikan SD dan SMP, mereka memang
60 namun memiliki perilaku yang negatif. Hal termasuk pada kategori tingkatan pendidikan
itu dapat dipengaruhi oleh adanya faktor lain paling dasar namun secara realita mereka
seperti pendidikan responden, dari 34 mampu untuk berperilaku positif karena
responden tersebut terdapat hampir seluruhnya adanya kesadaran akan ketidaktahuannya
yaitu 28 responden (82,35%) memiliki mendorong mereka untuk mengikuti apa yang
pendidikan rendah yang terdiri dari 18 disarankan oleh tenaga kesehatan dalam
responden memiliki pendidikan SD dan 10 menjalani diet hemodialisnya, hal itu sesuai
lainnya memiliki pendidikan SMP. Sehingga dengan hasil tabulasi yang didapatkan bahwa
dengan latar belakang pendidikan yang rendah seluruh responden yang berpendidikan rendah
tersebut akan mempengaruhi responden yang pernah mendapatkan informasi tentang diet
berusia madya untuk berperilaku negatif. hemodialisis dari perawat hemodialisis.
Selain itu perilaku positif juga di Selain dari faktor pendidikan, perilaku
pengaruhi oleh jenis kelamin, dari 77 positif juga dipengaruhi oleh pekerjaan, dari
responden yang berperilaku positif, terdapat 77 responden yang memiliki perilaku positif,
44 responden (30,56%) berjenis kelamin laki- terdapat 33 responden (22,92%) bekerja
laki. Menurut Effendi (2004) menyatakan sebagai wiraswasta. Menurut Notoatmodjo
bahwa perilaku pria dan wanita sangat (2003) beberapa faktor yang dapat membentuk
berbeda, pria berperilaku atas pertimbangan perilaku seseorang adalah pengetahuan, sikap,
rasional menggunakan akal sedangkan wanita dan pekerjaan bisa berpengaruh pada perilaku
lebih banyak menggunakan pertimbangan dan seseorang. Bekerja umumnya merupakan
perasaan. Hasil penelitian ini didapatkan kegiatan yang menyita waktu.1 Menurut
mayoritas responden yang berperilaku positif peneliti responden yang bekerja sebagai
adalah laki-laki karena pertimbangan wiraswasta memiliki perilaku positif karena
rasionalnya yang baik yaitu mereka adalah wiraswasta biasanya mempunyai jam kerja
kepala keluarga yang juga menjadi tulang yang fleksibel. Mereka yang berprofesi

