Anda di halaman 1dari 76

KELOMPOK 5

PEMICU 6
SARAF DAN KEJIWAAN
KELOMPOK 5
NIM NAMA TUTOR : Donatila Mano, dr., Sp.MK
405170146 FITRI AQILA
405180008 JURIAN PUTRA
405180081 JENNIFER GRACE KETUA : Jurian Putra
405180088 ANGELICA JOANNA CHARITY
KAMALO SEKRE : Ucitha Septyadina
405180098 TIMOTIUS
405180126 LIFIA VIRGINIA WINDIYANTI

405180198 TAHTA RAJESA BIHI JAYA PUTRA


  NEGARA
 
405180219 UCITHA SEPTYADINA
Mahasiswa yang Pintar

Seorang mahasiswa berusia 20 tahun dibawa ke poliklinik oleh kedua orang tuanya karena berperilaku aneh. Menurut
orangtua, mahasiswa tersebut lebih banyak berdiam diri dan sering terdengar berbicara sendiri di dalam kamarnya, serta
nilai pelajarannya menurun drastis.
Dosen di kampus juga melaporkan pasien berperilaku aneh yaitu pergi ke laboratorium riset dengan tujuan membuat
banyak pasukan kloning untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat di dunia ini. Menurut dosennya pasien sangat
terobsesi dengan ide-idenya tersebut sehingga mengabaikan hal-hal lainnya termasuk pelajarannya. Menurut ibunya,
pasien mulai berubah sejak 4 bulan lalu dan sejak 3 minggu terakhir keadaan semakin parah.
Emosi pasien tidak stabil, sering curiga dan terkadang pasien tiba-tiba marah-marah namun sering juga nampak gembira
dan bersemangat berlebihan. Sebelum perubahan perilaku tersebut, pasien termasuk anak yang pandai dan pendiam serta
prestasi di sekolah SMP dan SMA selalu ranking 1.

Apa yang dapat Anda pelajari dari kasus di atas?


Mata kuliah penunjang
• Fisiologi
• Farmakologi
• Ilmu Penyakit Jiwa
Learning issue
1. MM. Fisiologi Mekanisme Stress dan Respond Stress Normal
2. MM. Gangguan psikosis (Definisi dan Klasifikasi, Etiologi Gangguan
Psikosis Model Stress Diathesis dan Model Hipotesis Dopamine,
Patofisiologi Jaras Traktus Dopaminergic, Tanda dan Gejala, Kriteria
Diagnosis, PP, DD, Menjelaskan Diagnosis Multi Aksial pada
Gangguan Psikosis, Talak, KIE, Rujukan)
3. MM. Skizofrenia, Skizoafektif, Gangguan Waham Menetap
LI. 1 MM FISIOLOGI MEKANISME
STRESS DAN RESPOND STRESS
NORMAL
PERAN SISTEM SARAF SIMPATIS DAN EPINEFRIN TERHADAP STRES

• Respons saraf utama thd rangsangan stres  pengaktifan sistem saraf


simpatis generalisata:
- Peningkatan curah jantung & ventilasi
- Pengalihan aliran darah dari bagian yang aktivitasnya ditekan &
mengalami vasokonstriksi (ex saluran cerna & ginjal) ke otot rangka &
jantung yang lebih aktif
- Pengeluaran epinefrin dalam jumlah besar dari medula adrenal 
Epinefrin memperkuat respons simpatis & mencapai tempat-tempat
yang tidak disarafi o/ sistem saraf simpatis (u/ melakukan fungsi lain
ex mobilisasi simpanan karbohidrat & lemak)

HUMAN PHYSIOLOGY: FROM CELLS TO SYSTEMS, 6th Ed, by Lauralee Sherwood


PERAN SISTEM CRH-ACTH-KORTISOL DALAM STRES

• Pengaktifan sistem CRH-ACTH-kortisol


- Kortisol: menguraikan simpanan lemak & protein serta memperbanyak
simpanan karbohidrat & meningkatkan cadangan glukosa darah, asam
amino, & asam lemak (u/ mempertahankan nutrisi ke otak & menyediakan
bahan baku u/ memperbaiki jaringan yang rusak)
- ACTH: mempermudah proses belajar & memengaruhi perilaku 
peningkatan ACTH selama stres psikologis membantu tubuh menghadapi
stresor serupa di masa depan
- B-endorphin: disekresikan bersama dengan ACTH pada stimulasi o/ CRH
selama stress  berperan sbg analgesia (berkurangnya persepsi nyeri) jika
selama stres terjadi cedera fisik

HUMAN PHYSIOLOGY: FROM CELLS TO SYSTEMS, 6th Ed, by Lauralee Sherwood


PERAN RESPONS HORMON LAIN DALAM STRES

Penurunan insulin & peningkatan glukagon  Peningkatan glukosa & asam lemak darah melalui
• Epinefrin & glukagon  kadarnya meningkat dalam darah saat stress  menginduksi
glikogenolisis hati dan glukoneogenesis hati (bersama kortisol)
• Sekresi insulin yang terhambat selama stress  mencegah penguraian simpanan glikogen hati
• Epinefrin, glukagon, & kortisol: menginduksi lipolisis, Insulin: menghambat liposisis 
meningkatkan pembebasan asam lemak dari simpanan lemak
Pemeliharaan volume darah & tekanan darah mll peningkatan aktivitas RAA & vasopressin
• Peningkatan vasopresin selama stres  retensi garam dan H2O  u/ mempertahankan tekanan
darah jika terjadi kehilangan cairan plasma melalui perdarahan/berkeringat berlebihan
• Vasopresin & angiotensin  efek vasopresor langsung (u/ mempertahankan tekanan arteri jika
terjadi kehilangan darah akut)

