Anda di halaman 1dari 31

AK NE

VULGARIS
Chris Nandita Murniningtyas
G992003030

Pembimbing:
dr. Triasari Oktavriana, M.Sc, Sp.KK
01
PR E S E N TAS I
KAS U S
IDENTITAS PASIEN

IDENTITAS PASIEN IDENTITAS PASIEN

● Nama : Nn. ● Pekerjaan : Karyawati


WNP ● Alamat : Makamhaji,
● Umur : 17 Kartasura
tahun ● Status : Belum menikah
● Jenis kelamin : ● Tanggal periksa : 25 November
Perempuan 2020
● Agama : Islam ● No. RM : 030xxx
● Suku : Jawa
ANAMNESIS
● Keluhan Utama
Jerawat di wajah
 
● Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli Kulit RS UNS dengan keluhan timbul jerawat di wajah sejak 2 minggu
terakhir. Jerawat terasa gatal, berukuran kecil-kecil dan cukup banyak. Pasien mengatakan
awalnya hanya muncul sedikit jerawat dan pasien tidak merasa terganggu, namun kemudian
jerawat kecil-kecil bertambah banyak dan terasa gatal, sehingga pasien merasa kurang nyaman.
Pasien mengatakan biasanya beberapa jerawat hanya muncul menjelang menstruasi dan akan
membaik dengan sendirinya setelah menstruasi berakhir, tetapi kali ini jerawat muncul tiba-tiba.
Pasien memiliki kebiasaan tidak mencuci wajah dengan sabun dan merasa lebih banyak
berkeringat sejak memakai masker setiap hari. Pasien juga mengatakan bahwa dirinya
mengonsumsi gorengan dan minum-minuman manis hampir setiap hari.
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Dahulu
● Riwayat sakit serupa sebelumnya : disangkal
● Riwayat alergi obat/makanan : disangkal
● Riwayat diabetes mellitus : disangkal
● Riwayat hipertensi : disangkal
● Riwayat penyakit lain : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


● Riwayat sakit serupa sebelumnya : disangkal
● Riwayat alergi obat/makanan : disangkal
● Riwayat diabetes mellitus : disangkal
● Riwayat hipertensi : disangkal
● Riwayat penyakit lain : disangkal
ANAMNESIS
Riwayat Sosial Ekonomi
● Pasien merupakan seorang karyawati yang berobat menggunakan fasilitas BPJS.
 

Riwayat Kebiasaan
● Riwayat makanan : Pasien makan 3x sehari dengan porsi cukup. Pasien
mengonsumsi gorengan dan minum-minuman
manis hampir setiap hari
● Riwayat istirahat : Pasien cukup tidur kurang lebih 6 jam/hari
● Riwayat penggunaan obat : Ketokonazol (pasien memilki riwayat pitriasis
versicolor sebelumnya)
● Riwayat membersihkan wajah : Pasien tidak menggunakan sabun wajah saat
mencuci wajahnya
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN FISIK – STATUS GENERALIS

Keadaan umum : sakit ringan, CM, GCS E4V5M6

Tanda vital : TD : 110/70 mmHg


Frekuensi nadi : 80 x/menit
Frekuensi nafas : 18 x/menit
Suhu : 36.5ºC

Antropometri : Berat badan : 50 kg


Tinggi badan : 155 cm
PEMERIKSAAN FISIK – STATUS GENERALIS

KULIT HIDUNG
Warna kuning ikterik (-),
Nafas cuping hidung (-/-)
pucat (-), keringat dingin (-), ruam (-), luka jejas
Deformitas (-), darah (-/-)
(-), papul eritem (+), komedo (+)
sekret (-/-)
KEPALA
Bentuk mesocephal, Jejas (-), MULUT
Atrofi muskulus temporalis (-) Bibir kering (-), lidah kotor (-), hiperemis (-),
tremor bila lidah dijulurkan (-), sianosis (-),
lidah simetris, tonsil T1-T1, stomatitis (-),
MATA
mukosa pucat (-), gusi berdarah (-), gusi
Conjunctival anemis (-/-),
bengkak (-), papil lidah atrofi (-)
sklera ikterik (-/-), refleks cahaya
(+/+), pupil isokor (3mm/3mm),
oedem palpebra (-/-), sekret (-/-)
LEHER
Distensi vena jugularis (-)
TELINGA Benjolan pada daerah tiroid (-)
Deformitas (-/-), darah (-/-), sekret (-/-) pembesaran kelenjar getah bening
(-), nyeri tekan (-), nyeri saat
menelan (-)
PEMERIKSAAN FISIK – STATUS GENERALIS

