Anda di halaman 1dari 59

DASAR-DASAR ETIKA

Kasus-Analisis-Etika&Laba-Studi Etika-Masalah
Etika-Pengertian-Budaya Organisasi-Prinsip Etika-Hak
dan Kewajiban-Menciptakan Etika

Tini Elyn Herlina S.Sos., M.M.


LEARNING FROM CASES
1. Melubernya lumpur dan gas panas di
Kabupaten Sidoarjo yang disebabkan
eksploitasi gas PT Lapindo Brantas.
• Dalam kasus Lapindo, bencana memaksa
penduduk kehilangan tempat tinggal, pekerjaan
dan masa depan.
• Perusahaan pun terkesan lebih mengutamakan
penyelamatan aset-asetnya daripada mengatasi
soal lingkungan dan sosial yang ditimbulkan.
2. Obat anti nyamuk HIT yang diketahui memakai
bahan pestisida berbahaya yang dilarang
penggunaannya sejak tahun 2004.
• Pada kasus HIT, meski perusahaan pembuat
sudah meminta maaf dan berjanji akan menarik
produknya, ada kesan permintaan maaf itu
2klise. Penarikan produk yang kandungannya
bisa menyebabkan kanker itu terkesan tidak
sungguh-sungguh dilakukan. Produk berbahaya
itu masih beredar di pasaran
3. General Motors (1993)
• Menempatkan tangki bahan bakar dlm posisi berbahaya untk
menghemat biaya. (Kasus Patricia)
• Tangki diletakkan di belakang as roda dgn jarak 11 inci.
(standar 17 inci)
• Dengan posisi tangki seperti ini, perusahaan menghemat
$6,19 / mobil.
• Setiap kebakaran bahan bakar membebani mobil $2,4.
• Biaya untuk meletakkan tangki pd posisi yang standar $ 8,59.
• 6 tuntutan thn 1960, 25 pd thn 1972
4. Bencana triangle Shirtwaist factory 1911