Adi Husada Nursing Journal – Vol.2 No.2 Desember 2016 9


sebagai wiraswasta akan memanfaatkan penilaian antropometri. Pengukuran
waktunya untuk makan makanan sesuai yang antropometri adalah pengukuran yang dianggap
dianjurkan dengan jumlah yang cukup sesuai sebagai indikator status kecukupan
sehingga potensi untuk sedikit makan yang energi protein pada pasien hemodialisis rutin.7
bisa berdampak menjadi malnutrisi menjadi Pada penelitian ini didapatkan mayoritas
minimal, didukung lagi berdasarkan tabulasi responden tidak mengalami malnutrisi karena
silang dari 33 responden wiraswasta yang pasien hemodialisis telah memiliki kecukupan
berperilaku positif tersebut terdapat lebih dari energi dan protein yang baik.
setengahnya yaitu 24responden (72,73%) Berdasarkan tabel 3 didapatkan sebagian
memiliki penghasilan lebih dari Rp. besar responden yaitu 119 responden (82,64%)
1.050.000,00 sehingga mereka mampu untuk tidak mengalami malnutrisi karena memang
menyediakan segala fasilitas yang diperlukan mayoritas dari responden telah menjalani diet
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti sesuai dengan anjuran diet pasien hemodialisis,
penyediaan makanan sesuai dengan aturandiet. hal itu bisa dilihat dari hasil pengukuran
perilaku diet pada penelitian ini didapatkan dari
Malnutrisi pada Pasien Hemodialisis 144 responden didapatkan 77 responden
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden (53,47%) memiliki perilaku positif. Diet
Berdasarkan Kejadian Malnutrisi merupakan salah satu faktor yang sangat
No Kategori N % penting dalam penatalaksanaan pasien GGK
1. Malnutrisi 25 17,36 yang menjalani hemodialisa, apabila mereka
2. Tidak 119 82,4 tidak menjalani diet sesuai aturan maka akan
Malnutrisi dapat menyebabkan penderita mempunyai
Jumlah 144 100 risiko tinggi untuk terjadinya protein-calory
malnutrition (PEM) atau malnutrisi.3 NKF-
Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui dari K/DOQI(2000) merekomendasikan asupan
144 responden terdapat 25 responden (17,36%) protein untuk pasien GGK yang menjalani
mengalami malnutrisi dan 119 responden hemodialisis adalah 1,2 gram/kgBB/hari.
(82,64%) tidak mengalami malnutrisi. Sebagian Asupan protein yang dianjurkan adalah asupan
besar responden yaitu 119 responden (82,64%) protein dengan nilai biologis tinggi (protein
dikategorikan dalam status gizi normal. Hal ini hewani). Pada penelitian ini sebagian besar
sesuai dengan penilitian yang dilakukan responden telah menjalani diet sesuai dengan
Sulistyowati (2009) dimana sebagian besar aturan diet sehingga mayoritas responden tidak
pasien HD dikategorikan status gizi mengalami malnutrisi.
normal.Penilaian status gizi yang
direkomendasikan oleh KDOQI (2000) adalah

Hubungan Perilaku Diet dengan kejadian malnutrisi


Tabel 4. Tabulasi silang perilaku diet dengan terjadinya malnutrisi
Kategori Malnutrisi
No. Perilaku Diet Jumlah
Malnutrisi Tidak Malnutrisi
n % n % n %
1. Positif 7 4,86 70 48,61 77 53,47 46,53
2. Negatif 18 12,5 49 34,03 67
Jumlah 25 17,36 119 82,64 144 100
p=0,010

Berdasarkan tabel 4 menunjukan bahwa adalah p-value (0,010) < α (0,05), yang berarti
dari 144 responden, 77 responden berperilaku Ho ditolak yaitu ada hubungan antara perilaku
positif dengan 7 diantaranya (4,86%) diet dengan terjadinya malnutrisi pada pasien
mengalami malnutrisi dan 70 orang (48,61%) hemodialisis. Adapun keeratan hubungan yang
tidak mengalami malnutrisi, sedangkan 67 diperoleh adalah KK=0,228 yang berarti tingkat
orang berperilaku diet negatif dengan 18 keeratan hubungan rendah.
diantaranya mengalami malnutrisi dan 49 orang Antara perilaku dengan terjadinya
(34,03%) tidak mengalami malnutrisi. Hasil uji malnutrisi merupakan dua hal yang saling
chi-square dengan penghitungan menggunakan berhubungan. Malnutrisi pada pasien
SPSS versi 16.0 diperoleh hasil p-value =0,010 hemodialisis dapat disebabkan oleh beberapa
dan α = 0,05. Kesimpulan pada penelitian ini faktor (multi faktor) seperti pengetahuan