HUMAN PHYSIOLOGY: FROM CELLS TO SYSTEMS, 6th Ed, by Lauralee Sherwood


PERUBAHAN UTAMA HORMON SELAMA
RESPON STRES
HORMON TUJUAN
Epinefrin ↑ - Memperkuat sistem saraf simpatis dalam menyiapkan tubuh untuk "lawan/lari"
- Memobilisasi simpanan energi lemak & karbohidrat, meningkatkan glukosa
darah dan asam lemak darah
CRH-ACTH-Kortisol ↑ - Memobilisasi simpanan energi & bahan baku metabolik
- Meningkatkan gukosa darah, asam amino darah, & asam lemak darah
- ACTH: mempengaruhi kemampuan belajar & perilaku
- B-endorfin (yang dikeluarkan bersama ACTH): memerantarai analgesia
Glukagon ↑ & Insulin  ↓  Untuk meningkatkan glukosa darah & asam lemak darah
RAA ↑ - Menahan garam & H2O untuk meningkatkan volume plasma
- membantu mempertahankan tekanan darah ketika terjadi kehilangan akut
volume plasma
Vasopresin ↑ - Angiotensin ll dan vasopressin: menyebabkan vasokonstriksi arteriol untuk
meningkatkan tekanan darah
- Vasopresin mempengaruhi kemampuan belajar

HUMAN PHYSIOLOGY: FROM CELLS TO SYSTEMS, 6th Ed, by Lauralee Sherwood


EFEK ANTI INFLAMASI DAN IMUNOSUPRESIF

• Kortisol mendorong agar sistem imun berada dalam keseimbangan


• Menekan migrasi neutrophil ke tempat yang terluka dan ikut serta
dalam aktivitas fagositik dan menghambat sebagian produkis
mediator kimia inflamasi
• Menganggu produksi antibody oleh limfosit

Source : Sherwood Human Physiology From Cells to Systems 9th


STRES OLEH
KOORDINASI

HIPOTALAMUS
ASPEK RESPONS

Source : Sherwood Human Physiology From Cells to Systems 9th


LI 2. MM GANGGUAN PSIKOSIS
Definisi

• Psikosis adalah istilah medis yang merujuk pada keadaan mental yang terganggu
oleh delusi atau halusinasi.
• Delusi adalah kesalah pahaman atau pandangan yang salah terhadap suatu hal,
sementara halusinasi adalah persepsi kuat atas suatu peristiwa yang dilihat atau
didengar tetapi sebenarnya tidak ada.
Klasifikasi Gangguan Jiwa
• Gangguan jiwa dibagi menjadi 2 yaitu : gangguan psikotik dan non
psikotik/neurotik
• Gangguan psikotik terdiri dari organik dan non organik
• Gangguan non psikotik terdiri dari gg. Cemas, gg. Somatoform, gg.
Psikoseksual, gg. Kepribadian
Etiologi-Model Stress Diatesis

Kaplan & Sadock edisi 2


Etiologi- Hipotesis dopamin
• Hipotesis dopamin
• Aktivitas dopamin yang berlebihan -> skizofrenia

• Teori berkembang berdasarkan :


• Kemanjuran antagonis reseptor dopamin yang dapat menghambat reseptor dopamin D 2 sebagai antipsikotik
• Obat yang dapat meningkatkan aktivitas dopaminergik, seperti amfetamin -> bersifat psikotomimetik
• Jalur dopamin di otak -> jalur mesokortikal dan mesolimbik paling sering
• Neuron dopaminergik di jalur tersebut menjulur dari bdan sel di mesenfalon ke neuron dopaminoseptif di sistem
limbik dan korteks serebri
• Terdapat korelasi positif antara konsentrasi plasma metabolit utama dopamin (asam homovanilat) pra-pengobatan
yang tinggi dengan 2 faktor yaitu keparahan gejala psikotik dan respon pengobatan terhadap obat antipsikotik

Kaplan & Sadock edisi 2


Jaras dopaminergik

• Semua reseptor Dopamin terdapat di otak neuron yg mengandung dopamin terkelompok di otak
tengah : substantia nigra dan tegmental area yang paling berperan dalam klinik yaitu reseptor D2
(skizoprenia, parkinson, hiperprolaktinemia, adiksi obat, mual dan muntah)
https://www.researchgate.net/publication/3
23210631_Access_to_the_CNS_Biomarker_S
trategies_for_Dopaminergic_Treatments/fig
ures
• Hormon dopamin adalah substansi yang digunakan antar sel saraf untuk
mengirimkan sinyal yang dilepaskan antar sel saraf. Jika kadarnya menurun, dapat
dipastikan bahwa saraf otak tidak mampu bekerja dengan efektif dalam
mengirimkan sinyal. Alhasil, aktivitas otak terganggu dalam mengatur berbagai
fungsi kognitif dan motorik tubuh. Beberapa hal bisa menyebabkan kondisi
menurunnya dopamine antara lain mengalami penyakit seperti depresi,
skizofrenia, gangguan psikosis, dan penyakit parkinson