• Pemilik pabrik di wilayah garmen di


Manhattan menempatkan pekerjanya dlm
ruangan terkunci utk mencegah mereka
melarikan diri.
• 146 tewas karena kebakaran.
Analisis: Pengaruh Bisnis Terhadap Etika
• Dari kasus-kasus yang disebutkan sebelumnya, bagaimana
perusahaan bersedia melakukan apa saja demi laba.
• Dalam bisnis, satu-satunya etika yang diperlukan hanya
sikap baik dan sopan kepada pemegang saham.
• Kepentingan utama bisnis adalah menghasilkan keuntungan
maksimal bagi shareholders.
• Fokus itu membuat perusahaan yang berpikiran pendek
dengan segala cara berupaya melakukan hal-hal yang
bisa meningkatkan keuntungan.
• Kompetisi semakin ketat dan konsumen yang kian rewel
sering menjadi faktor pemicu perusahaan mengabaikan
etika dalam berbisnis.
Hubungan Etika dan Laba
• Di era kompetisi yang ketat ini, reputasi baik
merupakan sebuah competitive advantage
yang sulit ditiru.
• Salah satu kasus yang sering dijadikan acuan
adalah bagaimana Johnson & Johnson (J&J)
menangani kasus keracunan Tylenol tahun
1982.
• Pada kasus itu, tujuh orang dinyatakan mati
secara misterius setelah mengonsumsi Tylenol
di Chicago.
• Meski penyelidikan masih dilakukan guna
mengetahui pihak yang bertanggung jawab, J&J
segera menarik 31 juta botol Tylenol di pasaran dan
mengumumkan agar konsumen berhenti
mengonsumsi produk itu hingga pengumuman lebih
lanjut.
• Hasilnya membuktikan, keracunan itu disebabkan
oleh pihak lain yang memasukkan sianida ke botol-
botol Tylenol. Biaya yang dikeluarkan J&J dalam
kasus itu lebih dari 100 juta dollar AS
• Secara jangka panjang, filosofi J&J yang
meletakkan keselamatan konsumen di atas
kepentingan perusahaan berbuah keuntungan
lebih besar kepada perusahaan.
• Begitu kasus diselesaikan, Tylenol dilempar
kembali ke pasaran dengan penutup lebih
aman dan produk itu segera kembali menjadi
pemimpin pasar (market leader) di Amerika
Serikat.
Studi tentang etika
1.Doug Lennick dan Fred Kiel, 2005 (dalam Itpin,
2006) penulis buku Moral Intelligence,
berargumen bahwa perusahaan-perusahaan
yang memiliki pemimpin yang menerapkan
standar etika dan moral yang tinggi terbukti
lebih sukses dalam jangka panjang.
2. Miliuner Jon M Huntsman, 2005 (dalam Itpin,
2006) dalam buku Winners Never Cheat: kunci
utama kesuksesan adalah reputasinya sebagai
pengusaha yang memegang teguh integritas
dan kepercayaan pihak lain.
3. Sebuah studi selama dua tahun yang dilakukan The
Performance Group, sebuah konsorsium yang terdiri
dari Volvo, Unilever, Monsanto, Imperial Chemical
Industries, Deutsche Bank, Electrolux, dan Gerling,
menemukan bahwa pengembangan produk yang
ramah lingkungan dan peningkatan environmental
compliance bisa menaikkan EPS (earning per share)
perusahaan, mendongkrak profitability, dan
menjamin kemudahan dalam mendapatkan kontrak
atau persetujuan investasi
4. Di tahun 1999, jurnal Business and Society
Review menulis bahwa 300 perusahaan besar
yang terbukti melakukan komitmen dengan
publik yang berlandaskan pada kode etik akan
meningkatkan market value added sampai
dua-tiga kali daripada perusahaan lain yang
tidak melakukan hal serupa
5. Bukti lain, seperti riset yang dilakukan oleh
DePaul University di tahun 1997 menemukan
bahwa perusahaan yang merumuskan
komitmen korporat mereka dalam
menjalankan prinsip-prinsip etika memiliki
kinerja finansial (berdasar penjualan
tahunan/revenue) yang lebih bagus dari
perusahaan lain yang tidak melakukan hal
serupa
Berbisnis dengan Etika
• Secara sederhana etika bisnis dapat diartikan sebagai
suatu aturan main yang tidak mengikat karena bukan
hukum. Tetapi harus diingat dalam praktek bisnis sehari-
hari etika bisnis dapat menjadi batasan bagi aktivitas
bisnis yang dijalankan.
• Etika bisnis sangat penting mengingat dunia usaha tidak
lepas dari elemen-elemen lainnya. Keberadaan usaha
pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat.
• Bisnis tidak hanya mempunyai hubungan dengan orang-
orang maupun badan hukum sebagai pemasok, pembeli,
penyalur, pemakai dan lain-lain
Masalah Etika dalam Bisnis
1. Suap (Bribery),
2. Paksaan (Coercion),
3. Penipuan (Deception),
4. Pencurian (Theft),
5. Diskriminasi tidak jelas (Unfair
discrimination)
Pemahaman Tentang Etika

• Etika merupakan ajaran kesusilaan dan


menciptakan akal.
• Etika merupakan refleksi dari ajaran moral
• Usaha sistematis dengan menggunakan rasio
untuk menafsirkan pengalaman moral individu
dan moral sosial sehingga dapat menetapkan
aturan untuk mengendalikan perilaku manusia.
•Istilah etika diartikan sebagai suatu perbuatan standar
(standard of conduct) yang memimpin individu dalam
membuat keputusan.