THORAKS
Simetris(+), retraksi (-)

PARU
Inspeksi : Pengembangan dinding simetris
Palpasi : Fremitus teraba kanan-kiri sama
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : SDV (normal/normal), ronki (-/-)

JANTUNG
Px Fisik

Inspeksi : iktus kordis tidak tampak


Palpasi : iktus kordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan normal
Auskultasi : terdengar bunyi jantung I dan II reguler, intensitas normal, murmur
(-)
ABDOMEN
Inspeksi : abdomen distended (-), sikatriks (-)
Auskultasi : bising usus (+)
Perkusi : timpani pada seluruh regio abdomen, pekak alih (-), undulasi (-)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
PEMERIKSAAN FISIK – STATUS GENERALIS

EKSTREMITAS
Clubbing Finger (-),
CRT < 2 detik

Oedema Akral Dingin


Px Fisik

-- - - -

- - - -
status dermatovenerologis
diagnosis banding
1. Akne vulgaris

2. Rosasea

3. Erupsi akneiformis
Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan
Penunjang
Tidak dilakukan.
diagnosis kerja

Akne vulgaris derajat ringan


TERAPI
TERAPI

NON MEDIKAMENTOSA
1. Edukasi terkait penyakit, tatalaksana, dan prognosis
2. Edukasi pasien untuk menggunakan dan mengonsumsi
obat yang diberikan secara rutin sesuai dengan aturan
pakai
3. Edukasi pasien untuk menjaga hygiene di wajah:
• Menghindari menyentuh wajah dengan tangan yang
tidak bersih
• Mencuci wajah minimal 2x sehari dengan sabun

MEDIKAMENTOSA
1. Clindamycin gel 1.2% pagi hari
2. Vitacid cream 0,025% malam hari
3. Cetirizin tab 10 mg 1x1
PROGNOSIS

PROGNOSIS

AD VITAM AD SANAM AD FUNGSIONAM AD KOSMETIKUM

BONAM DUBIA AD BONAM DUBIA AD BONAM DUBIA AD BONAM


02
TI N JAUAN
PU S TAKA
DEFINISI
● Akne vulgaris adalah adalah penyakit berupa peradangan kronis folikel pilosebasea dengan
penyebab multifaktor, dan ditandai dengan manifestasi klinis berupa komedo, papul, pustul,
nodul, serta kista.
● Tempat predileksi akne vulgaris adalah pada wajah, bahu, dada, punggung, dan lengan atas.
EPIDEMIOLOGI
• Akne vulgaris dapat terjadi pada semua usia.
• Prevalensi akne lebih tinggi pada remaja
pria, tetapi saat dewasa prevalensi pada
wanita lebih tinggi.
• Akne vulgaris berdasarkan studi dermatologi
kosmetika di Indonesia:
Wanita 14-17 tahun (83-85%) dan pria 16-
19 tahun (95-100%)  kadang menetap
pada wanita hingga usia 30-an, sedangkan
pada pria jarang
ETIOPATOGENESIS
ETIOLOGI PATOGENESIS

● Masih belum diketahui ● Peningkatan produksi sebum


● Faktor intrinsik: genetik dan ● Penyumbatan keratin di
ras hormonal saluran pilosebaseus
● Faktor ekstrinsik: stres, ● Kolonisasi bakteri
iklim/suhu/kelembapan, ● Inflamasi
kosmetik, diet dan obat-obatan
gambaran klinis
● Efloresensi akne dapat berupa komedo hitam (terbuka) dan putih (tertutup), papul,
pustul, nodul, kista, jaringan parut dan perubahan pigmentasi.