• kelebihan kadar dopamin yang tidak berlebihan mampu menguntungkan kondisi


kesehatan mental maupun fisik. Akibatnya, kondisi ini meningkatkan kinerja
seseorang dalam belajar ataupun bekerja.
Tanda gejala
• Halusinasi
yaitu sebuah kondisi yang ditandai dengan adanya sebuah persepsi yang dirasakan tanpa adanya
rangsangan nyata terhadap panca indra. Sebagai contoh, pengidap merasa melihat suatu sosok atau
mendengar suara yang tidak nyata.
• Delusi
atau waham adalah sebuah keyakinan yang dipegang oleh pengidap, tetapi keyakinan tersebut
adalah salah. Misalnya, seseorang merasa dirinya adalah seorang manusia super yang bisa terbang
• Kesulitan berkonsentrasi
• Merasa tidak nyaman disekitar orang lain
Kriteria diagnosis
• Sulit berkonsentrasi
• Gangguan tidur
• Gelisah
• Gangguan berinteraksi dengan orang lain
• Berbicara melantur
DD dan PP
• Diagnosis dari psikosis ditegakkan melalui pemeriksaan riwayat,fisik
dan mental, kemudian dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan
penunjang jika dicurigai gejala psikosis yang muncul diakibatkan suatu
kelainan organik yang diidap oleh pengidap, misalnya dengan
pemeriksaan CT scan atau MRI.
Diagnosis Multiaksial
• Tujuan dari diagnosis multiaksial adalah sebagai berikut
1. Mencakup informasi yang komprehensif (gangguan jiwa, kondisi fisik umum, masalah
psikososial dan lingkungan, taraf fungsi secara global), sehingga dapat membantu dalam:
a. Perencanaan terapi, dan
b. Menentukan “outcome” atau prognosis.

2. Format yang “mudah” dan “sistematik”, sehingga dapat membantu dalam:


a. Menata dan mengkomunikasikan informasi klinis
b. Menangkap kompleksitas situasi klinis; dan
c. Menggambarkan heterogenitas individual dengan diagnosis klinis yang sama.
d. Memacu penggunaan “Model bio-psiko-sosial” dalam klinis, pendidikan, dan peneliti
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2018/09/Klasifikasi-Kodefikasi-Penyakit-Masalah-Terkait-III_SC.pdf
Diagnosis multiaksial terdiri dari 5 aksis, yaitu sebagai berikut.
- Aksis I: Gangguan klinis. Termasuk Kondisi lainnya yang dapat merupakan focus
perhatian klinis.
- Aksis II: Gangguan kepribadian. Termasuk retardasi mental.
- Aksis III: Kondisi medis umum atau gangguan fifik yang berhubungan dengan gangguan
mental.
- Aksis IV: Problem psikososial dan lingkungan, biasanya setahun sebelumnya, seperti
tidak punya pekerjaan, perceraian, problem keuangan, korban penelantaran anak, dan
yang lainnya.
- Aksis V: Penilaian fungsi secara global (GAF, Global Assesment of Functional Scale) yang
merupakan pengukuran fungsi umum (kisaran skala 1 sampai 100), dan digunakan
dalam melaksanakan penatalaksanaan serta meramalkan hasil .

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2018/09/Klasifikasi-Kodefikasi-Penyakit-Masalah-Terkait-III_SC.pdf
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2018/09/Klasifikasi-Kodefikasi-Penyakit-Masalah-Terkait-III_SC.pdf
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2018/09/Klasifikasi-Kodefikasi-Penyakit-Masalah-Terkait-III_SC.pdf
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2018/09/Klasifikasi-Kodefikasi-Penyakit-Masalah-Terkait-III_SC.pdf
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2018/09/Klasifikasi-Kodefikasi-Penyakit-Masalah-Terkait-III_SC.pdf
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2018/09/Klasifikasi-Kodefikasi-Penyakit-Masalah-Terkait-III_SC.pdf
Klasifikasi dan Urutan Hierarki Blok Diagnosis gangguan Jiwa berdasarkan PPDGJ-III
• F0 Gangguan mental organik termasuk gangguan mental simtomatik
- F00 - F03 Demensia
- F04 - F07, F09 Sindrom Amnestik dan Gangguan Mental Organik
• F1 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alkohol dan zat psikoaktif lainnya
- F10 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alkhohol
- F11, F12, F14 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan Opioida/ kanabinoida/kokain
- F13, F15, F16 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan Sedativa/Hipnotika/stimulansia
lain/Hallusinogenika
- F17, F18, F19 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan Tembakau/pelarut yang mudah menguap/zat
Multiple dan Zat psikoaktif lainnya
• F2 Skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham
- F20, F21, F23 Skizofrenia, Gangguan skizitipal, Psikotik akut dan sementara
- F22, F24 Gangguan waham menetap, gangguan waham terinduksi
- F25 Gangguan Skizoafektif
- F28, F29 Gangguan Psikoaktif non-organik lainnya atau YTT
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2018/09/Klasifikasi-Kodefikasi-Penyakit-Masalah-Terkait-III_SC.pdf
• F3 Gangguan suasana perasaan (mood/afektif)
- F30, F31 Episode manik, Gangguan afektif bipolar
- F32 - F39 Episode depressif, Gangguan depressi berulang, Gangguan suasana Perasaan (Mood/afektif)
menetap/lainnya/ YTT.
• F4 Gangguan Neurotik, Gangguan somatoform, dan gangguan terkait stress
- F40, F41 Gangguan ansietas, Fobik atau lainnya
- F42 Gangguan Obsesif-kompulsif
- F43, F45, F48 Reaksi terhadap stres berat, dan gangguan penyesuaian, gangguan somatoform, Gangguan
neurotik lainnya.
- F44 Gangguan dissosiatif (konversi)
• F5 Sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik
- F50 - F55, F59 Gangguan makan, gangguan tidur, Disfungsi Seksual, atau gangguan perilaku lainnya
• F6 Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa
- F60 - F69 Gangguan kepribadian, gangguan kebiasaan dan Impuls, gangguan identitas dan preferensi
seksual

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2018/09/Klasifikasi-Kodefikasi-Penyakit-Masalah-Terkait-III_SC.pdf
• F7 Retardasi Mental
- F70 - F79 Retardasi Mental
• F8 Gangguan Perkembangan Psikologis
- F89 Gangguan Perkembangan Psikologis
• F9 Gangguan Perilaku dan emosional dengan onset biasanya pada masa anak dan remaja
- F90 - F98 Gangguan Hiperkinetik, Gangguan tingkah laku, Gangguan emosional atau
gangguan fungsi sosial Khas, gangguan “tic”, Atau gangguan perilaku dan emosional
lainnya.

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2018/09/Klasifikasi-Kodefikasi-Penyakit-Masalah-Terkait-III_SC.pdf
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2018/09/Klasifikasi-Kodefikasi-Penyakit-Masalah-Terkait-III_SC.pdf
1. Psikofarmakologi
• Penanganan penderita gangguan jiwa dengan cara ini adalah dengan memberikan terapi obat-
obatan yang ditujukan pada gangguan fungsi neuro-transmitter sehingga gejala-gejala klinis
dari gangguan jiwa dapat dihilangkan. Terapi obat diberikan dalam jangka waktu relatiflama,
berbulan bahkan bertahun-tahun.
• Berbagai jenis obat psikofarmakologi yang beredar di pasaran yang hanya dapat diperoleh
dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan generasi
- Pertama (typical) dan golongan kedua (atypical). Obat yang termasuk golongan generasi
pertama misalnya chlorpromazine HCL (psikotropik untuk menstabilkan senyawa otak), dan
Haloperidol (mengobati kondisi gugup).
- Obat yang termasuk generasi kedua misalnya,Risperidone (untuk ansietas), Aripiprazole
(untuk antipsikotik)

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2018/09/Klasifikasi-Kodefikasi-Penyakit-Masalah-Terkait-III_SC.pdf
2. Psikoterapi
• Terapi kejiwaan yang harus diberikan apabila penderita telah diberikan terapi psikofarmaka dan telah mencapai
tahapan di mana kemampuan menilai realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik. Psikoterapi
baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter, agar
supaya ia tidak mengasingkan diri lagi, karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang
baik. Salah satu bagian dari terapi yang dianjurkan adalah untuk mengadakan permainan atau latihan bersama.
• Psikoterapi ini bermacam-macam bentuknya antara lain psikoterapi suportif yang dimaksudkan untuk
memberikan dorongan, semangat, dan motivasi agar penderita tidak merasa putus asa dan dan kehilangan
semangat juangnya. Psikoterapi reedukatif dimaksudkan untuk memberikan pendidikan ulang yang bertujuan
untuk memperbaiki kesalahan pendidikan di waktu lalu.
• Selanjutnya ada psikoterapi rekonstruktif dimaksudkan untuk memperbaiki kembali kepribadian yang telah
mengalami keretakan menjadi kepribadian utuh seperti semula sebelum sakit.
• Psikoterapi kognitif dimaksudkan untuk memulihkan kembali fungsi kognitif (daya pikir dan daya ingat) rasional
sehingga penderita mampu membedakan nilai-nilai moral dan etika.
• Psikoterapi perilaku dimaksudkan untuk memulihkan gangguan perilaku yang terganggu menjadi perilaku yang
mampu menyesuaikan diri. Psikoterapi keluarga dimaksudkan untuk memulihkan penderita dan keluarganya
• Pemberian amobarbital (Amytal), tiopental atau pentobarbital dalam suatu wawancara untuk membuat pasien
dalam keadaan sedasi baik untuk diagnostik maupun terapeutik (narkonalisis).

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2018/09/Klasifikasi-Kodefikasi-Penyakit-Masalah-Terkait-III_SC.pdf
3. Terapi Psikososial
• Terapi ini bertujuan agar penderita mampu kembali beradaptasi dengan lingkungan sosialnya dan
mampu merawat diri, mampu mandiri tidak tergantung pada orang lain sehingga tidak menjadi
beban keluarga. Selama menjalani terapi psikososial ini penderita hendaknya masih tetap
mengkonsumsi obat psikofarmaka.

4. Rehabilitasi
• Program rehabilitasi penting dilakukan sebagi persiapan penempatan kembali pasien ke keluarga
dan masyarakat.
• Program ini biasanya dilakukan di lembaga (institusi) rehabilitasi misalnya di suatu rumah sakit jiwa.
Dalam program rehabilitasi dilakukan berbagai kegiatan, antara lain, dengan terapi kelompok yang
bertujuan membebaskan penderita dari stress dan dapat membantu agar dapat mengerti dengan
jelas sebab dari kesukaran yang dirasakannya dan membantu terbentuknya mekanisme pembelaan
yang lebih baik dan dapat diterima oleh keluarga dan masyarakat, menjalankan ibadah keagamaan
bersama, kegiatan kesenian, terapi fisik berupa olah raga, keterampilan, berbagai macam kursus,
bercocok tanam, rekreasi.

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2018/09/Klasifikasi-Kodefikasi-Penyakit-Masalah-Terkait-III_SC.pdf
LI. 3 MM SKIZOFRENIA,
SKIZOAFEKTIF, GANGGUAN
WAHAM MENETAP
Skizofrenia
Derived from the Greek
'schizo' (splitting) and 'phren'
(mind) with the term
first coined by Eugen Bleuler
in 1908, schizophrenia is a
functional psychotic disorder
characterized by the presence
of delusional beliefs,
hallucinations, and
disturbances in thought,
perception, and behavior.
Epidemiology
• Schizophrenia is equally prevalent in men and women
• The peak ages of onset are 10 to 25 years for men and 25 to 35 years
for women.
• Persons who develop schizophrenia are more likely to have been born
in the winter and early spring
• Substance abuse is common in schizophrenia. The lifetime prevalence
of any drug abuse (other than tobacco) is often greater than 50
percent
Etiology
• Gene factor : Recently, mutations of the genes dystrobrevin (DTNBPl) and neureglin 1
have been found to be associated with negative features of schizophrenia.
• Schizophrenia results from too much dopaminergic activity
• Current hypotheses posit serotonin excess as a cause of both positive and negative
symptoms in schizophrenia.
• Anhedonia-the impaired capacity for emotional gratification and the decreased ability to
experience pleasurehas long been noted to be a prominent feature of schizophrenia. A
• selective neuronal degeneration within the norepinephrine reward neural system could
account for this aspect of schizophrenic symptomatology
• GABA has a regulatory effect on dopamine activity, and the loss of inhibitory GABAergic
neurons could lead to the hyperactivity of dopaminergic neurons.
• Glutamate has been implicated because ingestion of
• phencyclidine, a glutamate antagonist, produces an acute syndrome similar to
schizophrenia
Jenis
• JARAS Domaiminergik terganggu
Paranoid Type. The paranoid type
of schizophrenia is
characterized by preoccupation
with one or more delusions or
frequent auditory hallucinations.
Classically, the paranoid type
of schizophrenia is characterized
mainly by the presence of m
ilusions of persecution or grandeur
Disorganized type
Disorganized Type. The
disorganized type of
schizoophrenia is characterized
by a marked regression to
primitive,
disinhibited, and unorganized
behavior and by the absence o
• Catatonic tipe : The catatonic type of schizophrenia,
which was common several decades ago, has become rare in Europe
and North America. The classic feature of the catatonic type is a
marked disturbance in motor function; this disturbance may involve
stupor, negativism, rigidity, excitement, or posturing
Undifferentiated Type. Frequently, patients
who clearly
have schizophrenia cannot be easily fit into
one type or another.
These patients are classified as having
schizophrenia of the
undifferentiated type.
Residual Type. The residual type of schizophrenia is characterized by
continuing evidence of the schizophrenic disturbance in
the absence of a complete set of active symptoms or of sufficient
symptoms to meet the diagnosis of another type of schizophrenia.
Emotional blunting, social withdrawal, eccentric behavior, illogical
thinking, and mild loosening of associations commonly appear
in the residual type.
Tatalaksana
• Clozapine (Clozaril), the first effective antipsychotic with
negligible extrapyramidal side effects, it was associated with a
substantial risk of agranulocytosis
• acute phase focuses on alleviating the most
severe psychotic symptoms. This phase usually lasts from 4 to 8
weeks. Acute schizophrenia is typically associated with severe
agitation, which can result from such symptoms as frightening
delusions, hallucinations, or suspiciousness, or from other causes
(including stimulant abuse) and can treated by Clozapine or
benzodiazepine
Medikamentosa therapy
• Treatment During Stabilization and Maintenance Phase : In the stable or
maintenance phase, the illness is in a relative stage of remission. The goals during
this phase are to prevent psychotic relapse and to assist patients in improving
their level of functioning
• Noncompliance with long-term antipsychotic treatment is very high. An estimated
40 to 50 percent of patients become noncompliant within 1 or 2 years
• Compliance increases when long-acting medication is used instead of oral
medication. When beginning long-acting drugs, some oral supplementation is
necessary while peak plasma levels are being achieved.
• Fluphenazine and haloperidol have been formulated as longacting injectables.
Long-acting forms of risperidone, paliperidone, aripiprazole, and olanzapine are
also available.
Pyschosocial therapy
• Psychosocial therapies include a variety of methods to
• increase social abilities, self-sufficiency, practical skills, and
• interpersonal communication in schizophrenia patients.
• Social skills training
• Family oriented therapy : Family must help the patient by focus on the
immediate situation, identifying and avoiding potentially troublesome
situations that can cause the patient relapse.
Gangguan Skizoafektif
• Adanya episode depresi mayor, manik atau campuran bersamaan dengan gejala
skizofrenia kriteria A (ada waham, halusinasi, perilaku aneh, gejala negatif).
Berlangsung paling sedikit 1 bulan.
• Kriteria episode depresi mayor  berlangsung 2 mggu, kriterianya mood
terdepresi yg perpasif
• Episode manik  adanya suasana perasaan melambung, meningkat, ekspansif,
iritabel berlangsung paling sedikit 1 mnggu.
• Episode campuran  campuran kedua suasana perasaan tersebut berlangsung
plg dikit 1 minggu
• Gambaran utama  terjadi dalam periode tunggal yg terus menerus (tdk boleh
terputus-putus).

Buku Ajar Psikiatri Edisi Kedua Universitas Indonesia


• Gangguan skizoafektif merupakan salah satu jenis gangguan
kepribadian yang ditandainya dengan adanya kelainan mental rancu
yang merupakan kombinasi antara ciri-ciri skizofrenia dan gangguan
afektif yang mana kedua gangguan ini sama-sama menonjol dalam
waktu yang bersamaan ataupun bergantian satu sama lainnya setiap
harinya dalam satu episode yang sama.
• Dapat disimpulkan jika gangguan skizoafektif memiliki ciri-ciri baik
gangguan skizofrenia dan afektif (gangguan mood). 

Hodgkinson CA, Goldman D, Jaeger J, et al. 2004. Disrupted in schizophrenia 1 (DISC1):association with schizophrenia, schizoaffective
Etiologi
• Memang belum diketahui dengan pasti apa yang menjadi penyebab gangguan
skizoafektif dapat terjadi pada diri seseorang. Namun ada beberapa faktor yang
memicu resiko pasien mengalami gangguan skizoafektif, antara lain adalah:
• Memiliki hubungan darah dengan penderita gangguan skizoafektif, skizofrenia,
maupun penderita dengan ciri-ciri bipolar disorder
• Pernah mengalami kejadian yang memicu depresi dan stress berat.
• Mengkonsumsi obat-obatan yang mempengaruhi pola pikir seperti psikotropika
atau psikoaktif.

Hodgkinson CA, Goldman D, Jaeger J, et al. 2004. Disrupted in schizophrenia 1 (DISC1):association with
schizophrenia, schizoaffective disorder, and bipolar disorder. Am J  Hum Genet , 75:862– 72.
Gejala
• Gejala gangguan skizoafektif merupakan gabungan dari gejala skizofrenia :
- Halusinasi, sering mendengar bisikan
- Kekacauan komunikasi
- Delusi dengan gangguan mood (afektif) seperti kesedihan, depresi, amarah,
histeria, dan kecemasan.
• Gangguan jiwa skizoafektif ini dibagi menjadi 2 jenis yaitu jenis :
- Bipolar
- depresif

Hodgkinson CA, Goldman D, Jaeger J, et al. 2004. Disrupted in schizophrenia 1 (DISC1):association with
schizophrenia, schizoaffective disorder, and bipolar disorder. Am J  Hum Genet , 75:862– 72.
Subtipe
Ada tiga subtipe gangguan skizoafektif yaitu:
a. Tipe Manik
b. Tipe Depresi
c. Tipe Campuran

Keputusan Menteri Kesehatan RI No HK.02.02/MENKES/732015 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa
Diagnosis Gangguan Jiwa. PPDGJ-III & DSM-5.
Diagnosis Gangguan Jiwa. PPDGJ-III & DSM-5.
Diagnosis Gangguan Jiwa. PPDGJ-III & DSM-5.
Diagnosis
• Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif
adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang
bersamaan, atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu
episode penyakit yang sama, dan sebagai konsekuensinya, episode penyakit tidak
memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode manik atau depresif.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No HK.02.02/MENKES/732015 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa
Kaplan & Sadock’s synopsis of psychiatry: behavioral sciences/clinical psychiatry. 11th ed, 2015.
Kaplan & Sadock’s synopsis of psychiatry: behavioral sciences/clinical psychiatry. 11th ed, 2015.
DD
a. Gangguan psikotik akibat kondisi medik umum
b. Delirium
c. Demensia
d. Gangguan psikotik akibat zat
e. Skizofrenia
f. Gangguan mood dengan gambaran psikotik
g. Gangguan waham

Keputusan Menteri Kesehatan RI No HK.02.02/MENKES/732015 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa
PP
• Pemeriksaan berat badan (BMI), lingkaran pinggang, TD
• Pemeriksaan laboratorium, DPL, fungsi liver, profil lipid, fungsi ginjal,
glukosa sewaktu, kadar litium plasma
• PANSS, YMRS, MADRS.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No HK.02.02/MENKES/732015 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa
Tatalaksana
Fase Akut
• Skizoafektif tipe manik atau tipe campuran Terapi Monoterapi
a. Farmakoterapi 1. Olanzapin, Risperidon, Quetiapin, Aripiprazol
Injeksi 2. Litium, Divalproat.
 Olanzapin Terapi Kombinasi
 Aripriprazol 3. Olz +; Li/Dival Olz + Lor; Olz + Li/Dival+Lor
 Haloperidol 4. Ris + Li/Dival; Ris + Lor; Ris + Li/Dival + Lor
 Diazepam 5. Que + Li/Dival
Oral 6. Aripip + Li/Dival; Aripip + Lor; Aripip + Li/Dival +
 Olanzapin Lor
 Litium Karbonat Lama pemberian obat untuk fase akut adalah 2-8 minggu
atau sampai tercapai remisi absolut yaitu YMRS ≤ 9 atau
 Lorazepam MADRS ≤ 11 dan PANSS-EC ≤ 3 per butir PANSS-EC
 Haloperidol b. Psikoedukasi
c. Terapi lainnya
ECT  untuk pasien refrakter

Keputusan Menteri Kesehatan RI No HK.02.02/MENKES/732015 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa
• Skizoafektif tipe depresi
a. Psikofarmako
Injeksi
 Olanzapin
 Aripriprazol
 Haloperidol
 Diazepam
Oral
 Litium
 Antidepresan SSRI (fluoksetin)
 Antipsikotika generasi 2 (olanzapine)
 Haloperidol
b. Psikoedukasi
c. Terapi lainna
ECT  untuk pasien refrakter terhadap obat atau katatonik
Keputusan Menteri Kesehatan RI No HK.02.02/MENKES/732015 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa
Prognosis
• Prognosis skizoafektif lebih baik dari pada skizofrenia tetapi lebih
buruk bila dibandingkan dengan gangguan mood. Perjalanan
penyakitnya cenderung tidak mengalami deteriorasi dan responsnya
tehadap litium lebih baik daripada skizofrenia.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No HK.02.02/MENKES/732015 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa
Delusi Etiologi
• Adlh keyakinan yang salah yang tidak sesuai dengan • Faktor biologis:
budaya
• Faktor psikodinamik
• Diagnosis waham ditegakkan bila seseroang
memperlihatkan waham yg tidak bizar dengan durasi • Kontribusi freud
sekurang2nya 1 bulan dan tidak disebabkan olehh
gangguan psikiatri lain • Pseudokomunitas paranoid
• Tidak bizar berarti bahwa waham harus mengenai situasi • Faktor psikodinamik lain
yang dapat terjadi dlm kehidupan nyata spt merasa
• Mekanisme defensi
diikuti, terinfeksi, dicintai dari jauh dan lain2 artinya
mereka biasanya harus mengalami fenomena tsb • Faktor relevan lain
• Epidemiologi:
• Usia rata2 sekitar 40 thn ttp kisaran usia awitan dimulai dari
18-90 thn
• Sedikit kecenderungan bahwa perempuan lebih sering terkena
• Laki2 lbh mungin mengalami waham paranoid drpd
perempuan yg lbh mungkin mengalami waham erotomania
Diagnosis dan gambaran klinis
• Mental status
• Umum
• Rapi dan berpakain layak, tanpa tanda disintegrasi kepribadian atau aktivitas
harian yg menyeluruh, tampak eksentrik, aneh, curiga atau bermusuhan
• Bermasalah dgn hukum dan dpt membuat kecenderungan tsb jelas bg
pemeriksa
• Px status mental memperlihatkan hasil normal kec adanya system wahan yg
scr nyata abnormal
• Suasanan hati, perasaan dan pengaruh
• Suasana hati konsisten dengan delusi
• Grandiose delusion → euphoria
• Persecutory delusion → curiga
• Gangguan persepsi
• Halusinasi tidak menonjol/berkelanjutan
• Pikiran→ g3 dalam bentuk delusi
• Sensorium dan kognisi
• Orientasi → tidak ada kelainan
• Memori→ memori dan kognitif intak
• Kontrol impuls
• Mengevaluasi pasien dgn g3 delusi u/ ide/rencana u/ bertindak sesuai delusi
→ bunuh diri, pembunuhanm kekerasan, dll
• Jugdment and insight
• Tidak memiliki waswasan tentang kondisi mereka dan hamper selalu dibawa
ke RS
• Waham cemburu
• G3 waham dengan tipe ketidaksetiaan disebut conjugal paranoia
• Biasanya mengenai laki2

Tipe Waham • Dapat tampak mendadak dan dapat menjelaskan kejadian saat ini dan masa lalu
yang dialami pasien yang melibatkan perilaku pasangan→ sulit ditangani dan
hanya dikurangi dgn berpisah, bercerai atau kematian
• Waham kejar/persecutory • Kecemburuan yang nyata merupakan suatu gejala pd banyak g3 yg termasuk
• Adlh gejala klasik g3 saham skizofrenia, epilepsy, g3 mood, penyalahgunaan obat dan alkoholisme
• Sering dikaitkan dengan keanehan, • Cemburu adlh emosi yg kuat bl tjd pd g3 waham atau sbg bag keadaan lain scr
cepat marah, kemarahan dan potensial sgt berbahaya dan menyebabkan kekerasan baik membunuh maupun
kemarahan kadang mungkin bunuh diri
menyerang/ membunuh; mjd sibuk • Penyiksaan scr verbal dan fisik diantara orang2 dengan gejala ini tjd lbh sering
dgn ligitasi formal drpd Tindakan yg ekstrimWaham erotomania
• Mengalami waham kekasih rahasia
• Paling sering dialami perempuan ttp laki2 juga
• Pasien percaya bahwa pelamar (yg biasanya scr social lbh menonjol drpd dirinya)
jatuh cinta padanya
• Waham mjd focus sentral eksistensi pasien dan awitan dpt mendadak
• Erotomania, psychose passionelle juga disebut sindrom de clerambault u/
menekankan kejadiannya pd g3 yg berbeda
• Ciri khas:
• Tdk selalu perempuan
• Penampilan tdk menarik
• Bekerja ditingkat renah
• Menari diri
• Kesepian hidup sneidiri
• Mempunyao sedikit kontak
• Waham erotomania • Waham somatic
• Mengalami waham kekasih rahasia • Disebut psikosi hipokondriasis monosimtomatik
• Paling sering dialami perempuan ttp laki2 juga • Tingkat g3 realita pd keadaan tsb berbeda dr keadaan gejala
• Pasien percaya bahwa pelamar (yg biasanya scr social lbh hipokondriasis
menonjol drpd dirinya) jatuh cinta padanya • Pd g3 waham, waham menetap, tdk dpt dibantah dan sgt kuat
• Waham mjd focus sentral eksistensi pasien dan awitan dpt krn pasien scr total diyakinkan o/ sifat fisit g3
mendadak • Pd hipokondriasis →ketakutan thd penyakitnya tdk berdasar
• Erotomania, psychose passionelle juga disebut sindrom de • Isi waham somatic bervariasi
clerambault u/ menekankan kejadiannya pd g3 yg berbeda • 3 tipe utama:
• Kriteria operasional diagnosis erotomania • Waham infestasi→ memiliki awitan lbh dini (±25 tahun), sebag besar laki2,
status bujangan dan tdk ada riwayat pengobatan psikiatri
• Keyakinan delusi komunikasi amorus
• Waham dismorfofobia
• Objek dari peringkat yang jauh lebih tinggi • Waham bau tubuh yg tdk sedap/halositosis
• Objek menjadi yang pertama jatuh cinta • Sindrom referensi olfaktorius

• Objek menjadi yang pertama u/ membuat kemajuan • Mempunyai prognosis buruk tanpa pengobatan
• Onset mendadak (7hari) • Menyerang kedua jenis kelamin sama banyak
• Objek tetap tidak berubah • Jarang ditemukan Riwayat penyakit terdahulu/keluarga yg
• Pasien merasionalisasi perilaku paradoks objek menderita psikotik
• Kursus kronis • Pd pasien muda→ sering tjd Riwayat kecanduan zat/cedera
kepala
• Tidak adanya halusinasi
• Ciri khas:
• Tdk selalu perempuan
• Penampilan tdk menarik
• Bekerja ditingkat renah
• Menari diri
• Kesepian hidup sendiri
• Mempunyai sedikit kontak seksual
• Waham kebesaran/megalomania • Gangguan waham terinduksi (shared psychotic disorder)
• Dijelaskan pada paranoia Kraepelin • Disebut induced psychotiv disorder, folie a de ux, folie impose dan
• Waham campuran double insanity
• Pasien dgn dua/lbh tema waham • Ditandai dgn transfer waham dr satu org ke org lain→ kedua org
sagt dekat dlm jangka waktu lama dan hidup Bersama dlm isolasi
• Waham tak terinci social
• Waham yg menonjol tdk dpt digolongkan dlm kat sblmnya
• Bentuk khusus
• Waham sindorm Capgras • Folie simultanee→ 2org mjd psikotik scr bersamaan dan memiliki waham yg sama
• adlh keyakinan bahwa org yg dikenal telah digantikan • Lbh dr 2 org terkena → cth folie a troism quatre,cing, folie a famille)
o/ penipu yg lihai • Folie a deux→ kakak-adik perempuan, suami-istri dan ibu-anak, kombinasi lain
• Bahwa penyiksa.org yg dikenal dpt berkedok sbg • .
orang asing (fenomena frefoli)
• Waham yg sgt langka bahwa org2 yg dikenal dpt mengubah
diri mereka mjd orang lain sewaktu2 (intermetamorfosis)
• Lbh menonjol pd perempuan
• Mempunyai gambaran paranoid
• Rasa depersonalisasi/derealisasi
• Dpt berlangsung singkat, rekuren, persisten
• Sindrom delire de negation/ g3 waham nihilistic/ sindrom
cotard→ mengeluh mengalami kehilangan tdk hanya hak
milik, status dan kekuatan ttp juga jantung, darah, dan usus
Perjalanan dan prognosis
• G3 waham dianggap merupakan diagnosis yg cukup stabil
• Kurang dr 25 persen akhirnya didiagnosis sbg skizogrenia
• Kurang dr 10 persen mengalami g2 mood
• Sekitar 50 persen pasien sembuh dgn follow up jangka Panjang
• 20 persen mengalami pengurangan gejala
• 30 persen tidak mengalami perubahan gejala
• Prognosis baik
• Tingkat pekerjaan, sosial dan penyesuaian fungsional baik
• Jenis kelamin perempuan
• Awitan sblm usia 30 thn
• Awitan mendadak
• Durasi penyakit singkat
• Adanya factor pesipitasi
• Waham kejar, somatic dan erotic dianggap mempunyai prognosis lbh baik drp waham cemburu dan kebesaran
Pengobatan
• G3 waham
• Umumnya dianggap resisten thd pengobatan dan intervensi sering
difokuskan pd penanganan morbiditas gangguan dgn mengurangi efek
waham thd kehidupan pasien (dan keluarga)
• Tujuan pengobatan
• Menegakkan diagnosis
• Memutuskan intervensi yg sesuai
• Menangani komplikasi
• Psikoterapi
• Unsur penting → menegakkan suatu hub yg menyebabkan pasie mulai
mempercayai terapis
• Terapi individual lbh efektif drpd terpai kelompok; terapi perilaku,
kognitif dan suportid yg berorintasi pemaham sering efektif
• Pendekatan membangun persekutuan terapeutik→ membentuk empati
thd pengalam internal pasien yg dipenuhi o/ perasaan dikejar2
• Tujuan akhir→ membantu pasien meragukan persepsinya
• Rawat inap di rumah sakit
• Pasien dgn g3 waham biasanya dpt menjalani pengobatan sbg pasien rawat jalan
• Alasan
• Memerlukan evaluasi neurologis dan medi lengkapp
• Memerlukan penilaian kemampuan mengontrol impul kekerasan
• Perilaku pasien mengenai waham scr signifikan dpt memengaruhi kemampuannya berfungsi dalam keluarga atau
pekerjaanya
• Farmakoterapi
• Situasi gawat darurat→ teragitasi berat harus diberikan obat antipsikotik intramuscular
• Riwayat pasin thdp respon pengobatan adlh petunjuk terbaik u/ memilih obat, dimulai dgn dosis rendah
dan menaikkan perlahan
• Kegagalan pengobatan: gagal respon pengobatan, ketidakpatuhan
• Kepatuhan pemberian obat dipermudah jika pasien menerima psikoterapi bersamaan
• Jika pasien tdk sembuh dgn pengobatan antipsikotik, obat hrs dihentikan
• Pemakaian antidepresan, litium, anti kejang dan valproat

Anda mungkin juga menyukai