•Etik adalah suatu studi mengenai yang benar dan yang


salah dan pilihan moral yang dilakukan seseorang

•Keputusan etik ialah suatu hal yang benar mengenai


perilaku standar. Etika bisnis kadang-kadang disebut pula
etika manajemen,yaitu penerapan standar moral dalam
kegiatan bisnis
Pengertian Etika
Pengertian etika harus dibedakan dengan etiket.
Etiket berasal dari bahasa Prancis etiquette
yang berarti tata cara pergaulan yang baik
antara sesama menusia. Sementara itu etika,
berasal dari bahasa Latin, berarti falsafah
moral dan merupakan cara hidup yang benar
dilihat dari sudut budaya, susila, dan agama.
• “Etika merupakan bagian dari filsafat. Sebagai ilmu, etika mencari keterangan
(benar) yang sedalam-dalamnya. Sebagai tugas tertentu bagi etika, ia mencari
ukuran baik-buruk bagi tingkah laku manusia . . .memang apa yang tertemukan
oleh etika mungkin menjadi pedoman seseorang, tetapi tujuan etika bukanlah
untuk memberi pedoman, melainkan untuk tahu.”(Prof. Ir. Poedjawiyatna, Etika,
Filsafat Tingkah Laku)
• “Etika bukan suatu sumber tambahan bagi ajaran moral melainkan merupakan
filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan padangan-
pandangan moral (Franz Magnis Suseno)
• “Etika adalah sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma moral
yang menentukan dan terwujud dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia,
baik secara pribadi maupun sebagai kelompok.” (A. Sonny Keraf)
• “Etika adalah ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia
sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. Etika disebut pula akhlak dan
disebut pula moral.” (Drs.Sudarsono)
• Dengan membaca pendapat-pendapat di atas, kita mengetahui
bahwa ada banyak pengertian tentang etika.  Yang penting bagi
pelaku bisnis adalah bagaimana menempatkan etika pada kedudukan
yang pantas dalam kegiatan bisnis. Tugas pelaku bisnis adalah
berorientasi pada norma-norma moral.  Dalam melaksanakan
pekerjaannya sehari-hari dia berusaha selalu berada dalam kerangka
‘etis’, yaitu tidak merugikan siapa pun secara moral.
• Tolok ukur dalam etika bisnis adalah standar moral.  Seorang
pengusaha yang beretika selalu mempertimbangkan standar moral
dalam mengambil keputusan: apakah keputusanku ini dinilai baik
atau buruk oleh masyarakat? Apakah keputusanku berdampak  baik
atau buruk kepada orang lain? Apakah keputusanku ini melanggar
hukum atau tidak?
• Ada dua prinsip yang dapat digunakan sebagai acuan dimensi etis dalam pengambilan keputusan yaitu :
• 1. Prinsip Konsequentialis: Konsep etika ini berfokus pada konsekuensi dari pengambilan keputusan yang dilakukan
seseorang. Ini artinya, penilaian apakah sebuah keputusan dapat dikatakan etis atau tidak, itu tergantung pada
konsekuensi (dampak) dari keputusan tersebut. Misalnya, keputusan mengalirkan lumpur panas ke laut.  Penilaian
etis atas keputusan ini diukur dari dampaknya terhadap kerusakan lingkungan dan kerugian masyarakat.
• 2. Prinsip Non-Konsekuentialis: Konsep etika ini mendasarkan penilaian pada rangkaian peraturan yang digunakan
sebagai petunjuk/panduan pengambilan keputusan. Penilaian etis lebih didasarkan pada alasan, bukan pada
akibatnya.  Ada dua prinsip utama di dalam konsep ini, yaitu:
• a. Prinsip Hak: Menjamin hak asasi manusia. Hak ini berhubungan dengan kewajiban untuk tidak saling melanggar
hak orang lain.
• b. Prinsip Keadilan: Keadilan biasanya terkait dengan isu hak, kejujuran,dan kesamaan. Prinsip keadilan dapat dibagi
menjadi tiga jenis yaitu :
• (1). Keadilan distributif. Keadilan yang sifatnya menyeimbangkan alokasi benefit dan beban antar anggota kelompok.
Benefit terdiri dari pendapatan, pekerjaan, kesejahteraan, pendidikan dan waktu luang. Beban terdiri dari tugas kerja,
pajak dan kewajiban sosial. (2). Keadilan retributif. Keadilan yang terkait dengan retribution (ganti rugi) dan hukuman
atas kesalahan tindakan. Seseorang harus bertanggungjawab atas dampak  negatif atas tindakan yang dilakukannya
(kecuali jika tindakan tersebut dilakukan atas paksaan pihak lain.) (3). Keadilan kompensatoris. Keadilan yang terkait
dengan kompensasi bagi pihak yang dirugikan. Kompensasi yang diterima dapat berupa perlakuan medis, pelayanan
dan barang penebus kerugian. Masalah terjadi apabila kompensasi tidak dapat menebus kerugian, misalnya
kehilangan nyawa manusia.
Pengertian Etika
Beberapa pengertian tentang etika adalah sebagai berikut:
•Etika adalah perbuatan standar yang memimpin individu dalam
membuat keputusan
•Etika adalah suatu studi mengenai yang benar dan yang salah serta
pilihan moral yang dilakukan seseorang
•Keputusan etis adalah suatu hal yang benar mengenai perilaku
standar

