Anda di halaman 1dari 12

Pengertian Hukum abad XIX

• Akhir abad XVIII ditutntut tata hukum baru


atas dasar kedaulatan rakyat. Amerika (1776),
Perancis: libertee, egalitee, fraternitee
1. Pandangan Ilmiah atas hukum: empirisme
berkembang menjadi Positivisme yg
menggunakan metode pengolahan ilmiah.
Dasar pemikiran ini berasal dr Aguste Comte yg
menyatakan kebudayaan manusia dibagi
menjadi tiga tahap:
Tahap pertama adalah tahap teologis, tahap
dimana org mencari kebenaran dalam agama
Tahap kedua adalah tahap metafisis, org mencari
kebenaran melalui filsafat
Tahap ketiga adalah tahap positif, mencari
kebenaran melalui ilmu-ilmu pengetahuan
Fil. Hukum. Abad pertengahan dipengaruhi oleh
pertimbangan teologis
Zaman Renaissance sampai pertengahan abad 19
termasuk tahap metafisis(Von Savigny, Karl Marx,
Hegel)
Positivisme hukum ada dua bentuk:
a. Positivisme Yuridis: hukum dipandang sbg suatu
gejala tersendiri, yg perlu diolah secara ilmiah
b. Positivisme sosiologis: hukum dipandang
sebagai bagian kehidupan masyarakat
Prinsip Positivisme Hukum
1. Hukum sama dengan UU. Dasarnya ialah hukum
muncul berkaitan dgn negara. Hukum yg benar
adalah hukum yg berlaku dlm suatu negara
2. Tidak ada hubungan yang mutlak antara hukum dan
moral
3. Dlm positivisme yuridis hukum adalah suatu “closed
logical system”, peraturan perundang-undangan dpt
diduksikan(disimpulkan secara logis) dr UU yg
berlaku tanpa perlu melihat norma sosial, politik
dan moral
• Dalam positive Sosiologis hukum ditanggapi
sbg terbuka bagi kehidupan masyarakat, yg hrs
diselidiki melalui metode-metode ilmiah.
(Aguste Comte, sosiologi).
2. Pandangan Historis atas Hukum, abad XIX
ditandai dgn perubahan di bidang IPTEK
(revolusi industri), terjadinya perubahan sosial,
kemudian muncul pemikiran tentang gejala
perkembangan itu sendiri
Orang mulai sadar ttg segi historis kehidupannya
ttg kemungkinan terjadinya perubahan-
perubahan yg menjadi nilai baru dlm
kehidupannya.
Pada abad ini pengertian hukum merupakan
pandangan baru atas hidup, yaitu sebagai
perkembangan manusia dan kebudayaan
Von Savigny
1, hukum lahir dr kebiasaan (manifestasi dr
hukum positif)
2, hukum itu ditemukan bukan dibuat, karena
hukum berasal dr nurani suatu bangsa ttg apa
yang dianggap benar
3. Hukum itu berasal dari perasaan rakyat, yaitu
oleh suatu kekuatan yg bekerja secara diam-
diam. Hk bukan sesuatu yg dpt diciptaka dan
direncanakan oleh pembuat hukum
4. Hukum sebagai ekpresi jiwa suatu bangsa
(volkgeist), ttg apa yg dianggap benar dan adil,
jiwa setiap bangsa berbeda-beda, in dpt
dilihat pd budaya suatu bangsa
5, Hukum tdk dpt berlaku umum dan tidak statis,
hanya dpt diterapkan bagi bangsa dimana ia
berbuat
6. Hukum merupakan produk dari bangsa yg
jenius, artinya ia perlahan-lahan terbentuk
dan menjelma menjadi karakteristik suatu
bangsa, ia berkembang dgn tumbuhnya suatu
bangsa dan mati dgn hapusnya kepribadian
suatu bangsa (rakyat)
Karl Marx
Karl Marx seorang evolusions yg mengasumsikan
selalu adanya dinamika perubahan dalam
masyarakat
Perubahan selalu berupa perubahan transisional yang
tak terelakan sehubungan dgn adanya kenicayaan
dialektika yg kodrati dan termanifestasi dlm sejarah
dari suatu model kehidupan tertentu ke model
kehidupan tertentu yg lain. Hukum yg merupakan
komponen sistem kehidupan juga ikut berubah
secara fungsional
Perubahan tsb bukan berpangkal pd sebab ideal
politik sifatnya, melainkan yg ekonomis. Yang
menjadi pemicu perubahan tatanan
masyarakat dan hukum adalah kontradiksi-
kontradiksi yg terakumulasi dlm hubungan
produksi (kesenjangan distribusi dan komsumsi
produknya)
Kesenjangan ini menyebabkan terjadinya
kesenjangan milik
• Kesenjangan milik akan menyebabkan sebagian
org menguasai modal, sedangkan yg lain tak
akan memiliki apapun kecuali tenaga.
• Pemilik modal (kapitalis), mengendalikan
produksi, berposisi menentukan produksi dan
pola komsumsi, shg ia ingin mempertahankan
• Hukum digunakan sbg instrumen untuk
mempertahankan dan mengamankan
kapitalnya

Anda mungkin juga menyukai