10 Adi Husada Nursing Journal – Vol.2 No.2 Desember 2016


persepsi, perilaku, mual muntah anorexia, dan aturan hemodialisis dan diet yang adekuat akan
adekuasi hemodialisis.9 Kepatuhan diet berpengaruh terhadap asupan makan dan status
merupakan gambaran perilaku pasien yang gizi responden.
telah sesuai kaidah dalam menjalankan dietnya.
Asupan protein, kalori, vitamin, air dan mineral SIMPULAN
yang sesuai dengan dietnya akan membuat klien Setelah dilakukan penelitian dan analisis
mampu mempertahankan status gizi normal didapatkan Ada hubungan antara perilaku diet
sehingga komplikasi yang tidak diinginkan dengan terjadinya malnutrisi pada pasien yang
dapat dihindari.21 Pada penelitian ini perilaku menjalani hemodialisis. Dengan hasil p-
menjadi salah satu aspek yang berpengaruh value = 0,010 dan α = 0,05. Kesimpulan pada
terhadap terjadinya malnutrisi, dengan perilaku penelitian ini adalah p value (0,010) < α
pasien yang positif dalam dietnya maka (0,05), yang berarti Ho ditolak yaitu ada
pengoptimalan dirinya dalam upaya mencegah hubungan antara perilaku diet dengan
terjadinya malnutrisi menjadi semakin tinggi, terjadinya malnutrisi pada pasien hemodialisis.
sehingga perilaku yang dimiliki responden Adapun keeratan hubungan yang diperoleh
dalam dietnya akan berbanding lurus dengan adalah KK= 0,228 yang berarti tingkat
terjadi atau tidaknyamalnutrisi. keeratan hubungan rendah.
Berdasarkan pada tabel 4 didapatkan
hasil dari 144 responden terdapat sebagian kecil SARAN
saja yaitu 7 responden (4,86%) yang memiliki Berdasarkan kesimpulan diatas, saran
perilaku positif dengan terjadi malnutrisi. Tidak yang dapat disampaikan bagi tenaga kesehatan
semua pasien hemodialisis yang memiliki di Ruang Hemodialisis RSUD dr. Harjono
perilaku positif akan terhindar dari malnutrisi, Ponorogo diharapkan dapat memantau
hal ini sesuai dengan pendapat Ikizler (2004) perilaku diet hemodialisis dan resiko
bahwa pasien yang menjalani hemodialisis terjadinya malnutrisi bagi pasien yang
kronik mempunyai risiko mengalami menjalani hemodialisis, bagi responden perlu
malnutrisi. Gangguan metabolisme protein pada meningkatkan perilaku dalamdiet hemodialisis
periode dialisis pada umumnya disebabkan oleh dengan cara menjalani diet sesuai dengan
kombinasi kekurangan protein dan energi yang aturan dan anjuran dari tenaga kesehatan agar
dikenal dengan uremic malnutrition. Kira-kira tercapai status gizi yang normal dan terjadinya
20-50% pasien dialysis disertai oleh komplikasi penyakit dapat dihindari,
kehilangan protein somatik yang ditandai massa sedangkanbagi peneliti selanjutnya disarankan
otot dan serum kreatinin, dan konsentrasi melakukan penelitian perilaku diet pada pasien
protein viseral yang ditandai konsentrasi serum hemodialisis dengan malnutrisi menggunakan
albumin dan prealbumin. Pada penelitian ini metode pengukuran Albumin Serum agar
terjadinya malnutrisi pada pasien yang tercapai hasil yang optimal.
berperilaku positif dipengaruhi oleh adanya
faktor lain diluar perilaku seperti penurunan DAFTAR PUSTAKA
fungsi organ tubuh dari pasien itu sendiri. 1. Adi, Osbandi Rukminto, 2001. Pemberdayaaan,
Terjadinya malnutrisi pada subjek penelitian ini Pengembangan Masyarakat dan Komunitas
tidak semata-mata disebabkan perilaku (Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan
responden itu sendiri namun banyak faktor lain Praktis). Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas
yang berpengaruh (confounding factors) yang Indonesia.
tidak menjadi perhatian secara adekuat dalam 2. Anna, Kus. 2013. Pasien Cuci Darah Terus
Meningkat. diakses pada tanggal 15 Oktober
penelitianini.
2015 dari http://www.kompas.com.
Hasil penelitian yang didapatkan juga 3. Caimi G, Carollo C, Presti RL. 2005.
ditemukan memiliki kesesuaian dengan Pathophysiological and clinical aspects of
penelitian sebelumnya. Dimana dalam malnutrition in chronic renal failure. Nutrition
penelitian yang membahas Hubungan Adekuasi Research Rev.
Hemodialisis dengan Asupan Makan dan 4. Depkes RI. 2003. Pedoman Praktis Pemantauan
Indeks Massa Tubuh Pasien Gagal Ginjal Gizi Orang Dewasa. Jakarta: DEPKES RI.
Kronik yang Menjalani Hemodialisis terhadap 5. Dumler, F., Kllate, C. 2003. Body Composition
43 responden di RSUD Abdul Moelek bandar Analysis by Bioelectrical Impedance In Chronic
Lampung didapatkan korelasi positif yang Dialysis Patients: Comparison to the National
bermakna antara adekuasi hemodialisis dengan Health and Nutrition Examination Survey.
asupan energi (p=0,001, r=0,524). Perilaku Journal of Renal Nursing. Diakses pada 1
Desember 2015 dariwww.ebsco.com.
yang dimiliki responden untuk patuh terhadap

Adi Husada Nursing Journal – Vol.2 No.2 Desember 2016 11


6. Effendi. 2004. Dasar-dasar Keperawatan 16. Rekam Medik RSUD Dr. Harjono
Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC. Ponorogo.2015. Jumlah Pasien
7. Gunes FE. 2013. Medical Nutrition Therapy for Hemodialisis. Ponorogo: RSUD
Hemodialysis Patients. Diakses 24 Mei2016 Dr.Harjono.
darihttp://dx.doi.org/10.5772/53473. 17. RISKESDAS. 2013. Riset Kesehatan
8. Hakim, Andi. 2014. Diet Khusus Bagi Penderita Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
Gagal Ginjal Kronik. Jakarta: Gramedia Pustaka
Pengembangan Kesehatan, Departemen
Utama.
Kesehatan, Republik Indonesia.
9. Hidayatullailiyah, Siti dan Isnawati. 2009.
Hubungan Prilaku tentang Terapi Diet dengan
18. Stevenkel. 2000. A Comparative Analysis
Asupan Energi dan Protein pada Pasie Penyakit of Nutritional Parameters as Predictor of
Ginjal Kronik dengan Hemodialisa. Semarang: Outcome in Male and Female ESRD
Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Patients. Nephrology Dialysis
Universitas Diponegoro. Transplantation.
10. Hurlock, E. 2003. Psikologi 19. Sulistyowati, N. 2009. Hubungan Antara
Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Adekuasi Hemodialisis dengan Asupan
11. Ikizler. 2004. Protein and Energy: Makanan dan Status Gizi Pasien Gagal
Recommended Intake and Nutrient Ginjal Kronik yang Menjalani
Supplementation in Chronic Dialysis Patients. Hemodialisis di RSUP Dr. Kariadi
Semin Dial 17: 471-478. Semarang. [Artikel Penelitian]. Semarang:
12. Nerscomite. 2010. Nutrisi pada Penderita UniversitasDiponegoro.
Dialisis. Surabaya: Fakultas Kedokteran UNAIR.
Diakses tanggal 12 Oktober 2015 dari
20. Syamsiah, N. 2011. Faktor-Faktor yang
http://www.wordpress.com Berhubungan dengan Kepatuhan Pasien
13. NKF K/DOQI. 2000. Evaluation of Protein- CKD yang Menjalani Hemodialisa.
Energy Nutritional Status. Diakses dari Jakarta: FKUI
http://www.kidney.org/professionals/kdoqi/ 21. Wahyudi, Heru. 2012. Kepatuhan Diet
guidelinesupdates/nutp01.html. pada 6 Juni dengan Berat Badan Pre Hemodialisis
2016. pada Pasien Regular di Ruang
14. Notoatmodjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Hemodialisa RSUD Nganjuk. Prodi
Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta Pendidikan Ners STIKES Satria Bhakti
15. Oliviera, et all. 2010. Malnutrition in Nganjuk.
Chronic Kidney Failure: What is the Best 22. WHO. 2013. How Can we acvhieve global
Diagnostic Method to Assess?.Journal equitiin provision of renal replancement
Bras Nefrol. Diakses pada 1 Desember therapy?. Diakses pada tanggal 10 Oktober
2015 dari 2015 dari http://www.who.int/en/.
www.scielo.br/revistas/jbn/iaboutj.htm

12 Adi Husada Nursing Journal – Vol.2 No.2 Desember 2016

Anda mungkin juga menyukai