Etika bisnis adalah keseluruhan dari aturan-aturan etika, baik yang


tertulis maupun yang tidak tertulis yang mengatur hak-hak dan
kewajiban produsen dan konsumen serta etika yang harus
dipraktekkan dalam bisnis.
Menjaga etika adalah suatu hal yang sangat penting
untuk melindungi reputasi perusahaan. Masalah
etika ini selalu dihadapi oleh para manajer dalam
keseharian kegiatan bisnis, namun harus dijaga
terus menerus, sebab reputasi sebuah perusahaan
yang etis tidak dibentuk dalam waktu pendek tapi
akan terbentuk dalam jangka panjang. Dan ini
merupakan aset tak ternilai sebagai good will bagi
sebuah perusahaan. Suatu trademark istimewa
dalam competitive advantage.
Konsep Etika dalam Bisnis/Perusahaan
Konsep etika bisnis tercermin pada corporate culture (budaya perusahaan).
Menurut Kotler (1997) budaya perusahaan merupakan karakter suatu perusahaan
yang mencakup pengalaman, cerita, kepercayaan dan norma bersama yang dianut
oleh jajaran perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari cara karyawannya berpakaian,
berbicara, melayani tamu dan pengaturan kantor

Dasar pemikiran:
Suatu perusahaan akan memiliki hak hidup apabila perusahaan tersebut memiliki
pasar, dan dikelola oleh orang-orang yang ahli dan menyenangi pekerjaannya.
Agar perusahaan tersebut mampu melangsungkan hidupnya, ia dihadapkan pada
masalah:
a. intern,misalnya masalah perburuhan
b. Ekstern,misalnya konsumen dan persaingan
c. Lingkungan, misalnya gangguan keamanan
pada dasarnya ada 3 hal yang dapat membantu perusahaan
mengatasi masalah di atas yaitu:
1. Perusahaan tersebut harus dapat menemukan sesuatu yang baru.
2. Mampu menemukan yang terbaik dan berbeda
3. Tidak lebih jelek dari yang lain
Untuk mewujudkan hal tersebut perlu memiliki nilai-nilai yang
tercermin pada:
-Visi
-Misi
-Tujuan
-Budaya organisasi
Budaya Organisasi
Pada budaya organisasi terdapat unsur
1. Memecahkan masalah baik internal maupun
eksternal organisasi
2. Budaya tersebut dapat ditafsirkan secara
mendalam
3. Mempunyai persepsi yang sama
4. Pemikiran yang sama
5. Perasaan yang sama
Fungsi dan Manfaat Budaya Organisasi
1. Fungsi
menentukan maksud dan tujuan organisasi
dengan fungsi tersebut organisasi akan mengikat
anggotanya.

2. Manfaat
a. mampu memecahkan masalah intern
b. mampu memecahkan masalah ekstern
c. mampu memiliki daya saing
d. mampu hidup jangka panjang
Kunci Membangun Budaya
I. Memahami proses terbentuknya budaya
perusahaan
1. Alamiah
2. Konseptual
sumber budaya perusahaan adalah
a. karakteristik pemimpin
b. jenis pekerjaan
c. cara memecahkan masalah
II. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi budaya perusahaan.
a. Nilai
b. Ideologi
c. Norma

III. Langkah-langkah membangun budaya perusahaan:


1. menemukan masalah dalam organisasi
2. menemukan opini yang berkembang
3. menganalisis opini dari:
- lingkup
- pemunculan
- kompetensi
- mutu
- kadar
4. Menentukan strategi
5. Membuat program
6. Merumuskan pesan yang dapat mengubah
- opini negatif menjadi positif
- opini positif menjadi lebih positif
7. menciptakan opini baru yang positif
tercermin pada:
(1) individul image
(2) unit image
(3)coorporate
Pandangan individu
Pendapat orang saya harus: Tindakan/How to:
• Tunjukkan anda selalu sibuk tak suka diam
• ULET

• Menunjukkan anda memperhatikan hal yang


kecil
• TELITI

• Jangan suka bohong


• JUJUR • Jangan suka main uang

• Cepat mengambil keputusan


• TEGAS • Tak pernah ragu

• Menambah pengetahuan
• AHLI
• Sering diskusi

• HUMAN RELATION • Kalau bicara menyenangkan

• TAQWA • Ibadahnya baik


Etika Fundamental yang Berlaku Pada Semua
Etnis.
Fundamental etics yang berlaku pada semua etnis menurut Zimmerer
(1996) terdiri atas:
1. Sopan santun, yaitu selalu bicara benar, terus terang, tidak menipu dan
tidak mencuri.
2. Integritas, yaitu memiliki prinsip, hormat dan tidak bermuka dua.
3. Manjaga janji, yaitu dapat dipercaya bila berjanji, tidak mau menang
sendiri
4. Kesetiaan, ketaatan, yaitu benar dan loyal pada keluarga dan teman,
tidak menyembunyikan informasi yang tidak perlu dirahasiakan
5. Kejujuran, kewajaran (fairness), yaitu berlaku fair dan terbuka,
berkomitmen pada kedamaian, jika bersalah cepat mengakui kesalahan,
perlakuan yang sama terhadap setiap orang dan memiliki toleransi yang
tinggi
6. Menjaga satu sama lain (caring for others), yaitu penuh perhatian, baik budi,
ikut andil, menolong siapa saja yang memerlukan bantuan.
7. Saling menghargai satu sama lain (respect for others), yaitu menghormati hak-
hak orang lain, menghormati kebebasan dan rahasia pribadi (privasi),
mempertimbangkan orang lain yang dianggap bermanfaat dan tidak
berprasangka buruk.
8. Bertanggung jawab (responsible), yaitu patuh terhadap undang-undang dan
peraturan yang berlaku, jika menjadi seseorang pimpinan maka harus bersikap
terbuka dan menolong.
9. Pengejaran keunggulan (pursuit of excellence), yaitu berbuat yang terbaik di
segala kegiatan, bertanggung jawab, rajin, berkomitmen, bersedia untuk
meningkatkan kompetensi dalam segala bidang.
10. Dapat dipertanggungjawabkan (accountability), yaitu bertanggungjawab
dalam segala perbuatan terutama dalam mengambil keputusan
PRINSIP ETIKA
Prinsip etika adalah sebagai berikut:
1. Usaha membangun kepercayaan antara anggota masyarakat
dengan perusahaan atau pengusaha.
2. Hal tersebut merupakan elemen penting buat suksesnya bisnis
jangka panjang
3. Menjaga etika adalah hal penting untuk melindungi reputasi
perusahaan.
4. Kejujuran merupakan barang langka dan “mata uang” yang
berlaku di mana-mana
5. Etika adalah standar perilaku dan nilai-nilai moral menyangkut
tindakan yang benar dan salah yang terjadi di dalam lingkungan
kerja
Etika dan tanggungjawab sosial
• Corporate Social Responsibility (CSR) adalah bentuk tanggung jawab dari setiap perusahaan terhadap
lingkungan, sosial dan ekonomi masyarakat.

• Pelanggaran etika akan mengakibatkan:


1. Masalah citra publik
2. Tuntutan hukum yang mahal
3. Tingginya tingkat pencurian oleh karyawan.

• Pengambilan keputusan etis dapat menumbuhkan kepercayaan bagi hubungan antara para pelanggan,
karyawan dan perusahaan lain

• Perilaku etis sangat penting bagi wirausahawan karena dapat memberikan efek positif sebagai berikut :
a. Staf akan meniru perilaku pimpinannya
b. Standar etis akan membentuk kerangka kerja yang positif

• Perilaku tidak etis dalam berwirausaha akan menimbulkan hal-hal sebagai berikut:
a. Mengganggu pengambilan keputusan usaha
b. Dapat dituntut dengan Undang-undang perlindungan konsumen
c. Bisnis tidak akan mampu bertahan dalam jangka panjang
Perilaku tidak etis
• Perilaku Saling Menipu Para Wirausahawan
1. Pelaku bisnis dengan pelaku bisnis
a. mengirim barang dengan jumlah yang tidak sama (kurang)
b. mempengaruhi pihak lain untuk saling menjatuhkan
c. salah satu dapat bangkrut bahkan kedua-duanya.
2. Pelaku bisnis dengan konsumen
a. pemakaian formalin untuk pengawetan makanan
b. menutupi kualitas barang yang rusak
c. ingkar janji
3. Konsumen dengan pelaku bisnis
a. membayar dengan menggunakan cek kosong
b. membayar tagihan lewat rekening yang sudah ditutup.
Keuntungan menjaga etika
1. Jika jujur dalam berbisnis, maka bisnisnya
akan maju
2. Timbulnya kepercayaan
3. Kemajuan terjaga, jika perilaku etis terjaga
4. Perolehan laba akan meningkat
5. Bisnis akan terjaga eksistensi dan
kesinambungannya
Hak & Kewajiban Konsumen dan Produsen
• Hak dan Kewajiban Konsumen
- Hak Konsumen
1. Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan/atau jasa..
2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan
barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan
kondisi serta jaminan yang dijanjikan.
3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai
kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa.
4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang
dan/atau jasa yang digunakan.
5. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan
konsumen, dan upaya penyelesaian sengketa
perlindungan konsumen secara patut.
6. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan
konsumen.
7. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan
jujur serta tidak diskriminatif
8. hak untuk mendapat kompensasi, ganti rugi, dan/atau
penggantian jika barang dan/atau jasa yang diterima tidak
sesuai dengan perjanjian dan tidak sebagaimana mestinya
- Kewajiban Konsumen
1. membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan
prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang
dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan.
2. beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian
barang dan/atau jasa.
3. membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.
4. mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa
perlindungan konsumen secara patut
• Hak dan Kewajiban Produsen
- Hak Produsen (pelaku usaha/wirausahawan)
1. hak menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan
mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan.
2. hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen
yang beritikad tidak baik.
3. hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam
penyelesaian hukum sengketa konsumen
4. hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum
bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau
jasa yang diperdagangkan
- Kewajiban produsen
1. Beritikad baik dalam kegiatan usahanya
2. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan/atau jasa serta memberikan penjelasan, penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan
3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif
4. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan
berdasarkan ketentuan standar mutu dan/atau jasa yang berlaku
5. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji dan/atau mencoba barang
dan/atau jasa yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan
6. Memberi kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian atas kerugian akibat
penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.
7. Memberi kompensasi ganti rugi dan/atau penggantian bila barang dan/atau jasa yang
diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian
Larangan bagi Produsen
• Undang-undang no.8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen telah
mengatur larangan kepada produsen dalam menjalankan kegiatannya,
sebagai berikut:
1. tidak memenuhi atau tidak sesuai standar yang disyaratkan dari
ketentuan perundang-undangan.
2. tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih dan jumlah dalam
hitungan sebagaimana dinyatakan dalam label atau etiket barang
tersebut.
3. tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan jumlah dalam
hitungan menurut ukuran yang sebenarnya.
4. tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran
sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket atau keterangan barang
dan/atau jasa tersebut.
5. tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengelolaan, gaya,
mode atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket
atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut.
6. tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan,
iklan atau promosi barang dan/atau jasa tersebut.
7. tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa atau jangka waktu penggunaan
yang paling baik atas barang tertentu.
8. tidak mengikuti ketentuan produksi secara halal, sebagaimana dinyatakan
halal yang dicantumkan dalam label.
9. tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat
nama barang, ukuran, berat bersih atau isi bersih, komposisi, aturan pakai,
tanggal pembuatan, efek samping, nama dan alamat produsen, serta
keterangan lain untuk penggunaan yang menurut ketentuan harus dipasang
atau dibuat
10. tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk
penggunaan barang dalam bahasa Indonesia sesuai
dengan perundang-undangan yang berlaku.
11. memperdagangkan barang yang rusak, cacat atau
bekas, dan tercemar tanpa memberikan informasi
yang lengkap.
12. memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan
yang rusak, cacat atau bekas, dan tercemar, dan/atau
tanpa memberikan informasi secara lengkap.
Kajian Gender & Etika
PRIA WANITA
1. Lebih memperhatikan masalah 1. Lebih memperhatikan perasaan
hak 2. Menanyakan siapa yang akan
2. Menanyakan siapa yang benar tersinggung
3. Membuat keputusan 3. Menghindari keputusan
berdasarkan nilai 4. Memilih untuk berkompromi
4. Keputusan bersifat tidak mendua 5. Mencari solusi untuk
5. Mencari solusi yang obyektif dan meminimalkan yang tersinggung
adil 6. Berpegang pada komunikasi
6. Berpegang pada peraturan 7. Dituntun oleh emosi
7. Dituntun oleh logika 8. Menentang otoritas
8. Menerima otoritas
Menciptakan Etika Bisnis
Dalimunthe (2004) menganjurkan untuk memper-
hatikan hal sebagai berikut:
1. Pengendalian Diri
Artinya, pelaku-pelaku bisnis mampu mengendalikan diri
mereka masing-masing untuk tidak memperoleh apapun
dari siapapun dan dalam bentuk apapun. Disamping itu,
pelaku bisnis sendiri tidak mendapatkan keuntungan
dengan jalan main curang atau memakan pihak lain dengan
menggunakan keuntungan tersebut. Walau keuntungan
yang diperoleh merupakan hak bagi pelaku bisnis, tetapi
penggunaannya juga harus memperhatikan kondisi
masyarakat sekitarnya. Inilah etika bisnis yang "etik".
2. Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (Social
Responsibility)
Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli
dengan keadaan masyarakat, bukan hanya
dalam bentuk "uang" dengan jalan
memberikan sumbangan, melainkan lebih
kompleks lagi.
3. Mempertahankan Jati Diri
Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk
terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan
informasi dan teknologi adalah salah satu usaha
menciptakan etika bisnis. Namun demikian bukan berarti
etika bisnis anti perkembangan informasi dan teknologi,
tetapi informasi dan teknologi itu harus dimanfaatkan
untuk meningkatkan kepedulian bagi golongan yang
lemah dan tidak kehilangan budaya yang dimiliki akibat
adanya tranformasi informasi dan teknologi.
4. Menciptakan Persaingan yang Sehat
Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan
efisiensi dan kualitas, tetapi persaingan tersebut tidak
mematikan yang lemah, dan sebaliknya harus terdapat
jalinan yang erat antara pelaku bisnis besar dan golongan
menengah kebawah, sehingga dengan perkembangannya
perusahaan besar mampu memberikan spread effect
terhadap perkembangan sekitarnya. Untuk itu dalam
menciptakan persaingan perlu ada kekuatan-kekuatan
yang seimbang dalam dunia bisnis tersebut.
5. Menerapkan Konsep
“Pembangunan Berkelanjutan”

Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan


keuntungan hanya pada saat sekarang, tetapi
perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan
dimasa datang.
6. Menghindari Sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong,
Koneksi,Kolusi dan komisi)

Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari


sikap seperti ini, kita yakin tidak akan terjadi lagi
apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi
dan segala bentuk permainan curang dalam
dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang
mencemarkan nama bangsa dan negara.
7. Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar

Artinya, kalau pelaku bisnis itu memang tidak


wajar untuk menerima kredit (sebagai contoh)
karena persyaratan tidak bisa dipenuhi, jangan
menggunakan "katabelece" dari "koneksi" serta
melakukan "kongkalikong" dengan data yang salah.
Juga jangan memaksa diri untuk mengadakan
“kolusi" serta memberikan "komisi" kepada pihak
yang terkait.
8. Menumbuhkan Sikap Saling Percaya antar
Golongan Pengusaha
Untuk menciptakan kondisi bisnis yang "kondusif"
harus ada sikap saling percaya (trust) antara golongan
pengusaha kuat dengan golongan pengusaha lemah,
sehingga pengusaha lemah mampu berkembang
bersama dengan pengusaha lainnya yang sudah besar
dan mapan. Yang selama ini kepercayaan itu hanya
ada antara pihak golongan kuat, saat sekarang sudah
waktunya memberikan kesempatan kepada pihak
menengah untuk berkembang dan berkiprah dalam
dunia bisnis.
9. Konsekuen dan Konsisten dengan Aturan main
Bersama

Semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan


dapat terlaksana apabila setiap orang tidak mau konsekuen
dan konsisten dengan etika tersebut. Mengapa? Seandainya
semua ketika bisnis telah disepakati, sementara ada
"oknum", baik pengusaha sendiri maupun pihak yang lain
mencoba untuk melakukan "kecurangan" demi kepentingan
pribadi, jelas semua konsep etika bisnis itu akan "gugur"
satu demi satu.
• 10. Memelihara Kesepakatan

Memelihara kesepakatan atau menumbuh


kembangkan Kesadaran dan rasa Memiliki
terhadap apa yang telah disepakati adalah salah
satu usaha menciptakan etika bisnis. Jika etika
ini telah dimiliki oleh semua pihak, jelas semua
memberikan suatu ketentraman dan
kenyamanan dalam berbisnis.
• 11. Menuangkan ke dalam Hukum Positif

Perlunya sebagian etika bisnis dituangkan


dalam suatu hukum positif yang menjadi
Peraturan Perundang-Undangan dimaksudkan
untuk menjamin kepastian
hukum dari etika bisnis tersebut, seperti
"proteksi" terhadap pengusaha lemah.
TUGAS DISKUSI MINGGU DEPAN
• Bagi dalam 2 Kelompok Besar
• Review Jurnal:
1. Ethical decision making and forensic
practice
2. Organizational ethics: No longer the
elephant in this room
• Buat Bahan Presentasinya

Anda mungkin juga menyukai