● Komedo terbuka (black head) dan komedo tertutup (white head) merupakan lesi non-
inflamasi, sedangkan papul, pustul, nodul dan kista merupakan lesi inflamasi.
Gradasi
Diagnosis
● Anamnesis  biasanya terjadi saat pubertas, tetapi gejala klinis yang muncul sangatlah
bervariasi.
● Pemeriksaan fisik  akne non-inflamasi tampak sebagai komedo terbuka dan tertutup, sedangkan
pada lesi inflamasi dimulai dengan adanya mikrokomedo yang dapat berkembang menjadi papul,
pustul, nodul, atau kista.
● Pemeriksaan laboratorium dan histopatologis bukan merupakan standar untuk penegakan
diagnosis, namun bisa diperlukan untuk penelitian etiopatogenesis akne.
● Tes mikrobiologi rutin tidak perlu pada evaluasi dan penanganan pasien dengan akne..
Diagnosis Banding ROSASEA ERUPSI AKNEIFORMIS
perubahan vaskuler berupa menyerupai akne dengan
eritema intermiten dan manifestasi klinis papulopustular
persisten, dan erupsi akibat kortikosteroid, isoniazid,
akneiform berupa papul, bromide dan iodida,
pustul, kista, dan hiperplasia fenobarbital, difenilhidantoin,
sebasea. Tempat predileksi tetrasiklin, litium, pil
rosasea adalah di sentral kontrasepsi, kina, rifampisin,
wajah, yaitu hidung, pipi, vitamin B2, B6 dan B12.
dagu, kening, dan alis Tidak hanya di tempat predileksi
akne, tidak gatal

DERMATITIS PERIORAL
Inflamasi kulit berupa papul
dan pustul yang lebih
banyak terjadi pada wanita
FOLIKULITIS
muda. Tempat predileksi
Predileksi pada area yang
sekitar mulut dan dagu,
banyak folikel rambut
polimorfi tanpa
. Subjektif terasa agak nyeri
telangiektasia dan keluhan
pada area tersebut dan dapat
gatal  akibat steroid
disertai demam dan malaise
topikal atau pasta gigi fluor
tata laksana
Non-medikamentosa
Edukasi:
• menjaga hygiene di wajah
• pengaturan diet
• pengendalian stress

Medikamentosa
1. Pengobatan topikal  mencegah pembentukan
komedo, menekan peradangan, dan mempercepat
penyembuhan lesi
• Asam retinoid topikal
• Benzoil peroksida
• Antibiotik topikal
• Asam salisilat
tata laksana
Medikamentosa
2. Pengobatan sistemik
• Antibiotik oral  akne meradang. Golongan
tetrasiklin (doksisiklin, minosiklin), eritromisin,
kotrimoksasol, dan klindamicin.
• Isotretinoin oral  akne berat. Hasil lebih baik
pada lesi inflamasi
• Hormonal  tidak berespon pada terapi
konvensional.
tata laksana
Medikamentosa
3. Terapi Fisik
• Ekstraksi komedo  bertujuan mencegah
pembentukan lesi inflamasi.
• Chemical peels, menggunakan asam α-hidroksi
(asam gilkolik dan TCA) atau asam β-hidroksi
(asam salisilat). Efek samping dapat berupa
eritema, terbakar, dan fotosensitif.
• Kortikosteroid intralesi  pada acne cyst:
triamnisolon 2,5 mg/ml syringe 1 ml Disuntikkan
di tengah lesi. Pada akne tipe nodular: inj
triamnisolon 0,05-0,25 ml perlesi, dan harus
diulang dalam 2-3 minggu.
• Nitrogen cair (cryotherapy), digunakan untuk
terapi pada acne cyst, bekerja dengan
mendinginkan dinding fibrotic acne cyst,
sehingga merusak dinding tersebut.
PROGNOSIS

PROGNOSIS

AD VITAM AD SANAM AD FUNGSIONAM AD KOSMETIKUM

BONAM DUBIA AD BONAM DUBIA AD BONAM DUBIA AD BONAM


Daftar Pustaka
1. Sitohang, IBS, dan Wasitaatmadja, SM. Akne Vulgaris. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin 11. Williams SM. Pilo Sebaceuous duct physiology, observation on the number and size of pilo
Edisi Ketujuh. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2016. sebaceuous ducts in acne vulgaris. New York. Dermatology. 95(2);153- 55. 2007.
2. Baumann L, Keri J. Acne (Type 1 sensitive skin). In: Baumann L, Saghari S, Weisberg E, 12. Fulton, James Jr. Acne vulgaris in Medscape Journal; 2010. [cited 2010 june 21]. Avalaible from
eds. Cosmetic dermatology principles and practice. 2 nd ed. New York: Mc Graw Hill. 43(1): http://dermatology.cdlib.org/93/commentar y/acne/hanna.html.
121-7. 2009 13. Harper JC. Acne Vulgaris. Edisi Ke-4. Jakarta. EGC. 2007.
3. Wasitaatmadja SM, Arimuko A, Norawati L, Bernadette I, Legiawati L. Pedoman Tata 14. Purwaningdyah RAK, Jusuf NK. Profil Penderita Akne Vulgaris pada Siswa-Siswi di SMA
Laksana Akne di Indonesia. Jakarta: KSDKI IAEM; 2015 Shafiyyatul Amaliyyah Medan. E-Journal FK USU. 1(1);1-8. 2013.
4. Schafer T, Nienhaus A, Vieluf D, et al. Epidemiology of acne in the general population: the 15. Truter I. Acne Vulgaris. SA Pharmaceutical, 1; 12-19. 2009.
risk of smoking. Br J Dermatol. 2001; 145:100-104. 16. Boxton PK. ABC of Dermatology 4th ed. London: BMJ Group; 2003. p:47-9.
5. Collier CN, Harper JC, Cafardi JA, et al. The prevalence of acne in adults 20 years and older. 17. Kang S, Amagai M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, Orringer JS
J Am Acad Dermatol. 2008; 58:56-59. Fitzpatrick’s Dermatology 9th Ed Volume 1. New York: McGraw-Hill; 2019.
6. Siregar RS. Akne Vulgaris Atlas Berwarna Saripati Penyakit. Jakarta. EGC. 2006. 18. Schalock PC. Rosaceae and perioral (periorificial) dermatitis. In: Manual of Dermatology
7. Gabrielli A, Svegliati S, Moroncini G, Amico D. New Insights into theRole of Oxidative Therapeutics 7th ed. Massachusetts: Lippincot Williams and Wilkins; 2007. P:175-180
Stress in Scleroderma Fibrosis. The Open Rheumatology Journal. 1(4): 87-95. 2012. 19. Gupta AK, Swan JE. Perioral dermatitis. In: Wiiliams H, Bigbi Mc, Diepgen T, Herxheimer H
8. Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Ed.5. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Nalgi L, Rzany B. Evidence-Based Dermatology. London: BMJ Books;2003. p:125-131.
Indonesia. 2007. 20. Batra, Sonia. Acne. In: Ardnt KA, Hs JT, eds. Manual of Dermatology Therapeutics 7th ed
9. Nelson AM, Thiboutot DM. Biology of Sebaceous Glands. In: Wolff, K., Goldsmith, L.A., Massachusetts: Lippincot Williams and Wilkins; 2007. P:4-18
Katz, S.I., Gilchrest, B.A., Paller, A.S., Leffell D.J. Dermatology In General Medicine. 21. Nguyen SH, Dang TP and Maibach HI. Comedogenicity in rabbit: somecosmeti
McGraw-Hill. 9(1); 687-90. 2008. ingredients/vehicles”. Cutaneous and Ocular Toxicology. 26(4):287-92. 2007.
10. Cuncliffe WJ. Inflammation in acne scarring: a comparison of the responsesin lesions from 22. Dreno B, Poli F. Epidemiology of Acne. Dermatology, Acne Symposium at the World Congres o
patients prone and not prone to scar. British Journal of Dermatology. London. Martin Dunitz Dermatology Paris July 2002. p:7-9. 2003
Ltd. 150(1):72–81. 2007. 23. Zouboulis, Christos C. Update and Future of Systemic Acne Treatment. Dermatology, Acn
Symposium at the World Congres of Drematology Paris July 2002. p:37-42. 2003
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai